Menikah dengan Mantan

Bab 160 \"TRAUMA KEMBALI TERULANG\"



Bab 160 \"TRAUMA KEMBALI TERULANG\"

HAI HO GUYS… UP GUYS… SEKUYLAH MERAPAT.     

YUKS IKUTAN CHALEGE YANG BANYAK – BANYAKIN POWER STONE + HADIAH. YANG MAU IKUTAN, SEKUY LANGSUNG KOMENT DI PARAGRAF INI KALAU MAU IKUTAN.     

MAAFKAN JUGA TYPO YANG MASIH BETEBURAN YA GUYS…     

HAPPY READING…     

Raka sedang mengetuk –ngetukkan handphonenya ke atas lututnya dan menunggu dengan gelisah. Pasalnya ini sudah pukul 9 kurang 20 menit sebelum waktu keberangkatan tiba tetapi Qia masih juga belum memunculkan batang hidungnya. "Apa Kenan tidak mengizinkannya, tetapi apa itu mungkin? Qia sendiri bilang jika ia sedang berada di jalan," monolog Raka.     

Dari pada ia penasaran ia pun menelphone Qia. Raka menatap layarnya ketika telephone tidak di angkat sama sekali. "Apa Kenan melarangnya?" tanya Raka seraya menatap layar handphonenya yang masih menampilkan nama Qia. Raka terus berpikir jika sebenarnya tadi Qia berbohong.     

Mengingat betapa marahnya Kenan ketika Qia bersamanya saja sudah membuat Raka berpikir jika Kenan tidak mungkin mengizinkan Qia pergi hanya berdua saja dengan dirinya. Raka pun kembali menelphone handphone Qia dan lagi-lagi panggilan telphonenya tidak terangkat. Suara panggilan untuk para penumpang yang akan menuju Palembang untuk pesawat yang Kenan pesan pun terdengar.     

Ia menatap ke arah pintu masuk bandara, tidak ada tanda-tanda jika Qia akan datang. Ia pun masih terus menghubungi Qia, tetapi tidak di angkat juga oleh Qia. Raka pun pada akhirnya menyerah. Ia menarik kopernya untuk berjalan ke pintu pengecekkan barang dan juga tiket pesawat.     

Sesekalai Raka menoleh untuk memastika bahwa Qia tidak datang. Ia pun dengan wajah kecewa memasuki pesawat dan duduk di kursi yang sudah ia pesan. Raka benar-benar tidak menyangka jika Kenan bisa seposesif ini pada Qia. Dirinya merasa amat bodoh karena telah di bohongi oleh Kenan.     

Kenan berkata jika dirinya membenci wanita, nyatanya sekarang Kenan menikah dengan seorang wanita dan dirinya juga begitu posesif. Padahal Raka mengajak Qia pergi ke Palembang supaya Qia bisa mengerti bagaimana pekembangan perusahaan dan bagaimana mengatasi jika ada masalah. Namun, Kenan benar-benar menjadi begitu posesif hingga pasangannya tidak bisa bergerak barang sedetikpun.     

Raka pun mengaktifkan mode pesawat pada hanphonenya ketika ia sudah duduk dikursi bisnis. Ia kemudian menatap keluar jendela dengan segala pemikirannya. Salah satunya ia kembali merasa begitu bodoh mau di bohongi oleh Kenan bertahun-tahun ini.     

Sikap Kenan yang begitu dingin pada wanita benar-benar membuatnya tidak menyadari hal ini. Jika mengingat siapa wanita yang Kenan nikahi rasanya masih tidak percaya. Wanita yang pernah tinggal di appartementnya itu adalah wanita yang merebut Kenan dari dirinya.     

Namun, entah kenapa ia sama sekali tidak membenci Qia. Ia merasa biasa saja pada Qia, tanpa ada rasa apapun. Ia benar-benar tidak tahu, kenapa Qia tidak membuatnya marah. Ia merasa seharusnya ia melindungi Qia dari Kenan. Kedekatannya pada Qia seperti memang sudah seharusnya ia lakukan pada Kenan. Namun, dirinya tidak mengetahui apa alasan sesungguhnya dirinya merasa seperti ini.     

Pesawat mulai lepas landas dan Raka hanya menghela napasnya karena sampai pesawat mulai lepas landas Qia tidak datang sama sekali. "Kamu keterlaluan Ken," ucap Raka seraya menghembuskan napasnya dengan berat.     

