Danil & Jelita ReViSI
Danil & Jelita ReViSI
Keputusan Richard untuk menyerahkan diri ke polisi sebagai bentuk tangung jawab atas perbuatannya membuat segalanya berubah. Perusahaan keluarga Mahendra yang terpecah kini berubah menjadi satu kesatuan dibawah pimpinan Danil, dan asset berupa tanah dan gedung berada ditangan Rena.
Danil yang sedang menjalani masa penyembuhannya menjadi lebih bersemangat akan kehadiran keluarganya secara utuh, ditambah seorang bayi yang berada dikandungan Jelita, membuat keinginan Danil untuk sembuh menjadi berkali lipat.
Jelita selalu mendampingi Danil untuk menjalani pengecekan ke rumah sakit pasca operasi transplantasi sum-sum tulang belakang. Danil pun tak akan pernah melewatkan kunjungan dokter Jelita untuk memeriksakan keadaan calon anak mereka.
Keduanya saling menjaga satu sama lain, jalinan cinta mereka bertambah kuat seiring berjalannya waktu. Segala cobaan hidup telah mereka lewati dengan sabar, derai air mata yang mengiringi perjuangan mereka menjadi pengingat sekaligus penguat betapa perjuangan mereka hingga sampai ke tahap ini adalah berkah dari cinta dan ketulusan mereka.
Danil mencium kening Jelita saat sang istri sedang lincah menekan tuts piano di depannya, melodi yang mengalun dengan suara indah menambah kesyahduan diantara mereka.
"Aku mencintaimu, sayang." Ucap Danil memeluk leher Jelita yang duduk membelakanginya.
Lagu yang Jelita nyanyikan bertambah indah tatkala ia menyanyikannya dengan sepenuh jiwanya, sebuah lagu cinta dia persembahkan untuk sang suami yang selalu menyayanginya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ia miliki.
Hingga bait terakhir lagu cinta itu Jelita nyanyikan Danil masih setia memeluknya dari belakang.
"Suaramu merdu, kenapa baru sekarang kau memainkan piano didepanku, padahal di rumah kita yang dulu juga ada piano." Tanya Danil pada Jelita yang sedang tersenyum dalam dekapannya.
"Karena belum ingin menyanyi saja." Jawab Jelita dengan tersenyum.
"Kenapa sekarang ingin menyanyi?"
"Karena sedang ingin menyanyi."
"Jangan beralasan kalau ini kemauan anak kita."
Jelita terkekeh, "Ini kemauan ibu dari anakmu sayang."
"Sayang, bagaimana jika Rena hamil?" Tanya Danil pada Jelita sambil menatap matanya mesra.
"Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan tentang Rena?"
"Aku sedikit khawatir terhadap pendidikannya."
"Menurutku kamu terlalu berlebihan, Rena tak semanja dan tak sedangkal pikiranmu menilainya."
"Maksud kamu?"
"Rena sangat dewasa walau umurnya masih sangat muda, aku sering berbicara dengannya jadi aku bisa menilai seberapa tingkat kedewasaannya."
"Apa karena dia terlalu lama hidup sendiri tanpa orang tua ya, sayang?" Danil menarik nafas panjang meratapi kehidupan adiknya yang cukup sulit sebelum bertemu dengannya.
"Mungkin juga, karena pengalaman hidupnya dia bisa sedewasa itu, tapi aku bersyukur karena Rena mendapatkan Kak Ronald yang dewasa dan selalu bijaksana dalam mengambil keputusan, termasuk jika tiba-tiba Rena hamil, aku rasa Kak Ronald sudah memikirkan segalanya."
"Kamu benar, dan membuat aku merasa sedikit___ehm___" Danil melirik Jelita dengan senyum menggoda.
"Cemburu?" Sergah Jelita lalu ia tertawa.
Danil menjadi ikut tertawa karenanya, "Aku berharap kamu akan cemburu sayang." Ucap Danil.
"Aku takkan cemburu hanya karena kamu memikirkan adik ipar mu, lagipula aku sangat yakin jika Rena sebentar lagi benar-benar akan hamil."
"Masa secepat itu?"
"Ya karena mereka sering melakukannya."
