aku, kamu, and sex

Ulat



Ulat

Lala duduk di bangku taman sekolah, ditangannya tergengam sebuah buku yang sedang I abaca. Lala bukan tipe anak yang mudah bergaul dengan orang lain, terlebih mempunyai strata sosial yang lebih tinggi darinya.     

Di lorong yang menghubungkan langsung dengan taman dimana Lala berada saat ini. Jhonatan berdiri dengan tatapan mata yang tertuju pada Lala yang sedang menyendiri dengan bukunya. Ingin sekali Jhonatan datang menemui gadis itu, tapi satu hal yang melarangnya untuk melakukan hal itu. Dia tak mau membuat Lala semakin berharap padanya, walau Ia seolah sedang mengingkari hatinya sendiri. Jauh di lubuk hatinya dia ingin selalu berada di dekat gadis itu.     

"Kamau lagi lihatin apa sih Jhon?" Tanya Silvia yang sedang bergelayut di lengannya.     

"Ga ada kok, yuk ke kelas." Jhonatan menoleh pada Lala sekali lagi, dan kali ini tatapan mereka bertemu, namun Jhonatan segera kembali menatap Silvia yang tersenyum padanya. Lagi-lagi Lala harus menelan kekecewaan karena sikap Jhonatan.     

Lala menarik nafas panjang, lalu kembali menyibukkan dirinya dengan bacaan ditangannya. Sedangkan Jhonatan terus berjalan dengan Silvia menuju kelas mereka, lalu berkumpul dengan saudara-saudaranya dan juga Leo.     

"Duh yang lagi CLBK. Lengket mulu." Ujar Fahri sambil menoleh pada Jhonatan dan Silvia yang baru saja datang.     

"Siapa juga yang CLBK?" Kata Jhonatan cuek, membuat wajah Silvia mendadak suram.     

"Lha dari tadi kita di kacangin mulu." Ujar si Fatih sambil mencibir.     

"Emang, kit amah apa atuh…" Kata Yola dengan wajah memelas, yang langsung mendapat cubitan di pipi oleh Fatih.     

"Ih sakit! Tau!." Kata Yola sambil mengusap-usap pipinya.     

"Pipi kamu ngemesin kayak bakpao." Fahri ketawa kecil sedangkan Yola mendengus kesal.     

"Ngomong-ngomong LaLa kemana? Ga kelihatan tuh bocah dari bel istirahat berbunyi." Kata Fahri sambil celingak celinguk mencari keberadaan Lala, lalu matanya menangkap orang yang dicari sedang berjalan berdampingan dengan teman laki-laki dari kelas lain.     

"Baru kali ini aku lihat Lala tersenyum ramah gitu sama cowok." Seketika pandangan Jhonatan langsung mengarah pada Lala yang sedang menuju ke kelas bersama Betrand sahabatnya dari kelas yang lain.     

"Itu Betrand, emang udah lama kan si Betrand naksir Lala, Cuma Lalanya susah di deketin." Kata Silvia sambil ikut memperhatikan Lala.     

Jhonatan hanya terdiam namun matanya awas menatap Lala tanpa berkedip, Yola yang menyadari kakaknya sedang menahan amarah pada Lala, langsung memanggil Lala agar menjauh dari Betrand.     

"Lala!!" Panggil Yola dari dalam kelas.     

Lala langsung menoleh pada Yola lalu tersenyum, dapat dilihat jika Lala berpamitan pada Betrand untuk ke kelasnya. Lala berlari kecil menuju ke kelas sedangkan Betrand masih memperhatikan dengan seksama langkah Lala hingga gadis itu masuk ke dalam kelas lalu berkumpul dengan Yola dan yang lain.     

"Habis dari mana kamu, La. Ga ngajak-ngajak." Kata Yola.     

"Dari taman, baca buku sambil lihat bunga." Jawab Lala sumringah.     

Jhonatan langsung berdiri dan kembali duduk dikursinya entah mengapa melihat Lala berjalan bersama Laki-laki lain membuatnya jadi kesal dan ingin marah. Terlebih dia tahu jika laki-laki itu menaruh hati pada Lala.     

Yola ingin tertawa geli melihat kelakuan kakaknya yang sedang kesal karena Lala yang berjalan bersama Betrand. Yola sepenuhnya tahu jika kakaknya itu sebenarnya menaruh hati pada Lala tapi kakaknya mencoba mengingkari rasa itu dan justru selalu mendekati Silvia gadis pertama yang membuatnya tahu rasanya menyukai seeorang gadis. Hubungan Jhonatan dan Silvia tak ubahnya seperti hubungan tanpa status, dekat tapi ga pacaran, dekat tapi ga cinta hanya sekedar menyukai.     

