Menikah dengan Mantan

Bab 84 \"FLORA\"



Bab 84 \"FLORA\"

Hai ho... up again... jangan pada bosen ya guys...     

Happy Reading..     

Hari minggu adalah hari yang paling nikmat untuk rebahan. Setiap hari sudah di sibukkan dengan aktifitas yang melelahkan. Namun, hal itu kini tidak berlaku untuk Janu yang awalanya ingin pergi memancing menghilangkan rasa lelah setelah 6 hari bekerja.     

Saat ini ia sedang membersihkan langit-langit panti asuhan dari sarang laba-laba. Anak-anak yang lain ada yang membersihkan kaca jendela, memotongi rumput, menyapu halaman, mencuci baju, sprai, sarung bantal dan guling serta mencuci gorden.     

Setiap dua minggu sekali mereka akan melakukan hal seperti ini agar panti tetap bersih. "Assalamualaikum," sapa seorang wanita yang terlihat cantik dengan celana kulot coklat tuanya dan kaos panjang berwarna putih dan sandal teplek berwarna putih juga.     

"Wa alaikum salam," jawab semua anak panti yang sedang membersihkan halaman.     

"Mbak Flora," teriak anak-anak dan langsung mendekati Flora.     

"Hai anak-anak," sapa Flora seraya tersenyum.     

Anak-anak langsung menyalimi tangan Flora dan Flora hanya tersenyum saja. "Oh, iya. Mbak tadi bawa jajan untuk kalian. Nanti kalau udah selesai ambil di mobil ya," ucap Flora seraya tersenyum.     

"Iya, mbak," jawab anak-anak serempak.     

"Ibu ada di dalam, ya?" tanya Flora menatap anak-anak yang sedang mengerubuninya.     

"Iya, mbak. Ibu ada di dalam," jawab semua anak.     

"Ya udah, kalau gitu mbak masuk dulu ya," ucap Flora masih dengan senyum mengembangnya.     

Anak-anak pun mengiyakannya. Flora masuk ke dalam untuk menemui ibu panti. Setiap beberapa minggu atau sebulan sekali Flora datang ke panti. Terkadang ia datang bersama adiknya terkadang ia pun datang sendiri seperti saat ini.     

"Assalamualaikum," salamnya ketika masuk ke rumah.     

"Wa alaikum salam," jawab Fajar dan Juna yang sedang berada di ruang tamu membersihkan langit-langit rumah.     

"Kak, ibu dimana?" tanyanya langsung saat menatap Janu.     

"Ibu sedang ada di belakang. Tadi sih, lagi buat cemilan."     

"Oh, kalau begitu aku ke belakang ya kak," pamit Flora pada Janu. Setelah Janu mengiyakan ia pun pergi ke dapur untuk menemui ibu panti.     

Ibu panti sedang membuat cemilan telur gabus dengan Sekar anak berusia 15 tahun yang tidak banyak bicara. "Assalamualaiku," sapa Flora seraya tersenyum menghampiri ibu panti.     

"Wa alaikum salam," jawab Ibu panti dan Sekar bersamaan seraya menoleh ke arah Flora.     

"Eh, nak Flora. Kapan sampai?"     

"Baru aja sampai bu," jawab Flora seraya menghampiri ibu Suri kemudian ia mencium punggung tangan ibu Suri. Sekar pun mencium punggung tangan Flora setelah itu ia kembali membentuk telur gabus.     

"Lagi buat apa bu?" tanya Flora yang kini menarik kursi meja makan.     

"lagi buat telur gabus tuh, sama nanti mau buat gorengan biar anak-anak semangat bersih-bersihnya," jawab Ibu Suri dan ia kembali membantu Sekar.     

"Ada yang bisa saya bantu bu?" tanya Flora.     

"Hum, enggak ada nak. Nak Flora kalau lelah bisa istirahat di kamar Ayu," ucap Bu Suri seraya menatap Flora.     

"Ah, ibu," ucap Flora seraya tersenyum.     

Flora memang menghabiskan waktunya di panti terkadang dengan tidur. Ia merasa nyaman saja jika tidur di panti. Tidak dengan di rumah, ada saja hal yang membuatnya emosi. Entah dari orang tuanya atau adiknya yang terkadang jahil.     

"Anak-anak yang lainnya di mana bu?"     

"Dihalaman belakang nyuci pakaian dan lain-lain," jawab Bu Suri sampil mengaduk-aduk telur gabus yang sedang di goreng agar tidak gosong.     

Flora tidak biasa melakukan hal-hal itu, jadi ia pun hanya berdiam diri saja melihat Bu Suri dan Sekar yang sedang membuat makanan. Flora yang sejak kecil selalu di layani oleh asisten rumah tanggannya dan mbak yang menjaganya membuatnya tidak terbiasa dengan hal-hal semacam itu.     

