Jagoan Papa.
Jagoan Papa.
Matt sudah bersiap di ruangan khusus untuk langsung mentransfusikan darahnya pada Ramond, begitu pula dengan Ramond telah di pindahkan ke ruangan khusus tersebut bersebelahan ranjang dengan Matt yang telah terlebih dulu di pasangkan alat pada pembuluh darahnya.
Semua anggota keluarga hanya bisa menunggu dan memperhatikan bagaimana Matt sedang mentransfusikan darahnya pada Ramond melalui dinding kaca transparan di luar ruangan. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan tersebut kecuali dokter atau perawat.
"Cucuku sangat kuat kan, Arlita." Ucap Tuan Gordon sambil menatap Ramond yang terbaring lemah di ranjang.
"Iya, dia sangat kuat Om."Jawab Arlita sambil menyeka air matanya yang terus saja menetes tanpa Ia minta.
"Sebaiknya setelah ini, kau menikahlah dengan Arka, agar cucuku dapat benar-benar merasakan keluarga yang lengkap."
"Ya, Om. Kami akan mempertimbangkannya." Kata Arlita sambil menoleh pada Arka yang berdiri di sampingnya sambil tersenyum lalu mengangguk.
"Aku bersyukur, Ramond hidup dikelilingi orang-orang yang sangat menyayanginya, dan orang-orang yang baik. Apa suatu hari nanti aku bisa mengajak Ramond untuk tinggal bersamaku?" Tanya Tuan Gordon pada Arlita.
Arlita menatap lekat wajah tua Tuan Gordon lalu tersenyum, "Tentu saja, Ramond juga cucumu, kau bisa kapan pun menemuinya dan Ramond bisa kapan saja menemuimu. Aku takkan melarang itu."
"Kamu ibu yang baik Arlita, pantas jika Matt tak semudah itu melupakanmu."
"Molly juga gadis yang baik, Om."
"Ya, baik, sabar dan pengertian. Dia sangat mengerti kondisi Matt, bahkan aku salut dengan kesabarannya." Tuan Gordon tersenyum.
"Dia juga akan menjadi ibu yang baik bagi Ramond. Kami sudah berteman sejak aku masih menjadi kekasih Matt, dan aku yakin kami bisa menjalin tali persaudaraan dengan baik, walau aku dan Matt punya masa lalu."
"Kalian orang-orang yang bijak dan cerdas, aku yakin kalian mampu menyeleraskan hubungan ini menjadi lebih baik."
"Terimakasih, Om."
"Aku yang harus berterimakasih padamu, karena telah melahirkan dan mendidik cucuku dengan baik."
"Itu sudah kewajibanku sebagai seorang ibu, Om."
"Arka, aku titip cucuku, tapi tolong jangan halangi aku menemui cucuku."
"Itu tak akan terjadi Om. Aku ingin Ramond juga mengetahui dan dekat dengan keluarga kandung ayahnya. Karena aku sendiri sudah tidak mempunyai orang tua jadi Ramond tak akan mempunyai kakek dan nenek dariku."
"Aku orang tua mu sekarang Arka." Ucap Gordon lalu memeluk Arka yang berdiri di samping Arlita.
"jadi Ronald itu anak Handoko, dan adikmu menantu Handoko?" Tanya Gordon pada Arka.
"Ya, Om."
"Sungguh hubungan yang rumit. Tapi menyenangkan." Ucap Tuan Gordon.
"Ya, yang penting semua bahagia, dan rukun. Itu Ronald datang." Pandangan Ronald tertuju pada sosok tinggi besar yang sedang berjalan dengan santai menuju kearahnya.
"Assalamualaikum." Sapa Ronald yang datang sendiri karena Rena menemani Molly yang kelelahan di rumah mereka.
"Waalaikumsalam." Jawab Arka dan Arlita.
"Bagaimana kabar om hari ini?" Tanya Ronald pada Gordon.
"kabar ku cukup baik, dan akan tambah baik jika mereka berdua baik-baik saja." Pandangan Tuan Gordon beralih pada ruangan bersekat kaca di hadapannya.
"Mereka ayah dan anak yang kuat, aku yakin mereka akan baik-baik saja." Jawab Ronald sambil ikut memandangi ruangan di hadapan mereka. Matt melambai pada Ronald, dan dib alas lambaian tangan juga oleh Ronald.
