Menikah dengan Mantan

Bab 149 \"MAKAN BERSAMA\"



Bab 149 \"MAKAN BERSAMA\"

YO YO YO GUYS… HAI… HULA-HULA… UP GUYS… SEKUYLAH MERAPAT.     

YUKS IKUTAN CHALEGE YANG BANYAK – BANYAKIN POWER STONE + HADIAH. YANG MAU IKUTAN, SEKUY LANGSUNG KOMENT DI PARAGRAF INI KALAU MAU IKUTAN.     

MAAFKAN TYPO YANG MASIH BETEBURAN YA GUYS…     

HAPPY READING…     

Flora tersadar dari lamunan, ia pun memegangi sapu tangan yang Janu berikan itu padanya. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan segala hal di dalam otaknya. Melihat tingkah Janu entah mengapa dirnya merasa bahwah Janu menyukainya. Pearasan suka antar lelaki dewasa denga wanita dewasa.     

Flora mengenggam sapu tangan itu erat, ia beraharap itu hanya firasatnya saja tentang Janu. Jika sampai firasatnya benar, ia tidak tahu apa yang terjadi. Waktu di jam dindingnya sudah menunjukkan pukul lima kurang. Flora pun membereskan barang-barangnya kemudian mematikan komputernya. Ia seegra bergegas ke luar dari ruangannya.     

Sampai di depn lobi perusahaan, ia bisa melihat Janu yang sedang menunggunya. Dirinya memang meminta Janu memgantar jemputnya jika Janu bisa selam mobilnya sedang berada di bengkel. Beberapa karywan yang melihat Flora pergi bersama Janu mulai bergunjing lagi. Sudah dua hari Flora selalu pergi bersama dengan Janu, tentu saja itu menimbulkan spekulasi di antara karayawannya.     

Ada yang mengatakan jika Flora mungkin berpacaran dengan Janu. Ada juga yang menagatakan jika mungkin Janu hanya mengantar jemput Flora. Tapi mereka lebih berpikir jika Flora dan Janus sedang berpacaran. Walau tentu saja, hal itu sungguh aneh menurut mereka.     

Flora seorang yang memilki jabatan bagus di perusahaan. Lulasn dari unversitas bagus dari luar negri. Kemudian orang tuanya pun kaya ray. Flora tidak bekerja saja, kebutuhan sehari-harinya pastilah terpenuhi. Sedangkan Janu yang mereka dengan hanyalah seorang supervisor, anak panti dan pendidikannya hanya SMA. Ah, untuk urusan seperti ini mereka dengan mudah mendapatkan informasinya. Ya, orang-orang yang tingkat ke kepoannya tinggi pasti akan mencari tahu sampai akar-akarnya, jadi mudah sekali untuk mendapatkan informasi itu.     

Flora tersenyum menatap Janu yang hanya menatapnya datar. Ia tidak mau terlihat menocolok di depan karyawan. Berita beberapa hari ini saja sudah membuat dirinya tidak nyaman. Janu memberikan helem pada Flora dan Flora pun menerimanya kemudian memakainya. Flora naik ke atas motor dan Janu pun mulai melajukan motornya.     

Setelah jauh dari perusahaan Flora langsung memeluk pinggang Janu dan menyandarkan kepalanya ke punggung Janu. Ia memang tidak menunujukkan kedekatakannya pada Janu jika sedang beradaa di kantor supaya para karyawan tidak berpikir yang macam-macam, walau pada akhirnya mereka tetap saja berpikir seperti itu.     

"Kak, laper, nih. Makan dulu yuk," ucap Flora ketika motor berhenti di lampu merah dan kepalanya berada di samping sebelah kana kepala Janu..     

"Mau makan apa?"     

"Enaknya apa?" tanya Flora yang kepalanya berada di samping kepala Janu supaya Janu mendengar perkataannya.     

"Kamu maunya makan apa?" tanya Janu tanpa menoleh ke sampingnya.     

"Apa aja deh, yang penting makan."     

"Pecel lele, mau?"     

"Yang lainnya."     

"Nasi goreng?"     

"Hum, yang lainnya," jawab Flora membuat Janu menahan rasa kesalnya.     

Bagaimana tidak merasa kesal, di tanya makan apa jawabnya apa aja deh atau yang artinya sama dengan terserah. Di sebutin makanan apa, dia jawab seperti itu. Jika memang terserah berarti makan apa saja tidak jadi masalah bukan?     

