Kasih Sayang dua Ayah
Kasih Sayang dua Ayah
"Assalamualaikum." Sapa Arka.
"Waalaikumsalam, bang." Jawab Humaira yang langsung melangkah mendekati sang kakak dan mencium pungung tangannya.
"Bagaimana keadaan Ramond?" Tanya Arka pelan takut menganggu Ramond yang sedang tertidur.
Di tatapnya Arlita yang sedang memegang tangan Ramond, dengan wajah sendu, lalu pandangan Arka beralih pada sang adik lalu perlahan keluar dari kamar rawat Ramond.
Arka dan Humaira duduk di bangku yang tersedia di depan ruang rawat inap, keduanya sama-sama menatap hamparan tanaman bunga yang menghiasi setiap sudut rumah sakit.
"Jadi apa yang terjadi pada Ramond?"
"Ramond membutuhkan transfuse darah dengan segera, sayangnya di rumah sakit ini, dan juga rumah penampungan darah tidak tersedia golongan darah yang sama dengan darah Ramond, Ramond mengalami kelainan dalam darahnya. Satu-satunya cara adalah memberi transfuse darah pada Ramond dengan golongan darah yang sama."
"Bagaimana dengan Arlita?"
"Sayangnya golongan darah Ramond berbeda dengan Arlita, begitu juga dengan mu, bang."
"Aku akan menghubungi Matt."
"Itu cara satu-satunya, tapi Matt belum bisa datang ke negara ini menurut prosedur."
"Aku akan melakukan apapun asalkan bisa menyelamatkan Ramond."
"Assalamualaikum." Sapa Rey yang baru saja datang mengagetkan mereka berdua.
"Waalaikumsalam, Rey." Ucap Humaira dan Arka.
Rey mencium tangan Arka, begitu juga dengan Humaira yang juga mencium pungung tangan Rey sang suami, lalu Rey ikut duduk bersama istri dan kakak iparnya.
"Jadi bagaimana kondisi Ramond, kau bilang kondisinya tidak baik."
"Kami juga sedang membahas itu." Jawab Arka.
"Jadi?" Tanya Rey penasaran dengan kondisi Ramond.
"Kita membutuhkan darah Matt, kemungkinan besar golongan darahnya sama dengan Ramond."Jawab Humaira.
"Disini tidak ada?" Tanya Rey.
Humaira menggeleng, "Satu-satunya jalan hanya Matt atau kakeknya Ramond."
"Kita bawa Matt kesini." Ujar Rey.
"Caranya?"Tanya Arka.
"Dengan memberi Matt identitas baru." Jawab Rey.
"Itu beresiko." Ucap Humaira.
"Tak ada cara lain, ini cara satu-satunya Matt bisa masuk ke negara ini." Ucap Arka.
"Bang." Humaira mengingatkan Arka.
"Walau aku harus dipecat dari pekerjaanku, aku akan lakukan demi Ramond." Jawab Arka.
"Itu tak akan terjadi. Aku akan mengurus segalanya." Kata Rey.
"Baiklah, sekarang abang temui Arlita, dan bicarakan baik-baik jika abang akan membawa Matt kemari." Ujar Humaira pada kakaknya.
"Baiklah. Aku akan mengatakannya pada Arlita."
Arka masuk kembali ke dalam ruang rawat Ramond, sedangkan Humaira dan Rey duduk menunggu di depan ruangan rawat memberi waktu untuk Arka dan Arlita berbicara.
"Sayang." Sapa Arka lalu menyentuh pundak Arlita, yang membuat Arlita mendongak menatap Arka laki-laki yang Ia cintai.
"Ramond." Ucap Arlita.
"Dia akan baik-baik saja, Ramond anak yang kuat jangan khawatir, oke."
"Tapi.."
"Aku akan membawa Matt kemari, agar dia bisa mentransfusikan darahnya pada Ramond."
"Tapi Matt…"
"Kamu tenang saja, aku dan Rey akan berusaha bagaimanapun caranya agar Matt bisa menemui Ramond."
Arlita memeluk pingang Arka yang berdiri di sampingnya, "Terimakasih Arka."
"Sama-sama sayang, aku tak ingin kamu bersedih, aku juga tak ingin sesuatu terjadi pada Ramond."
"Terimakasih, kau begitu menyayangi Ramond, walau dia bukan darah daging mu."
"Tapi dia tetep anakku kan? Karena ibunya calon istriku, sudah. Jangan menangis jangan membuat Ramond bersedih karena melihat kamu menangis." Arka membelai kepala Arlita yang tertutup jilbab dengan sayang.
