aku, kamu, and sex

Eksekusi Tak terduga 2



Eksekusi Tak terduga 2

Setelah acara pernikahan selesai Arka dan Arlita meneruskan perjalanannya berkeliling tempat wisata.menjelajahi tempat-tempat yang mereka ingin datangi. Jemari mereka saling bertaut, menatap hamparan salju yang terbentang luas di depan mereka. Kini mereka berada di sebuah Villa yang tak jauh dari rumah Matt dan Molly.     

"Matt membangun itu untukmu." Ucap Arka.     

"Benarkah? Aku justru tidak tahu."     

"Matt yang mengatakannya padaku, dia sangat mencintaimu, tapi dia tak seberuntung aku karena mendapatkan mu untuk selamanya, aku mencintaimu Arlita."     

"Aku juga mencintaimu, sejak dulu namun aku selalu menyangkalnya, maafkan aku Arka."     

Arka merapikan jilbab yang dikenakan oleh Arlita yang terberai karena tiupan angin.     

"Aku tahu itu." Ucap Arka lalu mencium kening Arlita lama.     

"Besok kita akan mulai bertugas, jangan jauh-jauh dariku, aku tak punya kuasa untuk melarangmu ikut dalam operasi itu, tapi aku mohon jangan pernah pergi dariku, kau harus menjaga dirimu dengan baik, sayang." Ucap Arka dengan manik mata yang menatap jauh ke dalam pandangan Arlita.     

"Iya, aku tak kan jauh darimu, kita akan selalu bersama kini, esok dan selamanya." Ucap Arlita lalu memeluk tubuh laki-laki yang telah sah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu.     

"Ramond akan bahagia, jika tahu kita telah menikah, karena kita bertiga akan tinggal bersama, dia akan mendapatkan keluarga yang utuh seperti apa yang ia inginkan." Kata Arlita dalam dekapan Arka.     

"Ya, itu pasti. Aku akan membahagiakan kalian berdua." Arka mempererat pelukannya pada Arlita, lalu berulang kali mencium puncak kepala istrinya itu.     

"Ayo, masuk sepertinya salju sudah mulai turun." Ucap Arka lalu mengendong tubuh Arlita dan membawanya masuk ke dalam villa.     

"Kamu tidak menyesal menikah denganku? Seorang perempuan yang punya masa lalu yang kelam, dan lebih lagi aku sudah mempunyai Ramond, berarti kamu bukan yang pertama untukku."     

"Aku cukup menjadi yang terakhir. Yang akan bersamamu meraih kebahagian kita, bersama anak-anak kita."     

Arka mencium kening Arlita lalu mencium kedua pipinya dan berakhir di bibir merah yang selama ini hanya mampu Ia pandang. Kini Ia merasakan betapa manisnya bibir merah itu, kini Ia merasakan betapa cinta itu sangat membelengu mereka berdua dalam gairah cinta tanpa terbendung dan tanpa mereka tahan.     

Kedua tubuh itu saling bersambut, menyimak sentuhan demi sentuhan yang membawa mereka ketitik yang disebut dengan surga dunia. Entah apa yang akan terjadi esok, lusa atau bahkan minggu-minggu berikutnya. Yang jelas sebuah kebahagiaan akan terasa saat kedua manusia saling menerima kekurangan satu sama lain tanpa adanya sarat.     

Di belahan dunia lain, Jelita menikmati susu hangat yang baru saja diberikan oleh suaminya, Danil.     

"Sayang, Arka dan Arlita telah menikah di negara C?" Ucap Danil.     

"Apa?! Kamu sedang tidak bercanda kan?" Ujar jelita lalu segera menghabiskan susu hangatnya.     

"Untuk apa aku bercanda. Tadi saat di kantor aku mendapat telpon dari anak buahku di sebuah masjid di negara C, lalu aku bilang jika mereka saudaraku, dan mereka menikahkan keduanya. Dan aku menyaksikannya, karena anak buahku video call denganku tadi."     

"kamu curang." Rajuk Jelita.     

"Hahaha… maaf sayang, tak ada waktu untuk memberitahumu, karena proses ijab qabul itu sangat cepat."     

"Kenapa Arka tidak mengabari keluarga?"     

"Mungkin Arka dan Arlita ingin memberi kejutan pada mereka."     

"Bisa jadi, Aku senang akhirnya semua orang mendapatkan kebahagiaannya masing-masing." Tutur Jelita lalu menyandarkan tubuhnya pada Danil yang duduk di sampingnya.     