"Kita bahkan sering melakukannya tapi baru sekarang kita mendapatkannya."
"Rejeki setiap orang itu beda-beda mas Danil, begitu juga dengan Ronald dan kita."
"Semoga Ronald benar-benar menepati janjinya, untuk membiarkan Rena mengapai apa yang ia cita-citakan."
"Semoga saja, tapi aku benar-benar yakin dengan kak Ronald."
"bagaimana kau bisa seyakin itu sama dia?"
"Karena aku mengenal bagaimana karakter kak Ronald."
"Tapi mungkin akan seru kali ya mas, jika kita, Rey dan Kak Ronald mempunyai anak dengan usia yang tak jauh berbeda, pasti akan ramai, Hah!! Aku tak sabar punya anak, punya keponakan." Ucap Jelita sambil menoleh pada sang suami.
Danil tersenyum lalu membimbing Jelita untuk duduk bersamanya di sebuah ayunan di belakang rumah mereka.
"Itu pasti akan terjadi, berdoa saja supaya mereka lekas diberi momongan, dan anak kita dan juga kamu sehat dan melahirkan dengan lancar." Ucap Danil sambil membelai wajah Jelita.
"Oya, bagaimana dengan Selena dan ayah?" Tanya Jelita dengan senyum lebar pada sang suami.
"Sepertinya Ronald akan punya adik sekaligus punya anak." Danil menatap Jelita lalu tertawa bersama.
"Lucu ya mas. Aku benar-benar ga menyangka jika Selena akan berjodoh dengan ayah yang usianya dua kali lipat dari usia Selena."
"Itulah jodoh tak pernah ada yang tahu, aku juga tak pernah menduga jika Selena adalah anak dari sahabat orang tua kita. Dan sekaligus jodoh salah satu dari mereka." Ujar Danil.
"Semoga mereka selalu bahagia, sayang kita kemarin tak bisa melihat acara pernikahan mereka, tapi tak apalah yang penting sekarang ayah bahagia. Aku masih ingat bagaimana ayah menceritakan tentang Selena yang mencintainya sebagai laki-laki bukan sebagai seorang ayah, pada awalnya aku cukup khawatir ketika tahu tentang hal itu tapi kemudian aku lega setelah ayah juga mengakui perasaannya terhadap Selena."
"Yang membuat aku merasa bahagia adalah, ayah Handoko mau terbuka dengan kita apapun yang ia hadapi, dia percaya pada kita yang bisa membantunya, dan bisa ia percaya."
"Ya, aku senang ayah sekarang benar-benar tidak sendiri, bisa melepas masa lalunya dan memulai hidup yang baru bersama Selena."
"Ayah Handoko memang sangat hebat, mampu menduda dalam rentang waktu yang cukup lama, dan tak tergoda dengan perempuan manapun hingga bertemu dengan Selena, karena banyak diluaran sana yang menggunakan uang mereka untuk berfoya-foya dan bermain wanita, tapi tidak untuk ayah Handoko yang justru menggunakan uangnya untuk amal dan peduli dengan kehidupan orang lain yang membutuhkan."
"Ya, aku juga cukup terkejut saat tahu jika ayah adalah donator terbesar untuk yayasan di negara M, dan yayasan itu ternyata milik Selena, bagaimana reaksi Selena jika tahu tentang hal itu?"
Danil tersenyum, "Jodoh kita adalah cerminan diri kita, begitu juga dengan ayah dan Selena yang mempunyai hobi yang sama yaitu menghabiskan uang yang mereka punya untuk sosial, walau nyatanya harta mereka tak habis hanya karena mereka bersedekah, seperti janji Allah bahwa barang siapa yang menggunakan harta di jalan Allah maka haram bagi mereka terkena api neraka, dan harta mereka akan dilipat gandakan." Ucap Danil.
"Kau benar mas, semoga Selena juga istiqpmah dan menjadi muslim yang taa."
"Ayah Handoko adalah orang yang tepat yang mampu membimbingnya ke jalan Allah."
"Semoga mereka selalu dilindungi Allah selama mereka menjalankan misi sosialnya di negara M, dan negara manapun."
"Amiin."