Tidur Bersama
Tidur Bersama
Dugaannya benar. Fee memang bisa membaca dalam kelima bahasa itu. Dadanya seketika terasa dipenuhi semangat. Ini adalah informasi baru bagi dirinya sendiri. Selama ini Fee tidak pernah melihat buku dari bahasa-bahasa lain sebelumnya, sehingga ia bahkan tidak mengetahui bahwa ia mengerti bahasa Italia dan Rumania.
Kepalanya berdenyut-denyut memikirkan informasi ini. Fee tidak mengira bahwa ada begitu banyak hal yang tidak ia ketahui tentang dirinya sendiri. Ia membuka buku demi buku dan menghela napas panjang.
Betapa ia ingin sekali mengingat masa lalunya.
Fee membenamkan diri di perpustakaan dan membaca berbagai buku sambil berusaha mengingat-ingat apakah ada kenangan tertentu di saat ia kecil yang akan mengingatkannya tentang suatu tempat atau momen yang berhubungan dengan bahasa-bahasa tersebut.
Linda datang mengetuk pintu perpustakaan saat jam makan siang tiba dan mengingatkan Fee untuk makan siang. Dengan enggan gadis itu beranjak ke ruang makan dan menikmati makan siang yang telah disediakan.
Setelah selesai makan ia baru menyadari bahwa Ren mengirim SMS ke ponselnya.
[Kau sudah makan siang?]
Fee tersenyum saat membaca pesan itu. Ia segera membalas.
[Sudah. Linda mengingatkanku untuk makan siang. Makanannya enak. Kau sedang ada di mana?]
[Aku sedang menghadiri konferensi. Aku pulang malam. Kau cari kegiatan untuk menyenangkan diri sendiri.]
[Baiklah. Sampai jumpa nanti malam.]
Fee menutup ponselnya dengan wajah sumringah. Ia segera membayangkan wajah Ren saat mengirim pesan itu kepadanya. Ia sangat senang mengetahui Ren sempat memikirkannya di tengah kesibukannya.
Dengan gembira ia kembali ke perpustakaan dan meneliti berbagai buku yang tadi menarik perhatiannya. Selama berjam-jam, Fee menjadi lupa waktu dan melanjutkan membaca.
"Nona besar, makan malam sudah siap," kata Linda saat matahari sudah terbenam di ujung barat. Ruang perpustakaan yang tadi terang kini sudah mulai gelap karena matahari hampir menghilang. Linda menyalakan lampu dan seketika ruangan itu kembali menjadi terang-benderang. "Nona sangat suka membaca, ya? Sampai lupa menyalakan lampu..."
Fee mengangkat wajahnya dan tersenyum mendengar kata-kata Linda. "Ah... aku sedang keasyikan. Terima kasih kau telah menyalakan lampunya."
"Apakah Nona mau makan malam sekarang? Semuanya sudah siap," kata wanita separuh baya itu.
Fee mulai merasa bosan makan sendirian berkali-kali. Ia juga tidak merasa lapar. Karenanya ia menggeleng. "Aku tidak lapar. Sebaiknya tidak usah menyediakan makan malam. Aku sudah makan sangat banyak dari pagi dan siang."
"Oh.. benarkah?" Linda tampak terkejut. Ia tak mengira Fee akan menolak makan malam. "Apakah Nona tidak menyukai masakan koki di sini?"
"Eh.. bukan.. sama sekali bukan seperti itu," kata Fee. "Aku hanya tidak suka makan sendirian. Lagipula aku masih kenyang. Besok siang aku akan makan sedikit supaya malamnya aku bisa menjadi lapar dan makan malam."
"Oh.. begitu. Baiklah. Aku akan menyuruh koki untuk tidak usah menyajikan makan malam. Apakah ada yang Nona inginkan? Selain membaca, Nona juga bisa menonton atau melakukan kegiatan lainnya. Besok kalau Nona mau berbelanja atau jalan-jalan, Nona tinggal bilang saya, ya... Saya akan mengatur semuanya untuk Nona."
"Terima kasih banyak. Linda. Aku pasti akan memberitahumu besok kalau aku mau jalan-jalan," kata Fee dengan wajah penuh terima kasih.
"Baiklah, kalau begitu... saya permisi dulu, Nona." Linda keluar dari perpustakaan dan kembali beberapa saat kemudian dengan minuman dan kue-kue untuk menemani Fee membaca.
Fee mengucapkan terima kasih dan kembali membenamkan dirinya pada buku-buku yang ada di sekelilingnya. Ia tidak mengira, membaca bisa menjadi sangat menyenangkan kalau ia berada di sebuah tempat yang begitu nyaman dan kaya akan buku.