Jhonatan sedang bimbang dengan perasaannya sendiri antara rasa cinta dan hanya sebatas suka dan juga mengagumi.     

Bel masuk tanda dimulainya pelajaranpun berbunyi, selama perjalanan berlangsung pikiran Jhonatan hanya tertuju pada Lala. Ingatan dimana Lala tersenyum lebar saat bersama Betrand selalu menganggu pikirannya.     

Fahri yang duduk disamping jhonatan menyenggol tangannya saat Bu Ratna berulang kali menyebut nama Jhonatan namun yang empunya nama justru tak mendengarkannya karena sibuk dengan pikirannya sendiri.     

"Jhon." Panggil Fahri sambil menginjak kakinya.     

"Aduh! Apaan sih." Kata Jhonatan dengan tatapan tajam pada Fahri.     

"Tuh." Fahri mengisyaratkan dengan matanya ke arah Bu Ratna yang sudah bertolak pingang di hadapan Jhonatan.     

"I…Iya. Buk." Kata Jhonatan gugup melihat wajah Bu Ratna yang menatapnya garang.     

"Di larang melamun di kelas saya! Kamu paham?" Kata Bu Ratna.     

"Paham buk, tolong maafkan saya."     

"Jangan di ulangi lagi! Sekarang kamu kerjakan soal nomor 3 di papan tulis." Perintah Bu Ratna seorang guru Fisika yang terkenal killer.     

Jhonatan langsung berdiri dan berjalan menuju whiteboard, dengan tenang Ia mengerjakan soal yang tertulis dipapan tulis. Memang otak Jhonatan yang pintar jadi soal itu dapat Ia kerjakan dengan mudah. Lalu tak lama Ia meletakkan spidol yang tadi buat menulis ke tempatnya, dan kembali duduk di tempatnya semula.     

Lala menatap Jhonatan yang baru saja duduk di kursinya, tak sengaja Jhonatan juga menatapnya. Hingga beberapa saat mereka hanya bersitatap cangung, lalu suara Bu Ratna yang hendak mengevaluasi pekerjaan Jhonatan menginterusi mereka.     

Lala kembali menatap papan tulis, begitu juga dengan Jhonatan yang langsung mengikuti penjelasan dari Bu Ratna.     

Bel pulang berbunyi, Jhonatan menyandarkan tubuhnya di kursi sambil dengan malas memasukkan alat tulisnya ke dalam tas.     

"Ayo bang, pulang."     

Jhonatan mengangguk lalu Fahri mengajak Lala dan Leo untuk pulang bersama seperti tadi pagi.     

"Jho, kamu ga bawa motor kan? Bareng sama aku aja." Kata Silvia.     

"Makasig Sil, aku bawa sepeda kok." Jawab Jhonatan.     

"Sepeda? Ga salah?"     

Jhonatan mengeleng, "Udah sana kamu pulang, kasian nenek kamu nanti nungguin."     

"Oke deh, aku duluan ya."     

Jhonatan mengangguk, "Hati-hati, Sil." Silvia menoleh lalu mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. Hal itu lagi-lagi tak terlewatkan dari perhatian Lala, karena mereka memang sudah berjanji untuk pulang bersama, jadi mau tidak mau Lala juga menunggu Jhonatan di depan pintu kelas.     

"Yuk pulang." Ajak Jhonatan pada Lala.     

Lala hanya melangkah tanpa mengangguk atau merespon dengan kata-kata ajakan Jhonatan.     

"Yola, aku pakai sepeda kamu saja ya, nanti kamu yang bonceng. Boleh?" Kata leo.     

"Oke."     

Leo tersenyum senang, lalu berjalan bersisian dengan Yola, hatinya sedikit cemburu melihat kedekatan Siivia dengan Jhonatan namun lagi-lagi Leo harus menerima itu karena Silvia tak pernah menatapnya atau hanya sekedar meliriknya saja pun tidak.     

"Kamu masih suka sama Silvia?" Tanya Yola si tukang kepo.     

"Kok kamu tahu?"     

"Aku tahu dari ayahku."     

Leo mengangguk, "Tapi dia saja tak melirik ku, jadi untuk apa aku berharap, benar kata Jhonatan ini waktunya kita belajar dan meraih masa depan, bukan pacaran." Kata Leo yang membuat Yolanda tersenyum lebar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.