The Alchemists: Cinta Abadi

Rombongan Yang Mengesankan



Rombongan Yang Mengesankan

Dengan cepat Marion memerintahkan Larkin untuk mengerahkan semua kekuatan yang ia miliki untuk mencari informasi ke seluruh Paris dan bahkan Prancis tentang keberadaan Vega dan Mischa. Marion memberikan foto keduanya dan menyuruh Larkin untuk memobilisasi semua anak buahnya tanpa menunda sama sekali.     

Marion tahu bahwa mereka berpacu dengan waktu. Semakin lama mereka membiarkan para penjahat yang menculik Vega itu melarikan diri, maka keselamatan gadis itu akan semakin terancam.     

Larkin sangat terkejut ketika melihat wajah Vega. Ia belum pernah melihat gadis secantik itu. Ia hanya bisa bertanya-tanya dalam hati siapa sebenarnya anak remaja yang sedang dicari Marion ini, dan apa hubungannya dengan Mischa.     

"Aku sudah memerintahkan semua anak buahku untuk mencarinya," kata Larkin setelah satu-persatu anak buahnya keluar dari mansion. "Sekarang berikan penawarnya kepadaku."     

"Heh, kau pikir aku bodoh?" Marion mendengus. "Aku memberimu waktu tiga hari. Kau akan mati secara mengenaskan dengan tubuh pelan-pelan membusuk kalau kau tidak memperoleh penawarnya dariku. Kalau kau mau segera mendapatkan obatnya, kau harus memberiku kabar bagus."     

"Iishh..." Larkin hanya bisa menahan kemarahannya sendiri. Ia tahu ia tak dapat berbuat apa-apa. "Baiklah. Bagaimana caraku menghubungimu kalau aku mendapatkan petunjuk?"     

Marion melemparkan sebuah ponsel kecil ke arah Larkin yang ditangkap pria itu dengan cekatan. "Di situ hanya ada satu nomor. Jangan sampai kau lepaskan ponsel ini dari tubuhmu. Aku akan menghubungi kapan saja aku memerlukanmu."     

Setelah berkata begitu, Marion dan Petra berjalan keluar dari mansion sang mafia dengan langkah-langkah cepat. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi.     

Sebentar lagi Nicolae dan Lauriel akan tiba. Lalu diikuti dengan Caspar dan Alaric. Mereka harus segera kembali ke penthouse untuk membahas situasi yang telah terjadi.     

***     

Nicolae dan Lauriel segera berangkat ke bandara dan pergi ke Paris begitu mereka mendengar berita tentang apa yang terjadi di Paris. Marie hendak ikut, tetapi Nicolae memaksanya tinggal di Grosseto demi menjaga anak mereka, Summer. Ia tak ingin anaknya mengetahui apa yang terjadi dan trauma.     

"Kita akan terus berhubungan. Aku akan membutuhkan bantuanmu melacak," kata Nicolae sambil meremas tangan Marie sebelum mengambil jaketnya dan berjalan keluar kastil. Ia bahkan tidak sanggup untuk mencium gadis itu sebelum pergi.     

Dadanya terasa sangat sesak. Hatinya dipenuhi perasaan bersalah. Seandainya ia tidak meninggalkan Paris dan pergi ke Grosseto, hal ini tidak akan terjadi. Vega adalah tanggung jawabnya, tetapi minggu ini ia telah berbuat egois dengan meninggalkan gadis itu bersama orang lain. Ia tidak mengira, di saat ia pergi, Vega akan diculik oleh penjahat.     

Dan.. kemana pula Mischa? Mengapa tidak ada yang berhasil menemukannya? Apa yang terjadi sebenarnya?     

Dalam perjalanan menuju bandara, Lauriel segera menghubungi semua mantan anak buahnya untuk mengabari apa yang terjadi dan meminta mereka bersiap jika ia membutuhkan bantuan mereka. Setelah itu ia menyimpan ponselnya dan diam.     

Keduanya sama sekali tidak mengeluarkan suara dan sibuk dengan pikiran masing-masing hingga tiba di bandara. Tidak ada pesawat charter yang tersedia dalam keadaan mendadak, sehingga mereka terpaksa menunggu. Caspar yang terbang dengan pesawat pribadinya dari Jerman menyempatkan diri untuk mampir di Roma dan menjemput kedua pria itu.     

