Bab 112 \"ENGGAN\"
Bab 112 \"ENGGAN\"
OH IYA, KALIAN GAK ADA YANG MAU IKUTAN CHALLEGE KAH?
KALI INI CUKUP BANYAKIN POWER STONE+ HADIAH TERTINGGI BAKALAN DAPAT PULSA. 100RB. SO... YUKS IKUTAN GUYS.... LUMAYAN KAN TAMBAHAN BELI KOIN. WKWKWK....
JADI, AYO, AYO.. PADA IKUTAN. HEHEHEHE.... TGL 1 MARET TOLONG KIRIM KE AKU SS KALIAN KASIH POWER STONE DAN HADIAHNYA YA.... BIAR PADA TAHU KALAU AKU SERIUSAN NGASIHNYA, ENGGAK KALENG-KALENG AJA NGASIHNYA. WKWKWKW...
HAPPY READING....
MAAF YA GUYS.. TYPO MASIH BETEBARAN.
Raka pun mengajarkan Qia tentang apa saja yang harus ia lakukan. Bagaimana cara menjelaskannya pada klient. Qia yang otaknya pas-pasan tetapi ia cukup cepat dalam mengerti apa saja yang harus ia lakukan.
Sekita pukul 11 siang Raka dan Qia sudah menunggu klient di ruang rapat. Qia cukup terpana dengan ruang rapat yang ada di kantor ini. Ruangan rapat yang di padukan dengan teknologi modern dimana kita bisa mengatur suasana apa yang kita inginkan
Ruangan rapat ya ia yakini membuat semua karyawan jika rapat tidak akan bosan.
Mereka pun duduk sambil menunggu para tamu datang. "Keren banget ruang rapatnya, bang," ucap Qia yang metanya menatap ke seluruh bagian ruang rapat ini. Raka pun hanya tersenyum saja meresponnya.
Para klient pun datang, Raka memperkenalkan Qia sebagai asistennya. Setelah itu Qia pun mulai mempresentasikan apa yang sudah ia pelajari dari Raka. Raka dan para klient memperhatikan Qia. Raka menyadari jika Qia masih kaku dengan penyampaiannya hanya saja untuk isinya sendiri sudah benar. Raka pun cukup kagum dengan presentasi Qia.
Para klient pun cukup puas dengan hasilnya dan mereka sudah bisa mengerjakan proyeknya besok. Para klient pun permisi pergi dan kini Qia bisa menghenbuskan napasnya lega setelah jantungnya tidak berhenti berdetak cepat dan tangannya yanga gemetar sekaligus dingin karena ia gugup.
"Bisa kan?" tanya Raka seraya tersenyum.
"Memang bisa bang, tapi rasanya itu loh. Wah... seperti naik roler coster," ucap Qia.
Raka hanya terkekeh mendengarnya, ia kemudian bersiri dari duduknya. "Kita makan siang dulu, yuk," ajak Raka seraya tersenyum.
"Hum, ayok," jawab Qia semangat.
Qia pun kemudian membereskan barang-barangnya. Setelah selesai, mereka berdua berjalan beriringan untuk menuju ruangan Raka. Raka dan Qia saling melemparkan candaan hingga ketika masuk mereka masih saling tertawa dan tidak menyadari seseorang ada di dalam ruangan Raka.
"Kak Ken!" ucap Qia terkejut ketika ia menyadari ada Kenan. Raka pun ikut terkejut kemudian menatap ke arah Kenan yang hanya diam saja.
Kenan dengan wajah dinginnya berjalan mengahmpiri Qia dan Raka. Raka hanya diam dengan mata yang terus memandang ke arah Kenan. Tatapan mata Kenan dan Raka pun tidak lepas dari penglihatan Qia. "Apa yang terjadi pada mereka berdua?" tanya Qia dalam hati.
"Kamu udah selesai bertemu klient?" tanya Kenan ketika ia sudah berdiri di samping Qia kemudian ia menundukkan kepalanya agar bisa menatap Qia.
Qia pun menolehkan kepalanya dan mendongakkan kepalanya untuk menatap Kenan. "Udah kak," jawab Qia.
"Kalau begitu, kita makam siang bareng."
"Em, itu--" Qia bingunng harus berkata apa. Ia tadi akan makan siang bersama Raka karena ia pikir Kenan tidak akan datang karena ada pekerjaan.
