aku, kamu, and sex

Terkuak 1



Terkuak 1

Mentari pagi membiaskan warna kuning yang menghangatkan tubuh setiap insan. Seiring suara kicau burung dipagi hari dua insane kembar yang baru saja terbagun dari lelapnya mimpi indah. Kini mereka sedang bersiap untuk mengisi hari ini dengan semangat menimba ilmu di sekolah bersama dengan dua saudara sepupu mereka.     

Namun tak seperti hari-hari biasanya, hari ini mereka berangkat ke sekolah bersama ayah mereka, yaitu Danil Mahendra. Sedangkan dua sepupunya yang lain berangkat menggunakan motor mereka. Tak hanya Danil yang ikut ke sekolah dipagi hari ini, tetapi ada Rey yaitu orang tua Fahri yang ikut datang, dan juga kedua orang tua Lala yaitu ibu Ranti dan Wijaya.     

Danil sebenarnya mengajak Ronald serta untuk menyelesaikan masalah di sekolah yang bernaung di yayasan pendidikan mereka, tetapi karena Ronald harus keluar kota maka yang datang hanya Rey dan Danil saja.     

Masalah yang sedang di hadapi anak-anak mereka bukan masalah sepele melainkan masalah yang benar-benar harus di selesaikan dengan tuntas, karena sudah menyangkut pelecehan seksual.     

"Jhonatan, aku harap kamu tidak menyimpan dendam pada Leo karena masalah ini, entah apapun hasilnya nanti dari hasil perundingan dengan segala pihak, dan kamu juga Yola, kamu tidak boleh menyimpan dendam pada Leo atau pada siapapun yang berbuat tidak baik padamu, karena kita tak tahu apa sebab Leo yang sesungguhnya melakukan hal itu, dan pasti ada sesuatu yang menyebabkan seorang Leo menjadi gay. Kalian berdua tidak boleh langsung menjudge seseorang itu buruk hanya dari perbuatannya yang kita sendiri tidak tahu alasan di balik perbuatan buruknya." Kata Danil sambil duduk tepat di belakang sopir pribadinya bersama Yola, sedangkan Jhonatan duduk di samping sang sopir.     

"Iya, ayah. Sebenarnya aku penasaran kenapa Leo menukar jawaban Silvia kenapa bukan murid yang lain?" Ujar Jhonatan sambil memandangi padatnya jalanan menuju ke sekolahnya.     

"Dan pasti ada alasan kenapa leo menjadi gay." Kata Yola.     

Danil hanya diam, dia jadi mengingat dirinya yang dulu juga seorang gay dengan mantan kekasihnya Ronald. Dia sangat yakin jika Leo mempunyai sesuatu atau trauma yang kuat yang menyebabkan dirinya menjadi seorang gay. Atau dia mempunyai kelainan seksual secera genetic sejak lahir.     

"Ayah, apa hari ini orang tua Leo juga diundang ke sekolah?" Tanya Yola.     

"Belum sayang. Mungkin hari ini baru Leo dan Pak Wiliam yang akan dimintai keterangan perihal itu."     

"Ow, berarti Lala masih dalam bahaya sekarang, aku yakin Pak Wiliam bukan orang biasa, nyatanya dia bisa menyewa preman untuk mengancam Lala dan keluarganya." Tandas Jhonatan.     

"Ya, makanya untuk sementara Lala dan keluarganya harus terus tinggal di rumah kita yang lama, disana ada anak buah ayah yang selalu memantau keselamatan mereka, dan juga itu kawasan elit tak sembarang orang bisa masuk kawasan itu jika tidak membawa ID penghuni perumahan." Jawab Danil membuat Jhonatan mengangguk.     

"Alhamdulilah, aku punya ayah tajir." Kata Yola sambil mengusapkan kedua tangannya ke wajah.     

"Kenapa emang?" Tanya Jhonata.     

"Bisa ngabisin duit ayah semau hati, dan selalu menjadi Ironmannya aku." Yola tersenyum manis, Jhonatan membalikkan tubuhnya dan langsung mencubit hidung adik kembarnya gemas.     

"Aduuuhh! Abang sakit!!" Teriak Yola. Danil hanya mengelengkan kepalanya sambil menatap tab di tangannya.     

"Abang nakal tuh, Yah." Adu Yola pada danil.     

"Kalian berdua sama aja, awas aja nanti kalau kamu dipesantren kalau ada yang ngeluh kangen, ayah jewer kalian." Kata Danil tanpa mengalihkan pandangannya dari tab di tangannya.     

