Menikah dengan Mantan

Bab 82 \"APA YANG TERJADI?\"



Bab 82 \"APA YANG TERJADI?\"

Huye... tralalal.... yuhu... up guys...Happy Reading....     

Pagi pun tiba atau mungkin siang karena ini sudah pukul 11 siang. Kenan perlahan membuka matanya dan mengerjap beberapa kali. Ketika matanya terbuka sempurna hal yang pertama ia lihat adalah langit-langit kamar yang sangat ia kenali. Langit-langit kamar appartement Raka. Kenan pun mendudukkan dirinya kemudian menatap ke arah jam dinding yang ada tepat di depan tempat tidur.     

"Kenapa aku tidur di lantai?" tanyanya entah pada siapa.     

Kenan pun berdiri sambil memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, ia kemudian duduk di tepi ranjang karena merasa kepalanya masih bergitu berat. Ia menggerakkan lehernya memutar agar rasa beratnya sedikit meredah. Setelah itu ia melihat tempat tidur yang kosong, tidak ada bantal lainnya.     

Kenan pun mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ia ingat ketika dirinya tanpa sadar sudah di basement appatement Raka. Ia pun kemudian turun dari mobil dan tidak mempedulikan jika ada Raka di appartement. Yang ia inginkan adalah bertemu dengan Qia dan meminta penjelasan siapa pria yang bersamanya.     

Namun, sampai di depan pintu kamar appartement Raka, ia pun bertemu dengan Raka yang mabuk seraya bersandar di daun pintu. "Kenapa di sini?" tanya Kenan dengan suara orang mabuk.     

"Pasword appartementku tidak bisa di gunakan," jawab Raka dengan suara mabuknya. "Kenapa kau ada di sini, bukankah kita sudah putus?" lanjut Raka bertanya pada Kenan.     

"Aku—" belum selesai Kenan berkata, Raka sudah menarik tengkuknya dan memagut bibir Kenan.     

Kenan pun terbuai dan ia melupakan maksud kedatangannya ke sini. Mereka berdua pun berdiri, kemudian Kenan memasukkan password apartment Raka di sela-sela ciuman mereka. Beberapa kali ia coba hingga akhirnya pintu pun terbuka. Mereka masuk seraya berciuman hingga mereka pun menabrak beberapa benda karena tubuh mereka yang tidak bisa berdiri tegap faktor dari mabuk.     

Kenan pun merasakan ketika seseorang seperti menabraknya hingga ciumannya terlepas, tapi ia tidak tahu apa-apa. Hingga ia ingat dirinya dan Raka juga sudah naked dan tubuhnya terjatuh di atas tempat tidur. Setelahnya ia tidak tahu apa yang terjadi.     

Mengingat hal itu Kenan pun tersadar, orang lain yang menabraknya pastilah Qia. Ia menatap tempat tidur yang kosong tanpa ada bantal. Ia langsung berdiri dari duduknya dengan bola mata membulat sempurnanya menatap tempat tidur.     

Tiba-tiba rasa marah itu menjalar ke dalam hatinya, ia kemudian melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah pintu menahan rasa berat di kepalanya. Yang saat ini dia inginkan adalah menemui Qia.     

Baru juga ia akan membuka pintu, suara lenguhan seseorang menghentikan langkahnya. Kenan pun menolehkan kepalanya menatap ke arah tempat tidur. Ia hanya melihat kaki yang terbungkus badcover.     

Perlahan Kenan pun melangkahkan kakinya menuju ke samping tempat tidur. Kenan membulatkan matanya melihat hal di depannya. Raka sedang tidur seraya memeluk tubuh Qia. Qia pun terlihat nyaman dalam pelukan Raka.     

"Apa-apaan ini!" marah Kenan dengan suara meningginya. Raka pun tersentak kaget dan ia langsung berdiri dari tidurnya sedangkan Qia hanya tersentak dan membuka matanya.     

Raka kemudian menatap Kenan yang menatapnya marah sedangkan Qia kini sudah mendudukan dirinya kemudian menatap ke arah Kenan yang hanya kaki saja ia lihat. "Apa yang sudah kalian lakukan?" tanya Kenan karena Raka hanya menggunakan boxer saja dan tanpa menggunakan pakaian atasnya.     

