Bab 91 \"WARNING SARUNG PEDANG BARU\"
Bab 91 \"WARNING SARUNG PEDANG BARU\"
HAPPY READING...
Pagi ini Qia berangkat naik angkutan umum, sedangkan Janu tadi berangkat bersama Flora. Mobil Flora tadi dua ban bagian beakangnya kemps, jadi Flora tadi meminta Janu untuk berangkat bersamanya. Dengan wajah sombongnya tadi ia naik ke atas motor Janu seraya menatap Qia. Qia pun hanya menatap malas Flora yang seolah-olah berkata jika dirinya menang dari Qia.
Qia tidak mempedulikan sikap Flora, ia pun segera berjalan keluar dari halaman depan panti dan pergi ke halte yang dekat dengan panti. Di dalam bus itu, Qia hanya diam saja dengan kepalanya yang ia sandarkan di kaca jendela. Segala hal kini rumit di dalam kepalanya.
Di satu sisi ia membutuhkan pekerjaan tetapi di sisi lain ia tidak bisa jika harus terus berada di dekat Kenan. Apa lagi perkataan Kenan kemarin begitu menyakitkan. Padahal ia tidak bermaksud untuk tidur bersama dengan Raka, hanya saja situasinya saat itu membuatnya akhirnya tertidur dalam pelukan Raka.
Lagi pula ia dan Raka tidak melakukan apapun walaupun di pagi harinya Raka tidak memakai pakaiannya dan hanya menyisakan celana pendeknya saja. Namun, ia yakin jika dirinya dan Raka hanya sekedar tidur , tidak melakukan apapun lagi.
Perkataan Kenan benar-benar membuatnya terluka. Apa bagi Kenan wanita itu sampah sama seperti pemikirannya ketika masih SMA dahulu? Sudah beberapa tahun berlalu tetapi mengapa Kenan masih membenci seorang wanita. Apa selama jauh darinya tidka ada satupun wanita yang membuatnya merubah penilaiannya sebagai seorang wanita? Qia menghembuskan napasnya dengan berat setelah itu ia memejamkan matanya.
Lain dengan apa yang dirasakan Qia saat ini, lain juga apa yang di rasakan Kenan saat ini. Kenan kini berada di appartementnya yang sempat di tinggali Qia sebelum Qia tersadar dari hilang ingatan sementaranya. Dengan mata cengkung dan bagian kelopak mata bagian bawahnya menggelap ia berjalan sempoyongan keluar dari kamar tidurnya. Ia berjalan kea rah dapur untuk membuat minuman sebagai tambahan energinya.
Kopi hitam dengan sedikit gula yang ia buat dan di tambahkan dengan sedikit cremer. Selesai membuat kopi hitam yang di tambah cremer itu, ia berdiri dengan bokongnya yang bersandar di meja pantry itu.
Kenan bersedekap seraya mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya. Ia menghirup napasnyanya dalam-dalam dan menghembuskan napasnya dengan perlahan. Ia mengulangi beberapa kali hingga ia merasa lega.
Ia kini membuka matanya dan melihta langit-langit di dapurnya. "Apa yang harus aku lakukan agar Qia memafkan aku?" tanyanya entah pada siapa kemudian ia menghela napasnya dengan berat.
Sementara Qia dan Kenan sedang memikirkan hal-hal yang berat Raka dan Chika kini sedang bersenang-senang dengan mandi bersama. Awalnya Chika merasa canggung, tetapi Raka membantunya agar Chika tidak canggung. Mereka berdua pernah melakukan hal lebih dari sekedar mandi. Jadi, seharunya hanya mandi saja tidak akan menjadi masalah.
"Kamu menikmatinya kan?" tanya Raka seraya menyabuni dua buah jeruk bali miliki Chika.
Chika hanya mengigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya tanpa menjawab pertanya Raka. Raka pun hanya tersenyum dan tangannya sudah terampil menjelaja lekukan-lekukan tubuh Chika. Kini satu tangan Raka sudah mengusap area yang begitu sensitive milik Chika.
Ada gelenyar aneh yang Chika rasankan kala jemari-jemari Raka menyapa miliknya yang tanpa pelindung apapun. Posisi Chika kini berada di depan Raka dengan memunggungi Raka. Tubuh Chika ternyata begitu santai menerima perlakuan tangan Raka.
Kini Raka membalikkan tubuh Chika kemudian ia menghimpit tubuh Chika ke dinding. Satu Kaki Chika ia angkat ke atas dan menahannya dengan satu tanganya. Kedua tangan Chika kini mengalungkan di leher Raka. Mereka kini saling mencecap bibir lawan mereka. Satu tangan Raka yang bebas berbaim dimilik Chika membuat tubuh Chika bergetar.
