aku, kamu, and sex

Kedatangan Matt 2



Kedatangan Matt 2

Mobil yang dikendarai oleh Rey masuk ke dalam halaman rumah sakit, Rey langsung turun dari pintu kemudi lalu mengajak Matt dan keluarganya untuk masuk ke dalam rumah sakit, menyusuri lorong rumah sakit yang ramai akan pengunjung yang hilir mudik membesuk pasien.     

"Dimana ruangannya, Rey?" Tanya Matt sudah tak sabar ingin bertemu dengan sang anak.     

"Itu di sana." Jawab Rey sambil menunjukkan sebuah ruangan intensif care unit kusus untuk anak-anak.     

Matt berlari ingin segera menjangkau ruangan sang anak, rasa rindu bercampur dengan rasa khawatir yang luar biasa bergelayut dihatinya.     

Rey, Molly dan Tuan Gordon hanya tersenyum melihat bagaimana Matt yang sangat tidak sabar ingin bertemu dengan Ramond.     

Di depan ruang ICU berdiri Ronald, Rena dan Arka. Sedangkan di dalam ruangan ICU duduk disamping ranjang Ramond adalah Arlita serta Humaira yang sedang mengamati kondisi Ramond.     

Ronald langsung memeluk Matt kala Ia menyadari kehadiran sahabat sekaligus saudaranya itu.     

"Apa kabar Matt?" Sapa Ronald yang memeluk erat tubuh Matt.     

"Aku baik, bagaimana denganmu?" Tanya Matt balik ke Ronald.     

"Seperti yang kau lihat."     

"Hai Rena.." Sapa Matt.     

"Hai, Matt aku senang bisa bertemu lagi denganmu."     

"Begitu juga aku, Mommy kecil." Jawab Rey membuat Rena tersenyum simpul.     

"Molly, Om…" Rena mendekat kea rah mereka lalu memeluk Molly erat, dan juga menyapa Tuan Gordon.     

Sementara Matt menatap Arka, pria yang dulu menangkapnya tapi kini berubah menjadi saudaranya.     

"Matt, sukurlah kau sudah datang, aku sangat mengkhawatirkan Ramond."     

"Apa lagi aku Arka, aku rasanya sudah ingin mati karena rindu pada Ramond."     

"Masuklah, kebetulan ada HUmaira jadi kamu langsung bisa diobservasi olehnya." Ucap Arka.     

"Baiklah, aku masuk dulu."     

Perlahan, Matt masuk ke dalam ruangan dimana Ramond terbaring lemah, air matanya sudah jatuh berderai seiring dengan langkah kakinya yang kian dekat dengan ranjang Ramond. Arlita menatap Matt tak dengan deraian air mata dan rasa syukur yang luar biasa karena ada harapan bagi Ramond untuk sembuh.     

"Terimakasih Matt." Ucap Arlita dengan terisak.     

"Ini sudah kewajibanku, Arlita. Terimakasih karena kau dan Arka tak pernah menghalangiku untuk dekat dengan anak ku. Dan sekarang biarkan aku menjalankan kewajibanku sebagai ayah." Ucap Matt di hadapan Arlita.     

Arlita mengangguk, lalu keluar dari ruangan setelah berpamitan dengan Humaira.     

"Kau dokter HUmaira?" Tanya Matt.     

"Ya."     

"Berarti kau istri Rey, adik ipar Ronald dan menanti adikku." Ucap Matt lalu duduk di samping ranjang Ramond.     

"Ya, bagaimana keadaanmu? Apa kau merasakan pusing atau mual? Aku tahu kau pasti lelah Matt." Ucap Humaira sambil tersenyum, dan menyuruh salah satu perawat untuk mengecek tekanan darah Matt, serta mengambil sampel darah Matt.     

"Tak ada lelah sedikitpun, aku hanya ingin cepat sampai disisi anakku ini, dokter." Ucap Matt sambil mencium jemari kecil Ramond.     

"Apa kau membawa kakeknya Ramond? Atau ayah kamu, Matt?" Tanya Humaira.     

"Ya, dia di depan."     

"Boleh kami juga memeriksanya juga?"     

"Tentu…tentu dokter."     

"Baiklah." Lalu Humaira menyuruh perawat untuk membawa Tuan Gordon ke ruang laboratorium sekalian membawa sampel darah Matt.     

"Ajaklah dia bicara Matt, aku yakin dia mendengarnya, hanya tubuhnya yang lemah." Saran Humaira pada Matt.     

"Bolehkah?" Tanya Matt memastikan.     

"Tentu saja boleh, justru itu sangat membantu untuk membuatnya tetap sadar, dan mendengar apa yang kita bicarakan."     