"Weeeekkkk." Yola menjulurkan lidahnya pada Jhonatan.     

Sedangkan Jhonatan hanya mencibir. Tak terasa mereka kini telah memasuki parkiran gedung sekolah. Danil merapikan jasnya kemudian turun dari mobil setelah pintunya di buka oleh sang sopir, begitu juga dengan Jhonatan dan Yola yang juga turun, lalu mencium pungung tangan sang ayah bergantian lalu berjalan ke kelas mereka.     

Danil melangkah dengan mantab menuju ke ruang kepala sekolah, ternyata di sana Rey telah datang terlebih dahulu.     

"Assalamualaikum." Sapa Danil, Rey dan kepala sekolah bangkit dari posisi duduk mereka, lalu menyalami Danil dan membalas salamnya.     

"Waalaikumsalam."     

"Apa kabar Pak Danil?" Tanya Pak kepala sekolah.     

"Alhamdulilah baik, bagaimana kabar anda Pak Bondan?" Danil berbalik Tanya pada Pak Kepala Sekolah.     

"Seperti yang anda lihat, saya baik-baik saja. Pak."     

"Syukurlah."     

"Hai Rey."     

"Hallo Danil."     

"Jadi, apa yang menyebabkan Pak Danil dan Pak Rey datang ke sekolah? Apa menyangkut Jhonatan kemarin?"     

"Ya, itu salah satunya." Jawab Danil.     

"Saya ingin anda memanggil Bu Lilik sekarang." Kata Danil, Rey menatap Danil karena Ia sendiri sudah tahu apa yang terjadi dari Fahri.     

"Baik, sebentar saya panggilkan."     

Pak Bondan menekan tombol di pesawat telepon yang terhubung langsung ke ruangan para guru, dan menyuruh Bu Lilik untuk segera mengahap kepadanya.     

"Sebentar lagi, beliau akan datang kemari, Pak." Lapor Pak Bondan. Dan Danil hanya mengangguk pelan.     

"Silahkan diminum tehnya pak." Pak Bondan mempersilahkan Danil dan Rey. Mereka hanya mengangguk lalu menyesap teh yang tersaji diatas meja. Tak lama kemudian Bu Lilik mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan tersebut, lalu duduk di sofa single di samping pak kepala sekolah.     

"Begini Bu, Pak Danil ingin bertemu dengan anda." Kata Pak Bondan, sedangkan Bu Lilik sudah tahu maksud dari kedatangan Danil dan Rey ke sekolah itu, dia hanya mengangguk lalu tersenyum.     

"Begini Pak Bondan, saya dan Rey mendapat laporan dari anak kami, perihal kelakuan guru pada siswanya, yaitu Leo dan Lala." Kata Danil memulai pembicaraan. Sedangkan Pak Bondan mengerutkan dahinya karena tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Danil.     

"Jadi siswi bernama Lala Wijaya, mendapat ancaman bahkan percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh Pak wiliam, yang beliau adalah guru di sekolah ini, kenapa Lala diancam? Karena Lala dan Bu Lilik saksi bahwa mereka pernah melihat Pak wiliam melakukan tindakan asusila terhadap Leo, yang juga salah satu murid di sekolah ini. Karena hal itulah saya ingin anda juga memanggil Bu Lilik." Terang danil Pada Pak Bondan.     

"Maaf Pak Danil saya jadi bingung, karena jujur saja saya tidak mengetahui perihal tersebut."     

"Sebaiknya anda panggil nama-nama yang bersangkutan." Kata Rey pada Pak Bondan. Lalu Pak Bondan mengangguk lalu menyuruh Bu Lilik untuk memanggil Leo dan Lala, serta Pak Wiliam.     

"Saya sungguh tak mengetahui tentang hal ini, Pak. Tolong maafkan kelalaian saya." Kata Pak Bondan dengan wajah penuh penyesalan.     

"Tidak apa-apa pak, Itu juga sebab kenapa Jhonatan menaruh kamera di beberapa sudut ruangan, karena ternyata kamera CCTV yang dipasang pihak sekolah, ada beberapa yang tidak berfungsi." Ujar Danil yang membuat Pak Bondan makin merasa tak enak hati.     

Tak berapa lama nama-nama yang dipanggil segera datang, dan kebetulan orang tua Lala pun baru sampai di sekolah. Membuat suasana di ruangan itu semakin suram dan penuh ketegangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.