"Ya udah, kamu maunya apa?" tanya Janu kemudian melajukan motornya karen almpu sudah menyala.     

"Hum… aku lagi pingin seafood sih," ucap Flora akhirnya.     

"Mau ke restoran seafood aja?"     

"Hum… gimana ya, aku lagi males makan belepotan," jawab Flora membuat Janu mengumpat kesal dalam hati.     

"Terus kamu mau makan apa?" tanya Janu mencoba menahan kekesalannya.     

"Apa aja deh," jawab Flora benar-benar menguji Janu.     

"Ya udah, kita makan pecel lele langganan aja," putus Janu pada akhirnya.     

"Ya udah, deh," jawab Flora dengan suara lesu membuat Janu yang mendegarnya pun menghela napasnya pelan.     

Flora tidak berbicara lagi, ia hanya memeluk pinggang Janu dan menyandarkan kepalanya di punggung Janu. Flora tidak menyadari kemana Janu membawanya. Motor pun sudah berhenti di salah satu restoran di kota Jakarta itu. Flora pun ke luar dengan kepala tertunduk lesu. Janu pun turun dan menatap Flora yang tidak semangat.     

"Ayo masuk," ajak Janu seraya tersenyum.     

Mereka pun masuk ke dalam restourant, Flora masih berjalan menunduk sampai akhirnya ia mencium aroma yang begitu least ketika ia msuk ke dalam restoran. Flora menganggkat kepalanya untuk melihat ke depan. Matanya terkejut sekaligus senang karena ia ternyata berada di retoran seafood. Ia menatap punggung Janu yang berjalan di depannya. Ia tidak menyangka jika Janu malah membawanya ke restoran seafood bukan pecel lele.     

Mereka duduk di meja kayu dengan meja yang berbentuk bundar. Kursinya terdiri dari 4 buah kursi yang artinya meja itu bisa di tempati banyak orang. Pelayan datang dan mereka pun memasan seafood dengan saus Malaysia.     

"Katanya tadi mau makan di pecel lele, kak," ucap Flora yang raut wajahnya tidak berbohog jika dirinya sednag bahagia.     

"Ngelihat kamu kayak kucing sedih enggak tega. Ya udah, aku ajak makan di sini."     

"Ih, apaan deh, aku di samain kayak kucing!" kesal Flora seraya bersedekap kemudian ia menggembungkan ke dua pipinya dan menata ke sembarang arah.     

Janu pun hanya terkekeh saja, ia kemudian mengambil handphonenya di tas pinggang yang tali bagian bawahnya bisa di ikat ke pahanya. Janu mulai membuka aplikasi sosial medianya dan tidak mempedulikan Flora yang sedang kesal.     

"Ih, aku lagi ngambek tapi malah di cuekin!" kesal Flora yang kini menatap Janu denga tatapan kesalnya.     

Janu melirik sekilas kemudian ia kembali melihat akun sosial medianya. Ia memang sengaja melakukannya karena ia tidak mau terlihat canggung dan sebagainya sehingga Flora mengetahui jika dirinya mencintai Flora. Ia tidak mau jika nantinya Flora tahu dirinya mencintai Flora, Flora akan menjauh darinya. Ia tidak ingin hal itu terjadi, jadi dirinya lebih baik diam-diam mencintai Flora dan bisa di samping Flora walau bukan sebagai pasangan.     

Pesanan minuman mereka sampai, Flora memesan es kelapa muda gula merah sedangkan Janu memesan es cincau kelapa muda. Flora mendengkus dengan kesal karena Janu mengabaikannya begitu saja. Ia pun mengaduk kuat es kelapanya dan meminumnya. Janu hanya melirik sekilas saja dan ia kembali fokus dengan akun social medianya.     

Sekitar 25 menit menunggu akhirnya pesanan mereka pun tiba juga. Meja yang di tempati Janu dan Flora itu sebelumnya di beri plastic cukup tebal di atasnya, kemudian pesanan mereka itu yang di letakkan di dalam plastic itu di tuangkan ke atas meja yang sudah di lapisi degan plastic tadi. Mereka juga di beri hand glove supaya sausnya tidak mengotori tangan mereka ketika makan.     

"Slurp," ucap Flora ketika ia menatap makananan di depannya. Warna merah yang menggugah selera dan baunya yang membuat perutnya meronta-ronta minta segera di isi.     

