Menikah dengan Mantan

Bab 152 \"AKU KAKAKMU\"



Bab 152 \"AKU KAKAKMU\"

HAI HO GUYS… UP GUYS… SEKUYLAH MERAPAT.     

YUKS IKUTAN CHALEGE YANG BANYAK – BANYAKIN POWER STONE + HADIAH. YANG MAU IKUTAN, SEKUY LANGSUNG KOMENT DI PARAGRAF INI KALAU MAU IKUTAN.     

MAAFKAN JUGA TYPO YANG MASIH BETEBURAN YA GUYS…     

HAPPY READING…     

Hari ini Kenan dan Qia pulang seperti jadwal mereka. Perjalan waktu yang cukup lam itu membuat Qia kembali jetlag hingga dirinya sudah tidur di dalam mobil yang membawa mereka pulang ke rumah. Mereka di jemput oleh supir yang biasa mengantar kakeknya kemana-mana.     

Kenan menatap Qia yang bersandar di dadanya dengan mata terpejamnya. Raut wajah Kenan tidak terbaca sama sekali ia hanya menatap Qia saja. Satu tangannya bergerak untuk menarik rambut Qia kebelakang telinga supa tidak menutupi wajah Qia yang sedang tertidur. "Kak, jangan ganggu," gumam Qia yang ternyata tidak tidur sama sekali. Ia hanya memejamkan matanya saja karena rasa lelahnya.     

"Kamu enggak tidur?"     

"Barusan aja kebangun," ucap Qia yang menggerakkan kepalanya seperti mencari posisi nyaman untuk tidur di dada Kenan.     

"Aku suka ini," gumam Qia membuat Kenan yang mendengar gumaman kecilnya itu mengernyitkan dahinya.     

"Maksudnya?" tanya Kenan tanpa sadar.     

"Aku suka suara detak jantung kakak yang seirama sama sama detak jantungku," jawab Qia tanpa membuka matanya dan ia sedikit mengeratkan pelukannya di pinggang Kenan.     

Kenan terdiam tidak berkata apa-apa lagi, ia langsung mengingat kejadian yang telah lalu antara dirinya dengan Raka. Hari itu, ketika hampir satu bulan mereka tidak bertemu karena Kenan yang harus ke Italia untuk mengurus cabang baru yang baru saja di bangun. Tanpa mengenal rasa lelah Kenan langsung melepaskan hasrat yang selama sebulan ini ia tahan.     

Selesai dengan pelepasan hasratnya, Raka menyandarkan kepalanya di dada bidang Kenan. "Aku suka detak jantungmu yang seirama dengan detak jantungnku," ucap Raka dengan tangannya yang bergerak secara melingkar di dada sebelah kanan Kenan karena posisi Raka ada di sebelah kiri Kenan.     

"Detak jantungku akan selalu seirama denganku, karena kamu dan aku kita," ucap Kenan kemudian mendekap tubuh Raka. Raka pun membalas pelukan Kenan dengan melingkarkan satu tangannya yang tadi bergerak melingkar di dada Kenan ke tubuh kekasihnya itu.     

Mereka berdua sama-sama tersenyum bahagia. "Aku punya kamu," ucap Raka. Kenan hanya tersenyum dan mengeratkan pelukannya ke tubuh Raka.     

Lamunan Kenan buyar ketika Qia kini menoel-noel pipi Kenan dengan kepala Qia yang sudah berada di atas paha Kenan. Kenan pun menundukkan kepalanya untuk menatap Qia dan ia menatap istrinya itu dengan tatapan yang entah apa.     

"Kak Ken denger enggak aku ngomong apa?" tanya Qia dengan suara manjanya kemudian ia memanyunkan bibirnya karena ucapannya tidak di dengar Kenan.     

"Dengar," jawab Kenan singkat.     

"Apa coba?" tanya Qia dengan nada menantang.     

"Aku punya kamu dan kamu punya aku," jawab Kenan.     

Qia tersenyum kemudian ia mengalungkan tangannya ke leher Kenan. "Qi, apa-apaan sih, lepasin!" ucap Kenan mendoba melepaskan tangan Qia.     

Kenan yang memiliki tubuh tinggi tentu saja akan merasakan sakit jika terlalu menunduk di tempat sempit seperti ini. Qia tersenyum saja melihatnya kemudian "AKU CINTA KAK KEN!" teriak Qia membuat sang supir terkejut dan ia langsung mengerem mendadak. Suara decitan ban yang bergesekan dengan aspal begitu memekakkan telinga orang terutama Qia yang kupingnya berdengung.     

