Bab 132 \"RAKA DAN REYNAN\"
Bab 132 \"RAKA DAN REYNAN\"
MAAF YA TYPO MASIH BETEBARAN.
HAPPY READING....
Raka dan Reynan kini menatap Qia yang sedang menatap mereka bergantian. "Jadi, abang dari mana? Kenapa baru nongol sekarang?" tanya Qia memicingkan matanya.
"Maaf aku tadi ada kerjaan yang enggak bisa ditinggalkan," ucap Raka.
Qia mengernyitkan dahinya, karena seingatnya tidak ada kerjaan yang deadline sehingga harus segera di selesaikan. Memang sih, itu satu minggu yang lalu. Namun, baru satu minggu masa iya kerjaan sudah menumpuk.
"Oh, iya. Kami mau kemana" tanya Raka mengganti topik. Ia tidak mau banyak ditanya lebiu jauu lagi kemana ia dan kenapa sekarang baru muncul.
Ia memang sengaja tidak datang karena tidak ingin merasakan sakit melihat seseorang yang sudah lima tahun ini ada di hidupnya menikah dengan orang lain. Malam ini ia sengaja muncul karena ingin memberikan hadiah kepada Qia.
Ia tadi sudah mengirim pesan ke Qia supaya bertemu di restourant yang ada di lantai lima hotel tersebut. Namun, baru juga ia selesai mengirim pesan ketika akan masuk ke dalam lift ia malah bertemu langsung dengan Qia.
Raka mengulurkan sebuau papper bag berwarna hitam dan coklat yang ia bawa. "Qi, ini ada hadiah untuk kamu. Dari aku dan Chika," ucap Raka seraya mengulurkan tangannya yang memegang papperbag pada Qia.
Qia menerima papperbagnya dan tidak lupa mengucapkan terimakasih. "Jadi, abang ke sini karena hadiah ini?" tany Qia seraya mengangkat papperbagnya.
Belum sempat Raka menjawab deheman dari Reynan menyadarkan mereka berdua. Raka dan Qia kini menoleh ke arah Reynan. "Ta, aku duluan ya. Udah malam, nih," pamit Rey menatap Qia.
"Oh, iya kak, hati-hati ya," ucap Qia.
Renan pun melangkahkan kakinya dan pergi dari sana. "Siapa sih, itu tadi Qi?" tanya Raka dan menatap punggung Reynan menjauh dari sana.
"Temen almarhum kakak aku, bang," ucap Qia menatap Raka.
"Oh," jawab Raka yang hanya ber-oh saja.
"Ya udah bang, Qia mau pergi dulu," ucap Qia.
"Mau pergi kemana?"
"Ke minimarket," jawab Qia singkat.
"Mini market, sendirian aja?" tanya Raka mengernyitkan dahinya.
"Iya, Kak Ken capek. Jadi, aku pergi sendiri aja."
"Qi, udah malam ini. Mini market juga agak jauh dari sini. Enggak bisa besok aja apa?" tanya Raka dengan raut wajah tidak bisa di jelaskan.
"Udah biasa Bang, kadang jam 12 aku masih ada di jalan pulang ke kosan waktu masih kerja jadi pelayan," ucap Qia dengan satainya.
Memang benar, ketika ia bekerja di restourant jam pulang malamnya tidak menentu. Apalagi jika sedang ada acara pesta orang yang menyewa restourant itu. Sudah pasti, ia akan pulang malam. Jadi, ia keluar di pukul segini pun tidak ada masalah.
"Jangan di samaain seperti kamu pulang kerja lah, Qi. Enggak baik keluar malam-malam seperti ini," ucap Raka menasehati.
"Gimana kalau kamu anterin kamu," tawar Raka.
Qia terlihat berpikir dengan tawaran Raka. Ia menatap Raka kemudian ke arah luar hotel yang sudah sangat gelap. Tentu saja sudah sangat gelap, ini sudah pukul setengah dua belas malam. Raka segera menarik pergelangan tangan Qia yang masih tampak berpikir.
"Eh, bang, bang," ucap Qia yang tampak terkejut tetapi ia pun melangkahkan kakinya agar tidak terjatuh. Akhirnya Qia pun mengikuti langkah kaki Raka, karena sepertinya seharusnya ia tidak ke luar sendiri.
Qia sudah akan menaiki mobil Raka tetapi langkahnya terhenti kala ingat bahwa dirinya tidak berani menaiki mobil pribadi. "Ada apa Qi?" tanya Raka seraya menatap Qia dari kursi kemudi.