Perjalanan dari Roma menuju Paris berlangsung dengan sangat diam. Tidak ada seorang pun yang bersuara. Caspar membawa istrinya dan Rune serta Aldebar yang kebetulan sedang mampir di kastil mereka. Wajah mereka semuanya tampak suram.     

Finland tak henti-hentinya mengucurkan air mata. Namun demikian, ia berusaha keras untuk menangis tanpa suara. Ia tak ingin membuat orang-orang yang ada di pesawat tambah merasa tertekan.     

Pukul 4 pagi mereka semua telah mendarat di Orly dan segera melaju ke pusat kota, menuju ke Hotel Nobel.     

***     

Alaric dan Aleksis tiba paling akhir, karena lokasi mereka di New York yang paling jauh dari Paris. Pesawat mereka mendarat pukul 4.30 pagi dan mereka segera meminta supir yang membawa mereka ke kota Paris untuk mengebut.     

Alaric ingin tiba secepatnya di penthouse dan memeluk anak lelakinya yang selamat. Ia juga ingin segera berkoordinasi dengan semua orang tentang langkah apa yang harus mereka ambil untuk menemukan Vega.     

Para staff Hotel Nobel yang berada di lobi tak henti-hentinya dibuat terkejut melihat kedatangan rombongan orang-orang yang demikian mengesankan. Marion dan Petra kembali ke hotel duluan dan segera memberi instruksi kepada para staf untuk bersiap menyambut kedatangan dua rombongan sebelum mereka berdua naik ke penthouse.     

Para staf tersebut sama sekali tidak mengira bahwa orang-orang yang mereka tunggu akan tiba sebelum subuh dan semuanya tampak begitu mengagumkan. Ketika Nicolae dan Lauriel yang berwajah mirip melangkah masuk ke dalam lobi, dua orang staf wanita tanpa sadar menjatuhkan puplen mereka dan menatap keduanya dengan wajah tercengang.     

Lalu masuklah Caspar dan istrinya, diikuti Rune dan Aldebar. Keempatnya tampak demikian rupawan dan muda. Membuat orang-orang yang ada di lobi hampir menahan napas. Mereka belum pernah melihat ada begini banyak orang yang demikian tampan dan cantik dalam satu ruangan seperti ini.     

Siapa orang-orang ini? Apakah mereka semua model? Orang-orang itu hanya bisa saling pandang dan bertanya di antara sesama mereka. Tidak ada satu pun yang mengenali siapa enam orang luar biasa yang berjalan tenang menuju lift itu.     

Setelah lift bergerak ke atas dan angka di layar pintu menunjukkan lift berhenti di lantai 40, mereka mulai dapat menduga-duga bahwa orang-orang itu memiliki hubungan dengan keluarga pemilik hotel, karena sudah pasti mereka menuju ke penthouse.     

Sebentar.. apakah... mereka ini memang anggota keluarga Schneider yang legendaris itu???     

Belum selesai kekagetan mereka, setengah jam kemudian dari pintu lobi kembali masuk pasangan yang sangat menyilaukan mata. Alaric dengan penampilannya yang khas, menggandeng istrinya yang cantik namun berwajah murung, diikuti oleh beberapa pria berpakaian serba hitam yang terlihat menyeramkan.     

Walaupun sangat jarang orang yang pernah melihat keduanya, namun penampilan Alaric yang unik cukup dikenali masyarakat. Mengingat tadi mereka sudah melihat anggota keluarga Schneider lewat, para tamu hotel dan staf segera menduga-duga bahwa wanita yang baru datang ini adalah putri pertama keluarga Schneider.     

Dan lelaki yang menggandengnya itu.. tentulah Elios Linden, suaminya.     

Orang-orang hanya bisa menahan napas dan memperhatikan pasangan itu dengan pandangan kagum. Apa yang terjadi sebenarnya?     

Mengapa dua keluarga berkuasa dan terkenal sangat misterius itu bisa ada di Paris, pada waktu dini hari seperti ini?     

Apakah... kedatangan mereka ada hubungannya dengan serangan teror yang beberapa jam lalu terjadi di Menara Eiffel???     

Ada begitu banyak pertanyaan yang memenuhi benak mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.