Kilasan kecelakaan itu seperti kaset rusak di dipan mata Qia yang terpejam erat. Kupingnya yang berdengung mendengar suara decitan rem itu malah mendengar suara teriakan orang di saat mereka kecelakaan.     

Qia semakin mengeratkan pelukannya di leher Kenan. Kenan berusaha melepaskan pelukan Qia kerena lehernya tersara sakit juga punggungnya lama-lama sakit membungkuk seperti itu. Namun, Kenan berhenti melepaskan tangan Qia ketika suara lirih Qia yang memanggil Mama, Papa dan Kak Nathan itu memasuki gendang telinganya.     

Ia pun langsung membuka matanya yang tertutup dan menatap Qia yang matanya terpejam erat, raut wajah ketakutannya pun langsung terlihat. "Mas, Kenan enggak—" ucapan supir terhenti ketika melihat anak majikannya itu terlalu intim. Ia yang melihatnya langsung memalingkan wajahnya untuk menatap depan.     

Ketika ia akan jalan, Kenan memintanya untuk menepi dahulu. Supir pun menghentikan mobil di tepi jalan. "Pak, tolong tunggu di luar," ucap Kenan tanpa menatap sang supir.     

"Baik, mas" jawab sang supir.     

Kenan memeluk tubuh bergetar takut Qia. "Qi, tenang ya. Ada aku di sini, kamu jangan takut. Semua udah lewat, tenang ya Qi…." Ucap Kenan dengan suara lembutnya seraya menepuk pelan pundak Qia supaya ia lebih tenang.     

"Sayang… jangan takut hum…" ucap Kenan lagi dengan suara lembutnya karena Qia masih saja belum merespon bahkan ia masih menggumamkan kata yang sama yaitu "Pa, Ma, kak Nathan jangan tinggalin Tata. Tata takut sendirian di sini, Ma, Pa, Kak Nathan," ucap Qia yang terus menggumamkan kata itu berulang-ulang.     

Kenan rasanya lelah dengan semua ini, tetapi mau di bagaimana lagi dirinya tidak bisa melepaskan Qia begitu saja. Qia yang mengidap gangguan jiwa dan ia harus bisa menerima semua itu, rasanya begitu berat. Namun, ini konsekuensi yang harus ia terima ketika dirinya memaksa Qia untuk menjadi pasangannya.     

"Ta, sadar Ta. Ini aku Kenan. Jangan takut Ta" ucap Kenan mengubah panggilannya karena ketika dirinya memanggil Qia, Qia sama sekali tidak merespon.     

"Ta," panggil Kenan begitu lembut.     

"Ta, buka matanya sayang, ada aku disini. Jangan takut ya sayang," ucap Kenan dengan suara yang begitu lembut menenangkan hati.     

Perlahan mata indah milik Qia terbuka dan pelukan di lehernya pun mulai mengendur, ia menatap Kenan dengan tatapan sedihnya. Kenan perlahan melepaskan tangan Qia yang memeluk lehernya itu. Ia menegakkan tubuhnya tetapi kepalanya masih menunduk untuk menatap Qia.     

"Kak Ken," panggil Qia dengan sura lirihnya.     

"Papa, Mama dan Kak Nathan kenapa mereka semua pergi ninggalin Qia. Apa Qia enggak pantas untuk bersama seseorang? Sampai-sampai keluarga Qia pergi ninggalin Qia selamanya?" tanya Qia dengan tatapan mata seriusnya sekaligus sedihnya.     

"Semua udah takdirnya, sekarang ada aku yang menjadi keluargamu. Aku bisa menjadi suami dan kakak untukmu Qi," ucap Kenan begitu lembut seraya merapihkan helaian rambut Qia yang yang berantakan menutupi wajahnya.     

Qia tidak berkata apa-apa, ia malah memejamkan matanya karena rasa lelah di tubuhnya. "Qi, kamu keanapa Qi?" tanya Kenan panik.     

"Aku capek kak, mau tidur," ucap Qia seraya membuka matanya menatap Kenan.     

"Aku pikir kamu pingsan," ucap Kenan dan bernapas lega.     

Qia kembali memejamkan matanya setelah itu Kenan memanggil supirnya untuk masuk dan kembali melajukan mobilnya untuk segera sampai di rumah. Tangan Kenan bergerak untuk mengusap kepala Qia dan terkadan satu tangannya yang lain menepuk pelang pundak Qia.     