"Terimakasih, dokter." Ucap Matt pada Humaira.     

"Sama-sama Matt, aku tinggal dulu."     

"Tolong kabari kami segera apa darahku cocok untuk Ramond atau tidak."     

"Tentu saja Matt, aku akan melakukannya dengan cepat, agar Ramond segera tertolong."     

"Terimakasih Humaira, kau dan keluargamu sangat bak."     

"Itu sudah kewajiban kami, Matt. Apa lagi kita keluarga sudah selayaknya kita saling membantu bukan." Jawab Humaira sambil tersenyum pada Matt.     

"Aku beruntung bertemu dengan kalian."     

Humaira tersenyum manis, lalu lekas pergi untuk menyusul sang perawat ke ruang laboratorium untuk segera mengetahui hasil yang didapat dari hasil pengecekan.     

Humaira menutup ruang ICU tempat Ramond di rawat dengan pelan. Lalu tersenyum pada Rey yang menatapnya dan menyuruhnya untuk duduk sebentar.     

"Duduklah dulu." Ucap Rey pada Humaira.     

"Aku tidak apa-apa, aku tidak lelah, kamu tak perlu khawatir." Jawab Humaira.     

"Ra, bagaimana Ramond?" Tanya Arka.     

"Kondisinya masih sama, semoga saja, darah Matt cocok dengan Ramond jadi bisa langsung mentransfusikan darahnya." Ucap Humaira.     

"Amiin." Jawab semua orang yang ada di depan ruang ICU.     

"Molly, sepertinya kau perlu istirahat, wajahmu sangat pucat, pasti kau kelelahan." Ucap Rena menginterupsi perhatian semua orang.     

HUmaira bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju tempat duduk Molly. "Ikutlah denganku, aku akan memeriksamu."     

Molly menatap Rena dan Arlita setelah keduanya mengangguk, Ia segera berdiri dan berjalan beriringan dengan Humaira menuju ke ruangan Humaira.     

"Apa kau sudah datang bulan pada bulan ini?" Tanya Humaira ketika mereka berjalan menuju ke ruangan Humaira.     

"Sepertinya…. Apa aku sedang hamil?" Molly langsung menyadari sesuatu.     

Mereka berhenti melangkah lalu saling tatap satu sama lain.     

"Kemungkinan Iya, tapi aku harus memeriksamu lebih lanjut." Ucap Humaira lalu mengandeng tangan Molly untuk melanjutkan langkah mereka.     

"Apa Matt akan bahagia?" Gumam Molly, tapi Humaira masih bisa mendengar apa yang Molly gumamkan.     

"Tentu dia akan bahagia, Molly. Kau lihat bagaimana reaksi Matt pada Ramond, pasti reaksi yang sama yang akan ia tunjukkan pada anak kalian."     

"Tapi Matt tidak mencintaiku." UCap Molly sambil menunduk.     

"Cinta itu pasti akan datang, percayalah padaku Molly. Matt hanya perlu waktu untuk membuka hatinya padamu, tapi aku yakin Matt sangat menyayngimu."     

"Kau benar, Matt satu-satunya sahabatku yang paling menyayangiku dan selalu ada untukku."     

"Apa dia telah melamarmu?"     

"Ya, dia sudah melamarku."     

"Itu artinya dia sedang berusaha untuk tidak hanya sekedar menyayangimu sebagai sahabat tapi juga sebagai calon istrinya."     

"Begitukah?"     

"Ya, begitulah laki-laki mereka begitu sulit untuk menyatakan cinta tapi setelah mereka mendapatkan cintanya mereka akan memberikan segalanya untuk wanita yang sangat Ia cintai."     

"Kau benar dokter, Matt sangat mencintai Arlita, hingga Ia rela berpisah dengan Arlita hanya demi melihat Arlita bahagia dengan pilihannya."     

"Ya, aku hanya bisa berdoa yang terbaik untuk kalian semua. Arka calon suami Arlita adalah kakak kandungku."     

"Benarkah? Maaf aku tidak tahu."     

"Tak masalah, kami selalu terbuka satu dengan yang lain, dan saling membantu kesulitan diantara kami. Dan aku tahu Arka sangat mencintai Arlita dan Ramond."     

"Aku bisa melihatnya, dari bagaimana mereka saling menatap satu dengan yang lain, saling menguatkan."     

"Sama seperti dirimu dan Matt, kalian saling menguatkan satu sama lain."     

"Hanya dia dan Scoot yang aku punya sebelum kedatangan Regan dan Arlita."     

"Hidup memang penuh misteri, Molly."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.