Qia menatap Raka dengan tatapan sulit di artikan. Melihat tatapan Raka seperti itu, Qia menjadi tidak tega pada Raka. "Apa aku bisa?" tanya Qia dalam hati.
"Rilex, aku harus rilex," ucap Qia menyemangati dirinya.
Setiap kali ada Kenan ia pun bisa menjadi rilex, tetapi jika tidak bersama Kenan segala pemikiran buruk itu terjadi. Padahal semua kembali ke dirinya yang me- relax-kan diri supaya pemikiran buruk itu tidak membuatnya menjadi takut.
Qia sudah berusaha untuk memberanikan diri, hanya saja masih ada sisi ketakutannya. Namun, berbeda jika ada Kenan. Ia merasa Kenan akan melindunginya. Sikap Kenan yang overprotektif, pencemburu dan perkataan Kenan yang menenangkan dirinya ketika ia ketakutan entah mengapa itu membuatnya bisa relax.
Qia akan naik ke mobil tetapi langkahnya terhenti ketika sebuah cekalan kuat menariknya kasar hingga ia masuk ke dalam pelukan orang tersebut. "Apa kamu akan meninggalkanku dan berselingkuh dengan oranh lain di malam pengantin kita?" tanya Kenan dengan suara dinginnya yang begitu tegas seraya memeluk Qia dengan erat.
Beberapa menit sebelumnya -- Kenan baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Ia keluar dengan hanya menggunakan handuk yang menutupi pinggang hingga ke bawah. Ia berjalan sambil menggosokkan handuk lainnya ke kepalanya yang rambutnya basah.
"Kemana dia?" tanya Kenan ketika ia sudah tidak mengusap rambutnya yang basah dan ia
melihat kesekelilingnya yang kosong.
Suara deting pesan masuk ke handphone Qia yang tertinggal mengalihkan pandangan Kenan ke arah atas nakas sebelah tempat tidur. Kenan pun berjalan ke arah nalas dan melihat siapa yang mengirim pesan ke Qia.
Bang Raka
Qi, aku mau ketemu. Temuin aku di restourant yang ada di lantai 5.
Itu isi pesan masuk ke handphone Qia yabg di baca oleh Kenan. Kenan membulatkan matanya melihat isi pesannya. Dia pun segera mengambil pakaiannya dan mekainya secara terburu-buru hingga kemeja berwarn putih tipis itu terkancing asal membuat satu kancingnya tinggi sebelah. Ia pun mengambil celana jens berwarna hitamnya.
Ia melemparkan handuk yang tadi ia pakai ke atas tempat tidur. Kemudian ia segera bergegas keluar tanpa menyisir rambutnya yang masih berantakan.
Kenan segera menekan tombol lift untuk menuju lantai lima. Kenan menekan tombol lift dengan tidak sabaran. Pintu lift terbuka dan Kenan pun segera masuk ke dalam lift. Ia menekan tombol ke lantao lima. Tidak butuh waktu lama untuk Kenan sampai di restourant.
Ia pun masuk ke dalam restourant dan mencari Qia dan Kenan. Untungnya ia sempat membawa handphonenya dan juga kunci mobil. Entahlah kenapa dirinya membawa semua itu. Padahal Qia masih di dalam hotel. Kenan membuka galery handphoennya dan menunjukkan foto Qia juga Raka pada pelayan.
Apakah mereka ada yang melihat orang yang ada di dalam handphone. Pelayan pun manjawab jika orang yang di cari Kenan tidak ada. Tanpa mencari kebenarannya ia pun segera keluar dari restaurant dan bergegas ke lobi.
Tepat ketika dirinya ke luar dari lift, ia melihat siluet tubuh Raka yang sedang berjalan ke luar. Tidak sulit mengenali siluet tubuh Raka karena bukan hitungan hari atau pun bulam ia mengenal Rala akan tetapi, sudah hitungan tahun mereka berdua saling mengenal.
Kenan pun segera berlari mengejar Raka. Dari kejauhan ia melihat Qia yang berjalan beriringan dengan Raka. Ia juga melihat Qia yang akan masuk ke dalam mobil, tetapi Qia terlihay hanya diam saja. Hal itu pun membuat Kenan memiliki kesempatan untuk menahan Qia pergi bersama Raka.
Dengan kasar Kenan pun menarik Qia ke dalam pelukannya. Tanpa di saring pertanyaan menyakitkan iti ia lontarkan pada Qia. Qia yang mendengarnya pun hanya terdiam tidak berkata apa-apa.
TBC...
YO YO YO... BANYAKIN KOMENT N POWER STONENYA YA GUYS....