"Semoga mereka selalu bahagia, dan kita akan berkumpul lagi dengan mereka."     

"Amiin ya Allah."     

"Ngomong-ngomong, Rhonda beberapa hari tak ada kabar, kamu tugaskan dia keluar negeri lagi?" Tanya jelita.     

"Tidak, hanya saja dia sedang sibuk mengurus untuk operasi besok, aku harap tak ada satupun personil Interpol ataupun polisi local yang terluka apa lagi tewas dalam operasi besok."     

"Semoga Arlita dan Arka juga selamat, aku tak ingin terjadi apapun pada mereka."     

"Ya, semoga saja."     

"Usia kandunganmu dan Humaira hanya berbeda beberapa bulan saja, berarti mereka bisa menjadi teman sepermainan. Aku tak menyangka keinginanmu untuk mempunyai anak dengan usia yang berdekatan dengan anak Rey akan terwujud, sayang."     

"Ya, aku ingin melihat mereka tumbuh, apa lagi jika kak Ronald juga segera punya anak, akan lebih ramai lagi. Pasti seru ya mas."     

"Pasti tapi Rena masih kecil, kadang aku tak tega jika harus melihat dia sudah mengendong bayi padahal usianya masih sangat muda."     

"Tapi jika hal itu membuat dia bahagia bagaimana?"     

"Iya juga sih, ayah juga pasti akan bahagia."     

"Tentunya, aku kangen juga sama ayah."     

"Begitupun aku, tapi kondisi kita tak memungkinkan untuk naik pesawat."     

"Semoga ayah selalu sehat dan bisa berkumpul lagi dengan kita, dan si kembar jika sudah lahir nanti."     

"Iya, semoga saja sayang."     

"Bagaimana dengan ayah Handoko dan Selena? Apa mereka juga sudah sampai, kita jadi melupakan mereka."     

"Sudah, mereka sudah sampai dengan selamat. Tak perlu khawatir nyonya."     

"Ya, aku memang tak perlu mengkhawatirkan apapun selagi ada suamiku yang juga pimpinan Interpol yang hebat."     

Danil terkekeh, lalu mencium puncak kepala jelita, jemarinya membelai perut sang istri yang membuncit lebih besar disetiap harinya, kadang sampai membuat Danil khawatir karena tubuh Jelita yang mungil dia harusmengandung bayi kembar yang tentunya kandungannya akan lebih besar dari wanita yang hamil bayi tunggal.     

"Apa mereka tadi rewel saat aku tinggal ke kantor?" Tanya Danil sambil terusmembelai perut buncit istrinya.     

"Tidak, mereka hanya sedikit berolahraga, mungkinmain bola atau main kasti. Aku juga tidak tahu."     

Danil kembali terkekeh, lalu memeluk erat tubuh mungil istrinya.     

"Maaf sayang aku merepotkanmu."     

"merepotkan apa?"     

"Kau harus mengandung anakku, sekaligus dua. Aku yakin ini tak mudah untuk mu, tapi kau tak pernah mau mengatakannya padaku."     

"Kata siapa? Aku senang ada mereka di perutku, ini sesuatu yang sangat indah, anugerah yang luar biasa yang Allah berikan pada kita."     

"Kamu benar sayang, ini membuatku tak berhenti untuk bersyukur, tidak semua orang beruntung mendapatkan keturunan kembar. Sedangkan kita tanpa meminta sudah diberi, ini sesuatu yang luar biasa."     

"Aku sungguh bahagia mas, saat tahu aku hamil, rasanya…" Jelita tak mampu melanjutkan ucapannya, hanya lumatan pada bibir suaminya sebagai jawaban betapa bahagia dirinya akan menjadi seorang ibu.     

"Semoga kamu dan kedua anak kita selalu sehat istriku."     

"Begitu juga denganmu, sayang."     

"Semoga kita kan bersama selalu, membesarkan anak-anak kita."     

"Amiin."     

"Maaf Tuan, pasukan bersenjata kembali menyerang warga sipil dipesisir utara pantai kota llongwitch, di negara C." Ucap Rhonda yang tiba-tiba datang dengan membawa kabar yang tidak sedap.     

"Lalu bagaimana keadaan disana? Adakah yang berjaga disana?"     

"Hanya ada Arka dan Arlita serta beberapa orang sipil yang membantu mereka."     

"Sial!!! Cepet kirimkan bantuan pada Arka dan Arlita."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.