Di tempat lain, saat ini Kenan sedang di depan ruang UGD. Kenan dengan kening yang berdarah tidak membuat dirinya merasa kesakitan. Ia saat ini hanya cemas dengan keadaan Qia yang sedang di tangani dokter. Kenan tadi tidak memperhatikan jalanan karena ia sedang menatap Qia. Dan tanpa sadar ada mobil truck pengangkat pasir yang ke luar dari gang masuk kejalanan sehingga Kenan yang tadi melajukan mobilnya sedikit ke pinggir jalan malah di tabrak oleh truck itu. Alhasil mobil itu tadi menabrak bagian kiri mobil Kenan cukup keras bahkan mobil Kenan pun terdorong hingga menabrak pembatas jalan.     

Suara klakson panjang itu pun terdengar nyaring bahkan Qia langsung memejamkan matanya erat. Kepala Qia pun terantuk dasbord dan terdapat darah yang mengenai Qia karena kaca mobil yang tadi tertabrak oleh mobil truck pengangkut pasir itu pecah. Qia tadi masih sadar ketika Kenan menolong Qia, tetapi tiba-tiba saja Qia pingsan.     

Mobil ambulance pun segera datang karena setelah sadar dengan kejadian itu Kenan segera menelphone ambulance. Kenan segera turun dari mobil dan berjalan dengan langkah tertatih untuk membuka pintu mobil sebelahnya dan menolong Qia.     

Kecelakaan mereka cukup parah dan membuat Qia pasti sudah langsung de javu kembali ke masalalunya. Kenan sudah tidak peduli lagi dengan ke adaan sekitar. Yang ia pedulikan adalah bagaimana keadaan Qia saat ini,     

Tadi Kenan melajukan mobilnya tidak begitu cepat hanya kecepatan 20 km/jam sampai dengan sekita 30 km/jam. Namun, mobil truck pengankut pasir itu sepertinya terlalu mengebut ketika ke luar sehingga bagian kepala yang menabrak mobil Kenan cukup kuat.     

Sekitar satu jam lebih ia menunggu akhirnya dokterpun keluar dari UGD. Kenan segera berdiri dari duduknya ketika dokter memanggail tetapi baru saja ia berdiri dari duduknya Kenan langsung terjatuh, pandangannya menggelap dan akhirnya ia pun pingsan.     

Kenan dan Qia di rawat dalam ruang perawatan yang sama. Kadaan Qia tadi baik-baik saja hanya ada pecahan kaca yang mebuat Qia terluka sedangkan Kenan akhirnya pingsan karena benturan keras kepalanya ke stir mobil yang membuat dirinya akhirnya pingsan.     

Sekitar pukul 1 siang perlahan Kenan membuka matanya, Revi yang duduk di kursi samping brankar Kenan segera berdiri ketika melihat pergerakan Kenan. Kenan membuka matanya dan mengerjapkan matanya itu berkali-kali untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke retina matanya.     

"Kenan," ucap Revi membantu Kenan yang berusaha mendudukkan tubuhnya.     

"Tante," ucap Kenan dengan suara lemahnya.     

"Iya, ada apa Ken," jawab Revi.     

"Qia, bagaimana ke adaan Qia?" tanya Kenan seraya menatap Revi.     

Revi pun menatap ke arah brankar yang ada di sebelah Kenan membuat Kenan pun menolehkan kepalanya menatap brankar di sebalahnya. Dengan kepalanya yang masih berdenyut itu, Kenan turun dari tempat tidur di bantu oleh Revi.     

"Kamu masih sakit, lebih baik kamu tidur dahulu saja sampai kamu membaik," ucap Kakek yang sudah berdiri di depan brankar Kenan.     

Kenan tidak mejawab, ia melangkah ke arah brankar Qia dengan di papah oleh Revi. Kini Kenan sudah berdiri di samping Qia kemudian ia pun berpegangan pada brankar Qia dan duduk di sisi ataa brankar Qia. Ia mengangkat satu tangan Qia yang terinfus kemudian ia menggenggamnya.     

"Qi, bangun Qi," lirih Kenan dengan suara yang begitu menyesal.     