Kaki-kaki Chika sudah menjadi lemas untung saja dengan sigap Raka menahan pinggang Chika tanpa melepaskan ciuman mereka. "Angkatlah kakimu," ucap Raka di sela ciuman mereka.
Chika pun mengikuti intruksi Raka. Kini dua kaki Chika sudah terangakat dengan kedua tangan Raka menahan beban tubuh Chika. Kaki Chika pun sudah melingkar erat di pinggang Raka walau sedikit licin karena sisa-sisa sabung yang ia pakai. Mereka belum benar-benar membilas tubuh mereka dari sabun dengan bersih, sehingga tubuh mereka masih sedikit licin.
Raka melepaskan celana pendeknya yang masih membalut bagian bawahnya untuk melepaskan pedangnya yang siap bertarung. Tubuh Chika menegang ketika ia bisa merasakan sesuatu dibagian bawah tubuhnya. "Jangan takut, jika kamu takut kita akan terjatuh," ucap Raka yang tidak masuk akal. Apa hubungan terjatuh dengan Chika yang tubuhnya menegang.
Chika pun berusaha meredahkan rasa gugupnya. Raka menggerakkan pinggulnya supaya pedangnya bisa berkenalan dengan sarungnya yang baru lagi. "Aku akan masuk," ucap Raka berbisik lembut di telinga Chika.
Chika memejamkan matanya semakin erat kemudian ia pun memeluk leher Raka dengan erat. Satu tangan Raka mengarahkan miliknya ke sarung pedang barunya tanpa pelindung sama sekali. Ia akan tetap main aman walau pedangnya tidak di lapisi dengan rasa-rasa yang menarik.
Chika mengeratkan pelukannya dan kepalanya ia sembunyikan di cerukan leher Raka ketika ia merasakan pedang Raka mulai mengoyak sarungnya yang belum pernah menyesuaikan diri dengan pedang. Darah segar itu mulai mengalir bersamaan dengan guyuran shower di tubuh mereka. Mata Raka pun bisa melihat ada darah yang mengalir di bawah sana, tetapi ia tidak mempedulikannya karena darah itu pasti akan berhenti.
Raka semakin memperdalam pedangnya di sarung pedangnya yang masih baru. Setelah di rasa pedangnya sudah cukup masuk ia pun hanya mendiamkannya saja karena ia butuh penyesuaian dengan sarung pedang barunya. Ketika pelukan kaki dipinggangnya mengendur ia pun mulai melebarkan sarung pedangnya supaya lebih enak di gunakan dan tidak sempit lagi.
Ketika ia mulai bergerak pelan suara rintihan itu terdengar di telinganya. "Tenanglah, jika kamu ingin merasakan kenikmatan," bisik lembut Raka.
Chika tidak menjawab dan Raka pun perlahan mulai mengerakkan pinggulnya cucuk cabut di sarung pedang barunya. Dari ritem yang pelan hingga ke ritme yang cepat Raka lakukan. Chika sudah mengejang dan ia mendapatkan pelepasannya yang pertama. Raka hanya diam saj menghentikan aktifitas cucuk cabutnya.
Dirasa tubuh Chika sudah mulai membik Raka kini munurunkan ke dua kaki Chika ke lantai. Ia kemudian menarik satu kaki Chika agar terangkat. Chika pun hanya mengikuti apa mau Raka. Pedang Raka yang masih tegak berdiri pun kini kembali masuk ke dalam sarung pedangnya. Ia melakukan cucuk cabut lagi hingga Chika kembali mendapatkan klimaksnya yang ke dua kali.
Raka semakin senang karena berhasil membuat Qia klimaks dua kali. Kini Chika berdiri dengan posisi menungging. Ke dua tangannya berpegangan pada dinding kamar mandi dan kini gerakan Raka lebih cepat dari sebelumnya hingga dirinya mendapatkan pelepasannya bersamaan dengan Chika. Tetapi sepertinya pelepasan mereka berdua tidak sempurna karena Raka menarik keluar pedangnya supaya cairan dari pedangnya itu tidak mengotori sarung pedangnya.
TBC...
YEY... RAMAIKAN DENGAN KOMENT DAN POWER STONE YUKS. SAMA KALAU KALIAN YANG BELUM BELI PRIVI, YUKS IKUTAN BELI PRIVI GUYS. WEHEHEHE.....