Qia mengusap matanya yang masih terasa berat kemudian ia mendongak untuk menatap Kenan dan Raka bergantian. Matanya yang tadinya masih ingin terpejam melebar seketika melihat penampilan Raka. Ia pun langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.     

"Apa yang udah abang lakuin?" tanya Qia menatap Raka.     

Raka menundukkan kepalanya untuk menatap Qia yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Raka pun baru menyadari jika dirinya hanya mengenakan celana pendek saja tanpa ada pakaian atas. Raka kemudian menatap ke arah Kenan yang masih menatapnya dengan raut wajahnya yang begitu marah.     

Raka menghembuskan napasnya melihat wajah Kenan yang menatapnya seperti itu. "Aku tidak ingat," jawabnya singkat kemudian mengambil piyama tidurnya dan memakai celana jensnya yang tergelatak di atas lantai.     

Raka tidak bohong sama sekali, ia benar-benar tidak ingat kenapa dirinya hanya memakai celana pendek saja. Qia kini hanya diam menatap Raka yang sedang memakai pakainnya.     

Ia mengingat apa yang terjadi semalam, Raka tiba-tiba menariknya dalam pelukannya. "Jangan tinggalkan aku. Aku tidak memiliki siap-siapa lagi selain dirimu," ucap Raka yang memejamkan matanya.     

Qia yang tadinya sempat meronta dan ingin di lepaskan seketika diam mendengar perkataan Raka. "Jangan tinggalkan aku, aku enggak mau sendiri," ucap Raka lagi yang tentu saja terdengar begitu jelas oleh Qia.     

Akhirnya Qia pun hanya diam saja tanpa meronta untuk di lepaskan. Bagian dadanya tepat di atas dada Raka membuatnya merasakan sesak tetapi ia pun tidak bisa melakukan apa-apa. Kedua tangannya pun berusah menopang tubuhnya supaya dadanya tidak begitu berhimpitan dengan dada bidang Raka.     

Rasa kantuk yang memang sedari tadi Qia rasakan akhirnya membuat matanya terpejam. Tidak mempedulikan posisinya seperti apa yang terpenting ia ingin tidur. Setelah ia memejamkan matanya, ia tidak ingat lagi apa yang terjadi.     

Raka sudah keluar dari dalam kamar dan kini hanya tinggal Qia dan Kenan saja di dalam kamar. Qia masih terdiam memikirkan apa ada yang ia lewatkan tentang semalam. Sedangkan Kenan kini sudah menatap Qia dengan tatapan kesalnya.     

"Apa kamu mudah tidur dengan seorang pria?" pertanyaan dingin tetapi begitu menekan lawan bicaranya itu berhasil menyentak lamunan Qia dan ia pun tersadar dari lamunannya.     

Qia mendongakkan kepalanya untuk menatap Kenan yang saat ini seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Mereka berdua hanya diam dan saling menatap saja. Sedangkan di luar ruangan kini Raka sedang memasak air untuk membuat teh. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi. Semalam ia pergi ke club malam setelah menghabiskan waktu di perusahaan hanya karena malas pulang.     

Sekitar pukul sepuluh malam ia sampai di club malam langganannya itu. Ia menyewa beberapa gadis untuk menemaninya minum. Namun tidak ada gadis yang ia ajak untuk menumpahkan hasratnya yang sedang ingin ia tumpahkan.     

Setelah itu ia pun pulang dengan ke adaan mabuk berat dan ia ingat jika dirinya hampir saja menabrak pohon besar. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam dan ingatannya terhenti ketika ia memeluk Kenan meminta Kenan agar tidak meninggalkannya. Namun apa yang terjadi pagi ini tidak sama dengan ingatannya semalam.     

"Apa orang yang ku peluk itu Qia?" tanyanya kemudian menatap ke arah dimana jalan ke arah pintu kamarnya.     

Di kamar Kenan dan Qia masih terdiam hingga Kenan yang sudah hilang batas kesabarannya membalikkan badannya. "Kemasi barang-barangmu dan tinggalah di tempat yang sudah aku carikan untukmu!" tegas Kenan dengan suaranya yang begitu dingin kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar.     

TBC...     

Aku mencium arom"gosong. apa ini? wkwkk     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.