Ia berkata pada Qia jika ada dirinya di samping Qia maka semuanya akan baik-baik saja. Ia akan melindungi Qia dan Qia tidak perlu takut lagi. Namun, apa yang terjadi hari ini? Dengan tidak hati-hatinya ia malah membuat Qia celaka.     

"Qi, bangun," ucap Kenan dengan suara lirihnya menatap Qia yang masih memejamkan matanya.     

Kakek berdiri di samping Kenan kemudian ia menepuk pundak Kenan. "Istrimu baik-baik saja, jadi kamu jangan khawatir. Lebih baik kamu kembali istirahat selagi meunggu Tata terbangun.     

Kenan diam tidak merespon sama sekali perkataan Kakek. Matanya terus menatap Qia dengan tatapan mata bersalahnya. Kakek pun tidak berkata lagi, ia memilih kembali duduk di sofa membiarkan Kenan yang diam menatap Qia.     

Keadaan Kenan sudah lebih membaik ketika dokter jaga malam mengecek ke adaannya. Ia sempat bertanya pada dokter kenapa Qia belum bangun. Dokter pun hanya mengatakan jika Qia baik-baik saja hanya mungkin rasa terkejut membuat Qia masih belum membuka matanya. Penjelasan dokter terasa aneh, jika memang Qia baik-baik saja seharusnya ia sudah bangun.     

Kenan yang tadinya terjaga seraya merebahkan tubuhnya di atas brankar akhirny memejamkan matanya juga dan perlahan ia pun mulai masuk ke dalam alam mimpinya di paksa membuka matanya kembali ketika telinganya samar-samar mendengar suara Qia.     

"Pa, ma, Kak Nathan, jangan tinggalin Tata sendiri. Tata enggak mau di tinggal sendiri," gumam Qia tetapi karena ruangan itu sepi dan sekarang sudah pukul 11 malam, gumaman Qia yang lirih itu mampu tertangkap di pendengaran Kenan.     

Kenan pun segera membuka matanya lebar-lebar dan menoleh ke arah Qia yang masih terbaring di atas brankar. Kenan pun bangun dan turun dari atas brankar kemudian berjalan menghampiri brankar Qia. Kenan mengenggam satu tangan Qia dengan ledua tangannya.     

"Qi," panggil Kenan dengan suara lembutnya.     

Perlahan mata indah Qia itu mulai bergerak dan ahirnya membuka matanya dengan sempurna. Tatapan mata Qia begitu kosong ketika ia membuka matanya. Kenan pun bisa melihat tatapan mata kosong yang pernah Kenan lihat sebelumnya.     

"Qi," panggil Kenan dengan suara lembutnya.     

Qia menolehkan kepalanya menatap Kenan, "Kak Ken" panggilnya dengan suara lirihnya.     

"Iya, Qi," jawab Kenan dengan lembut.     

Air mata tiba-tiba saja keluar dari sudut mata Qia membuat Kenan sedikit panik. "Ada apa Qi, mana yang sakit?" tanya Kenan dengan raut wajah khawatirnya.     

"Mama, Papa dan Kak Nathan mereka—" Qia tidak mampu meneruskan ucapannya. Kenan sadar jika Qia kembali ke kejadian beberapa tahun silam.     

Kenan pun segera membungkukkan tubunnya dan memeluk tubuh Qia menyalurkann sebuah kehangatan. "Sst… mereka sudah bahagia di sana. Kamu jangan merasa bersalah lagi, karena ini sudah takdir yang harus kamu terima," ucap Kenan begitu lembut supaya Qia bisa menerima semuanya dengan ikhlas.     

Qia tidak akan mengalami trauma jika dia bisa menerima semua yang terjadi. Ia terus-terusan merasa bersalah pada keluarganya karena dirinya saja yang selamat dari peristiwa naas itu. Andai Qia bisa menerima kenyataan dan tidak menyalahkan dirinya, mungkin Qia tidak akan trauma seperti ini.     

Trauma itu berasal dari rasa sakit yang mendalam, membuatnya menjadi trauma jika kejadian itu kapan saja bisa terulang dan dirinya sama sekali tidak mau jika kembali merasakan sebuah kehilangan.     

TBC…     

WOHOHOHO, GIMANA GUYS PART KALI IN? SEKUYLAH BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS…     

AKU SEKALI LAGI MINTA MAAF SAMA KALIAN KARENA NGELAKUIN INI. MAAF YA SEMUANYA…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.