Ia hanya bisa merawat diri dan mencari uang, ia tidak pandai dalam mengurus rumah. Pernah ia mencoba memasak tetapi karena tangannya terkena percikan minyak panas ia trauma dan tidak pernah mau memasak lagi.     

"Assalamualaikum," sapa seseorang yang suaranya terdengar familiar di telinga Flora. Flora pun langsung menolehkan kepalanya ke arah pintu masuk dapur.     

Di depan pintu masuk panti kini Qia berdiri seraya membawa tasnya. Janu segera turun dari atas kursi dan menghampiri Qia.     

"Tata," ucap Janu.     

"Mas, Ibu dimana?" tanya Qia tanpa basa-basi.     

"Oh, ibu ada di dapur. Kamu ingin bertemu ibu?" tanya Janu bertubi-tubi.     

"Iya, ada hal yang ingin Qia katakan," ucapnya menatap serius Janu.     

"Oh, aku panggilin dulu kalau gitu. Kamu duduk di sini aja dulu," ucap Janu kemudian membersihkan tempat duduk dan meminta Qia duduk di sana.     

Qia pun hanya menurut tanpa banyak berkomentar. Kini di ruang tamu hanya ada Fajar dan Qia saja. Fajar melihat Qia dari ujung kepala sampai ujung kakinya kemudian menatap tas yang di bawa oleh Qia. Qia mendengkus membuat Fajar kini menatapnya. "Ada apa menatapku seperti itu?" tanya Qia menatap Fajar.     

"Enggak kok, mbak," jawab Fajar takut-takut.     

"Masih kecil udah bohong, di kiranya aku tadi enggak merhatiin kamu yang menatapku?" tanya Qia sinis.     

Fajar terdiam tidak berani berkata-kata. "Jangan kamu memandangi orang seperti tadi, itu hal yang tidak baik. Untung-untung orang yang kamu pandangi tidak masalah. Bagaimana jika orang itu tidak suka dan kamu malah di marahi?" tanya Qia menatap malas Fajar.     

"Ma, maaf kak," ucapnya tergagap.     

"Aku maafkan, tapi ingat perkataanku. Jangan melakukan hal sperti itu saat kamu pertama bertemu dengan seseorang. Karena enggak setiap orang nyaman jika di tatap seperti itu."     

"I, ya mbak," jawab Fajar tergagap.     

"Ck!" Qia mendecakkan lidahnya seraya memutar malas bola matanya mendengar jawaban Fajar yang tergagap.     

Bu suri datang bersama Janu juga Flora. Qia mengumpat kesal ketika melihat Flora ada disini. "Kamu, kenapa ke sini?" tanya Flora sambil menunjuk Qia.     

"Saya ada perlu dengan bu Suri," ucap Qia kemudian berdiri dari duduknya.     

"Bu, apa boleh Qia berbicara di ruangan ibu saja?" tanya Qia menatap Bu Suri serius.     

"Oh, ayo. Kita ke ruangan kerja ibu."     

"Iya, bu," jawab Qia kemudian melangkahkan kakinya mengikuti Bu suri yang sudah melangkah terlebih dahulu.     

Flora menatap kesal punggung Qia yang sudah menjauh. "Apa dia sering ke sini?" tanya Flora menatap kesal Janu.     

"Baru tadi malam dia kemari semenjak beberapa tahun lalu," jawab Janu.     

"Maksudnya?" tanya Flora mengernyitkan dahinya.     

"Tata pernah tinggal di sini sebelumnya, terus dia keluar ketika udah punya kerja. Dan baru tadi malam ia kesini setelah lama keluar dari panti." Jelas Janu seraya menatap Flora.     

Ia kemudian mengambil sapu panjang yang di gunakan untuk membersihkan langit-langit ruangan kemudian berpindah ke ruangan lainnya. Flora kini menatap Fajar yang sedang membersihkan rontokan dari pekerjaan Janu yang membersihkan langit-langit rumah.     

"Jar, kamu kenal perempuan tadi?"     

"Yang aku tahu dia namanya mbak Tata, itu aja yang Fajar tahu mbak,"     

"Humm," jawab Flora yang mengangguk-anggukan kepalanya.     

Ia kemudian menoleh ke arah jalan dimana tadi Qia dan Ibu panti pergi. "Apa yang ia katakan pada bu Suri, ya?" tanya Flora dalam hati.     

TBC...     

Yey... Koment koment koment yuk guys.... jangan lupa juga tinggalkan jejak Power Stonenya. hehehehe     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.