Sampai di rumah, Kena tidak membangunkan Qia. Ia berusaha menggendong Qia walau sedikit kesusahan dan hal itu membuat Qia tebangun. "Kakak mau ngapain?" tanya Qia meantap Kenan dengan dahinya yang mengernyit.     

"Udah, kamu tidur lagi aja ya. Biar aku gendong kamu masuk ke rumah."     

"Memangnya udah sampai?" tanya Qia yang kini membuka matanya lebar-lebar.     

"Hum," jawab Kenan yang hanya bergumam.     

Qia kemudian mendudukan tubuhnya seraya memegangi kepalanya yang sakit karena dirinya yang terlalu banyak berpikir. "Udah, aku gendong aja kamu ya," ucap Kenan.     

"Kita keluar kak," ucap Qia tanpa menatap Kenan kemudian ia langsung membuka pintu mobil.     

Kenan menghela napasnya, ia pun turun dari pintu sebelah kemudiaan berjalan mengitari mobil untuk membantu Qia.     

"Pak tolong bawakan ke kamar ya, pak. Untuk koper berwarna abu-abu yang besar suruh Bi Iyem membukanya. Itu oleh-oleh untuk semuanya," ucap Kenan pada sang supir yang beranama Pak Tarjo seorang pria paruh baya yang berumur 60 tahun. Bi Iyem itu istri pak Tarjo berusia 52 tahun.     

Dari muda mereka sudah bekerja dengan Kakek Kenan jadi mereka begitu setia dengan Kakek Kenan. Padahal mereka bisa saja pensiun, tetapi mereka tidak mau. Bahkan cucu mereka saja kini suka menggantikan Pak Tarjo jika Kakek sedang pergi keluar kota.     

Anak-anak Pak Tarjo sendiri sudah menjadi pengusaha atau bekerja di tempat bagus. Dua orang menjadi pegawai negri dan yang satu orang kini tinggal di New York karena mendapatkan pekerjaan di sana ketika ia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di sana. Semua itu juga di bantu oleh Kakek untuk biaya tinggal di sana.     

Kakek Kenan orang yang royal, dia hanya memiliki satu orang anak tentu saja uangnya akan di pakaia untuk siapa lagi jika anaknya saja bisa menghasilkan uang sendiri. Jadi membantu sesame yang membutuhkan itu akan sangat berguna.     

Jadi wajar saja jika Kakek sama sekali tidak mempermasalahkan siapa pasangan anaknya juga cucunya. Untuk masalah Carla ia menikahkannya dengan almarhum Kenzo karena Carla yang tidak bisa di atur dan tidak mau menikah sama sekali. Jadilah Carla di jodohkan dengan Kenan.     

"Loh, kenapa Qia?" tanya Revi melihat Kenan menggendong Qia.     

"Kecapean aja tante," jawab Kenan kemudian ia naik ke lantai dua untuk menuju kamrnya. Qia tadi ingin berjalan sendiri, tetapi kepalanya yang sakit dan berat pun membuat ia berhenti melangkah.     

Kenan tanpa aba-aba langsung mengangkat tubuh Qia ala bridal style dan Qia pun tidak protes sama sekali. Kini mereka sudah sampai di kamar Kenan, ia pun merebahkan tubuh Qia secara perlahan. Qia langsung membuka matanya. "Maaf ya kak, nyusahin kakak. Padahal kakak pasti capek juga," ucap Qia dengan wajah sedihnya.     

Kenan tersenyum dan satu tangannya mengusap puncak kepala Qia sayang. "Aku kakakmu, jadi mana mungkin kakak akan membiarkan adiknya begitu saja, hum," ucap Kenan dengan nada suara lembutnya.     

Qia tersenyum "terimakasih kak, karena sudah kembali. Walau Qia sempat ragu jika kakak nantinya akan pergi meningglkan Qia lagi."     

"Tidak akan. Aku tidak akan lagi meninggalkan kamu," ucap Kenan begitu mantap seraya tersenyum hangat menatap Qia.     

TBC…     

GIMANA GUYS UCAPAN KENAN BISA DI PERCAYA ENGGAK?… SEKUYLAH BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS…     

AKU SEKALI LAGI MINTA MAAF SAMA KALIAN KARENA NGELAKUIN INI. MAAF YA SEMUANYA…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.