"Kau tunggulah disini, aku akan menghubungi Matt." Kata Arka dengan lembut.
Arlita mengangguk patuh, lalu mengurai pelukannya pada Arka. Arka menghapus air mata dipipi Arlita, lalu menatapnya dengan lembut.
"Ingat janagan membuat Ramond sedih, jangan menangis selama aku menghubingi Matt, aku tak kan lama, Humaira dan Rey akan menemanimu."
Lagi, Arlita mengangguk patuh, lalu perlahan Arka meninggalkan Arlita yang sedang menatap nya.
Pelan, Arka menutup pintu kamar rawat Ramond. Lalu memberi kode pada Humaira agar menemani Arlita di dalam ruangannya.
"Aku akan menghubungi Matt sekarang." Ucap Arka pada Rey. Lalu Ia mengeluarkan ponsel di saku celananya, dan menekan nomor Matt.
Di negara C Matt sedang tertidur pulas dengan Molly dalam pelukannya, dan Matt terbangun kala mendengar dering ponsel di meja nakas samping tempat tidur. Matt menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang lalu melihat siapa gerangan yang menelponnya pada jam seperti ini.
"Arka? Ada apa? Pasti ada yang penting." Gumam Matt yang langsung mengeser tombol warna hijau.
"Hallo Arka." Ucap Matt.
"Hallo Matt, maaf jika aku menganggu." Kata Arka di seberang telepon.
"Ga masalah, ada apa Arka, pasti ada yang penting." Tebak Matt.
"Kau benar Matt."
"Jadi ada apa?"
"Ramond membutuhkan bantuanmu."
"Ramond?"
"Ada apa dengan Ramond? Ramond kenapa? Aku pasti akan membantunya."
"Dia menderita kelainan darah, dan membutuhkan transfuse darah sesegera mungkin. Kau memiliki darah yang sama dengannya, aku mohon kau mau membantunya."
"Tanpa kau minta aku akan memberikan darahku untuk Ramond, bahkan jika dia minta nyawaku sekalipun, katakana padaku bagaimana cara aku bisa membantu Ramond."
"Rey akan mengirimkan identitas baru untukmu, dank au pakailah untuk terbang kemari."
"Itu membahayakanmu."
"Tidak akan. Percayalah."
"Baiklah, aku akan segera datang, sekarang juga aku akan berkemas dan menggunakan pesawat pribadi Selena."
"Baiklah, kami menunggumu."
"Oke."
"Terimakasih Matt."
"Aku yang berterimakasih padamu Arka."
Matt mematikan panggilannya, lalu Ia menoleh pada Molly yang sedang duduk di sampingnya sambil tersenyum.
"Pergilah."
"Kau ikut denganku."
"Apa?"
"Jangan banyak bertanya, sebaiknya kau sekarang berkemas keperluan kita, aku akan menghubungi Selena, karena aku akan memakai pesawat milik peninggalan Diego, ayahnya."
"Baiklah."
Tanpa banyak bertanya lagi, Molly segera mengemasi pakaian dan apapun yang mereka butuhkan untuk menjenguk Ramond.
Begitu juga dengan Matt yang juga langsung menelpon Selena jika Ia akan pergi ke negara suaminya, setelah mendapatkan persetujuan dari Selena, Matt langsung menghubungi Rey untuk data yang akan Ia gunakan setibanya di bandara.
Rey segera mengirimkan data-data yang diperlukan oleh Mat. Seolah tak percaya Matt membaca dokumen yang di kirimkan oleh Rey.
"Kau memang ahli Rey." Gumam Matt.
Lalu Ia segera menyuruh anank buahnya untuk mengambilkan paspor dan identitas barunya di gedung pemerintahan, karena memang dia punya satu anak buah yang bekerja di bagian imigrasi.
"Molly apa semua sudah siap?"
"Ya, semua sudah aku siapkan." Jawab Molly.
"Baiklah, kita bergangti baju lalu kita segera berangkat."
"Tapi Matt, identitasmu..?"
"Tak perlu kau khawatirkan, semua sudah di atur oleh Rey aku harus berterimakasih padanya."
"Baiklah kalau begitu, aku ganti baju dulu."
Matt dan Molly segera mempersiapkan diri untuk menuju ke bandara dan di sana sudah menunggu anak buahnya membawakan identitas baru untuk Matt, bahkan pesawat beserta pilot pun sudah menunggu disana.