"Kira-kira akan berapa lama lagi proses transfusinya?" Tanya Ronald pada Arka.
"Aku tadi belum sempat menanyakannya pada Humaira, karena Humaira buru-buru masuk ke ruangan itu bersama Matt."
"Humaira dokter yang sangat kompeten, sekaligus pemimpin rumah sakit yang sangat handal. Aku baru tahu bakat adikmu selain menjadi seorang dokter juga berbakat sebagai pemimpin perusahaan." Ucap Ronald sambil tersenyum.
"Ya, menjadi dokter adalah mimpinya sejak kecil, dan menjadi kepala rumah sakit adalah bonus dari Allah untuknya, aku rasa dia sangat mensyukuri itu hingga Ia berusaha kbekerja dengan sangat baik."
"Dia sangat luar biasa, lihat saja cara kerjanya, cekatan dan teliti." Puji Ronald.
"Kau sangat menyayangi adikku."
"Sudah sepantasnya, karena dia juga adikku."
"Ronald, kapan ayahmu dan Selena akan pulang, om kangen pada Selena." Tanya Gordon pada Ronald.
"Aku belum tahu, Om. mereka berdua memang sangat cocok dalam bidang sosial, ayah menjadi donator tetap sejak dulu di yayasan milik Selena, ternyata takdir membawa mereka pada jodoh yang tak mereka duga."
"Benar begitu?" Tanya Tuan Gordon yang baru mengetahui tentang andil Handoko di dalam yayasan sosial milik Selena.
"Ya, Om."
"Benar-benar tidak terduga." Gordon terkekeh.
Tak berapa lama Humaira keluar dari ruangan tempat Matt dan Ramond berada.
"Bagaimana keadaan mereka?" Tanya Ronald pada Humaira.
"Kalian tak perlu khawatir, mereka dalam kondisi baik dan stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Jawab Humaira sambil tersenyum.
"Alhamdulilah." Jawab Mereka serempak, sambil mengusapkan kedua tangan mereka ke wajah.
"Aku tinggal dulu ya, aku harus memeriksa sesuatu." Pamit Humaira.
"Ya, hati-hati. Jaga keponakanku." Ucap Ronald.
"Iya Kak." Ucap Humaira sambil berlalu.
"Aku benar-benar lega." Ucap Arlita, sedangkan Arka tersenyum dan tangannya membelai kepala Arlita dengan sayang.
"Sudah aku bilang, mereka akan baik-baik saja, kan." Tandas Arka.
"Ya. Aku hanya terlalu khawatir." Sanggah Arlita.
"Itu wajar kau kan ibunya." Ucap Tuan Gordon.
"Aku Daddy-nya."
"Aku ayahnya."
"Aku kakeknya."
Lalu mereka tertawa bersama, seiring mata Ramond yang terbuka lalu menatap sekeliling ruangan dan tersenyum kala melihat Matt berbaring di ranjang sampingnya dengan tersenyum lembut.
"Jagoan Papa." Ucap Matt pada Ramond.
"I Miss you, papa."
"I miss you too my son." Balas Matt.
"Aku kira papa tak akan datang."
"Papa akan datang, pasti datang untukmu, jagoan papa."
"Kemarin aku ketakutan, tapi mommy kecil terus memegang tanganku, sampai aku tertidur dan baru sekarang aku terbangun." Cerita Ramond pada sang papa.
"Ramond kau sudah bangun?" Tanya Humaira lalu mengecek kesehatan Ramond, dan berapa lama Humaira tersenyum lebar.
"Kamu anak yang hebat." Ucap Humaira lalu mencium kening Ramond.
"Terimakasih tante, karena tante selalu merawatku." Ujar Ramond.
"Karena kau anak yang sholih dan berbakti pada orang tuamu, maka tante akan senang hati untuk selalu bersamamu apapun keadaanmu sayang." Ucap Humaira tersenyum lebar pada Ramond.
"Berapa lama lagi prosesnya?" Tanya Matt.
"Tak kan lama lagi, karena kondisi Ramond sudah satbil. Itu berkat kau Matt." Kata Humaira.
"Karena aku papanya."
Humaira dan Matt tersenyum lalu menatap semua orang yang ada di luar ruangan dan mengacungkan jempolnya.