Qia pun menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. "Apa kamu masih sibuk?" tanya Kenan karena Qia tidak kunjung menjawab.
"Ah, tadi ku pikir kakak tidak akan datang. Jadi, aku mau makan siang bersama Bang Raka. Hum... bisa enggak, kalau kita makan siang bareng?" tanya Qia menatap Kenan dengan puppy eyesnya.
Kenan menatap Raka dan Raka pun menatap Kenan. Hanya sebentar kemudian Kenan kembali menatap Qia. "Baiklah, kita makan siang bertiga," jawab Kenan dengan wajah datarnya.
Qia hanya tersenyum senang mendengar jawaban Kenan. "Ya sudah kalau begitu, ayo kita pergi sekarang," ucap Qia semangat.
Mereka bertiga pun keluar makan siang bersama. Raka tadinya mau membawa mobil sendiri tetapi Qia mengatakan jika lebih baik satu mobil saja. Raka duduk di belakang kursi kemudi dan Qia tentu saja duduk di depan sebelah Kenan.
Raka hanya bisa merutuki dalam hati karena melihat betapa menjijikkannya pasangan di hadapannya ini. Kenan yang membawa mobil dengan satu tangannya yang menjadi sandaran Qia dan Qia pun yang mencari posisi nyaman bersandar di bahu Kenan.
Kenan melihat raut wajah Raka yang tidak suka dengan apa yang di lakukannya dengan Qia. Namun, apa yang harus ia lakuan jika memang cara ini yang mampu membuat Qia tidak mengalami episodenya. Memgkonsumsi obat-obatan Qia tidak mau.
Kenan pun mengatakan pada Qia untuk teratur minum obat tetapi Qia tidak mau. Ia bersih keras jika dirinya sudah baik-baik saja. Walau gejala episodenya bisa terjadi ketika dirinya menaiki mobil pribadi.
Kenan pun hanya bisa pasrah tanpa mau berdebat panjang lebar lagi. Berdebat dengan Qia tidak akan ada habisnya karena Qia hanya akan membuat urusan semakin panjang.
Raka keluar terlebih dahulu karena sudah tidak merasa nyaman dengan suasana di dalam mobil. Kenan hanya mampu menghela napasnya ketika Raka sudah turun dan menutup pintu mobilnya.
Kenan pun perlahan membangunkan Qia untuk mengajaknya makan siang. Qia pun membuka matanya dan hal pertama kali yang ia lihat adalah jaraknya yang begitu dekat dengan Kenan. Kenan saat ini sedang melepaskam seatbelt Qia.
Kenan sudah menjauhkam tubuhnya dari Qia. "Ayo, kita turun," ucap Kenan menatap Qia.
"Hum," jawab Qia yang hanya bergumam saja.
Mereka pun turun dari mobil kemudian berjalan menghampiri Raka yang hanya diam saja. "Ayo, bang. Kita masuk," ajak Qia seraya tersenyum.
Mereka bertiga pun masuk ke dalam restoran dan duduk di kursi sofa. Pelayan datang menghampiri mereka dan mereka pun memesan makanan apa yang mereka mau.
Sambil menunggu pesanan, Qia menatap Raka dan Kenan bergantian. Ia merasa harus menyatukan dua orang ini. "Bang, Kak,"
"Hum" jawab Kenan.
"Iya, kenapa?" jawab Raka dan ia bertanya pada Qia seraya tersenyum.
"Diem-diem aja, ngobrolin apa gitu," ucap Qia seraya menatap Kenan dan Raka bergantian.
"Mau ngobrolin apa?" tanya Raka dengan lembut walau wajahnya malas.
"Hum, apa aja, deh. Terserah mau cerita apa aja. Lagi pula, Abang sama Kakak kan udah deket. Masa setiap kali bertemu kalian enggak ada cerita apa-apa gitu?" tanya Qia dengan semangat menatap Kenan dan Raka bergantian.
"Kamu ada bahan pembicaraan?" tanya Raka menatap malas Kenan.
"Enggak!" jawab Kenan singkat.
Qia menatap jengah keduanya yang terlihat enggan satu sama lain. "Sudahlah, kalau kalian enggak mau cerita!" kesal Qia kemudian merebahkan kepalanya di atas meja.
TBC.....
YO YO YO... YUKS LAH MARI RAPATKAN KOMENTNYA DAN POWER STONENYA YA GUYS....