Ia pun segera memakai hand glove dan mengambil tangan kepiting. "Sini, biar aku yang pecahin," ucap Janu yang ingat jika Flora tadi sedang malas jika makannya sampai blepotan berinisiatif agar memecahkan tangan kepiting itu dengan palu yang sudah di sediakan.     

"Enggak usah, kak. Aku bisa sendiri, kok," ucap Flora dan ia mengambil palu untuk memecahkan tangan kepitingnya.     

"Tadi katanya malas belepotan. Udah, sini, biar aku yang pecahin," ucap Janu seraya mengulurkan tangannya.     

"Hum," Flora terlihat berpikir kemudian ia menatap tangan kepiting yang ada di tangannya itu.     

"Enggak akan aku makan, udah sini" ucap Janu masih dengan tangan yang terulur untuk meminta palu dan juga tangan kepiting itu.     

Flora pun pada akhirnya memberikan tangan kepiting itu pada Janu. Ia kemudian mengambil cumi yanga da di dalam situ. Isi dari paket yang mereka pesan itu ada cumi, udang, kerang yang terdir dari dua jenis. Satu kerang dara dan satu lagi kerang hijau. Ada juga dua buah kepiting, jagung manis, kentang dan juga wortel.     

Janu memberikan kaki kepiting yang cangkangnya sudah pecah kepada Flora. Dengan wajah yang tersenyum bahagia itu pun Flora meneriman. Tidak ada pembicaraan antara mereka, baik Janu dan Flora menikmati makanan mereka dengan khitmat.     

Selesai makan mereka menunggu beberapa saat supaya makanan yang mereka makan bisa turun terlebih dahulu. Sekitar 15 menit setelah selesai makan, mereka pun berdiri dari dudukunya dan bersiap untuk pulang.     

"Mau pergi kemana lagi enggak kamu?" tanya Janu seraya mengulurkan helem pada Flora.     

"Gimana kalau ke tempat nongkrong?" tanya Flora menatap Janu dengan wajah semangatnya.     

"Masiih kuat kamu makan lagi?"     

"Cuma minum aja, jadi masih cukup perutnya kalau cuma isi air aja," jawab Flora dengan santainya.     

"Mau main kemana?" tanya Janu menatap Flora. Sebelum Flora menjawab Janu sudah berkata terlebih dahulu.     

"Jangan bilang terserah dan jangan bilang kemana aja," peringat Janu seraya menatap penuh peringatan pada Flora.     

"Tempat nongkrong yang arah mau pulang aja kak. Jadi, biar bisa cepet sampai rumah," usul Chika seraya tersenyum menatap Janu.     

"Ya udah, ayo naik," ucap Janu seraya mengulurkan tangannya untuk membantu Flora naik k etas motor.     

Setelah Flora sudah naik ke atas motor, giliran dia yang naik ke atas motor. Flora kembali memeluk pinggang Janu dan menyandarkan kepalanya ke punggung Janu.     

Selama perjalanan itu, tidak ada percakapan sedikit pun antara mereka berdua. Mereka hanya diam-diam saja hingga mereka sampai di tempat tujuan. Flora turun dari motor dan setelah itu baru Janu yang turun dari motor.     

Ini sudah pukul 7 malam tentu saja tempat tongkrongan itu sudah muali ramai. Mereka pun ke meja dayng tidak jauh dari motor Janu berada. "Kamu mau pesen minum apa?" tanya Janu yang berdiri di depan Flora yang sudah duduk di kursi.     

"Aku mau es kopi," ucap Flora.     

"Cemilannya juga enggak?" tanya Janu.     

"Enggak deh, kak. Masih kenyang," jawab Flora seraya mengusap perutnya.     

"Ya, udah kalau gitu," jawab Janu kemudian melangkahkan kakinya ke stan penjual untuk memesan minumannya.     

Mata Flora menatap ke sekelilingnya sambil memeluk tubuhnya karena udar hari ini cukuplah dingin. Untungnya semenjak dirinya di antar jemput Janu ia selalu memakai jaket.     

TBC…     

YOHO…. CUS RAMAIKAN KOMENT N POWER STONENYA YA GUYS…     

KIRA-KIRA APA YANG AKAN TERJADI DENGAN HUBUNGAN FLORA DAN JANU YA GUYS… SEKUYLAH KOMENT SEBANYAK-BANYAKNYA. POWER STONENYA JUGA JANGAN LUPA YA GUYS… WEHEHEHE…..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.