Di rumah neneknya, Fee hampir tidak memiliki buku bacaan selain buku sekolahnya karena bagi mereka membeli buku adalah suatu kemewahan. Ia kini merasa dimanjakan dengan perpustakaan yang demikian besar dan indah.
***
Pukul 10 malam, Ren tiba di rumahnya dengan wajah lelah. Ia disambut oleh Linda yang segera membantunya melepaskan mantelnya dan membawakan mantel tersebut untuk digantung di ruang mantel.
"Jam berapa Nona Fee tidur?" tanya Ren.
Linda menggeleng. "Nona masih di perpustakaan. Belum tidur."
"Benarkah?" Ren mengerutkan keningnya. "Ia tidak membalas SMS-ku, maka aku mengira ia sudah tidur."
Pemuda itu berjalan santai ke perpustakaan di ujung mansion dan membuka pintunya. Ia menemukan gadis yang dicarinya sedang duduk di sofa di dalam perpustakaan dengan sebuah buku di tangannya dan sepasang mata terpejam.
Ia berjalan perlahan-lahan mendekati Fee dan duduk di sampingnya. Ren tersenyum tipis melihat Fee ternyata membaca hingga ketiduran. Ia meneliti buku yang sedang dibaca gadis itu dan segera mengerutkan keningnya keheranan.
Ia membuka-buka isinya dan mendesah pelan. Apakah Fee bisa membaca buku berbahasa Rumania?
Ia lalu melihat beberapa buku yang tergeletak di meja di dekat Fee dan menemukan ada beberapa buku dalam berbagai bahasa. Ia membuka satu persatu dan meneliti isinya. Pemuda itu lalu menoleh ke arah Fee dan menatap gadis itu dengan penuh selidik.
"Fee..." Ia menyentuh tangan gadis itu perlahan, untuk membangunkannya, tetapi gadis itu sama sekali tidak bergerak. Ren meremas tangan kanan Fee lembut untuk memastikan gadis itu benar-benar tidur nyenyak.
Akhirnya ia menyadari Fee sudah tertidur sangat pulas. Dalam hati Ren merasa iri karena gadis ini tampak begitu mudah tertidur. Ia sudah dua hari tidak memejamkan mata dan tubuhnya terasa sangat lelah.
Ren duduk di samping Fee selama beberapa menit dan mengamati peri cantik yang sedang tidur dengan begitu damai di sofa.
Hmm... ia dapat melanjutkan pekerjaannya di perpustakaan sambil menemani Fee...
Atau ia dapat membawa gadis itu ke kamarnya agar ia dapat tidur dengan baik.
Akhirnya Ren mengambil pilihan kedua. Ia mengambil buku dari tangan Fee dan menyimpannya di lemari lalu mengangkat sang putri tidur dengan kedua tangannya dan membawa gadis itu ke kamarnya.
Fee yang sedang tertidur pulas, secara otomatis menyamankan diri dengan menyusupkan kepalanya ke dada pria itu saat tubuhnya berpindah dari sofa ke gendongan Ren. Pria itu menunduk dan, melihat betapa damainya sang putri tertidur, hanya bisa menghela napas.
Ia harus meminum banyak obat tidur yang cukup keras agar bisa menikmati tidur yang tidak terganggu dan semakin lama tubuhnya semakin kebal terhadap obat-obatan. Kini ia sudah menyerah dan membiarkan saja tubuhnya menjadi sangat lelah, agar dapat tidur dengan sendirinya.
Sungguh ia merasa iri kepada gadis ini.
Ren masuk ke dalam kamar Fee dan membaringkan gadis itu di ranjangnya yang besar. Fee segera meringkuk di tempat tidurnya dan tidur dengan nyaman. Ren mengambil selimut dan menutupkannya ke tubuh Fee agar gadis itu tidur dengan nyaman. Cuaca musim gugur seperti sekarang sudah mulai dingin dan suhu akan turun saat lewat tengah malam.
Pemuda itu duduk di samping tempat tidur dan mengamati Fee beberapa lama.
Wajah Fee semakin lama semakin cantik, pikir Ren.
Ia ingat bertemu gadis ini pertama kali sepuluh hari yang lalu saat mereka bertabrakan di lobi resort. Saat itu ia sudah terpesona dan merasa belum pernah bertemu gadis secantik itu sebelumnya. Ia lalu mulai bertemu Fee setiap hari setelah gadis itu ditugaskan untuk membersihkan villa tempatnya menginap dan kemudian menjadi pelayan pribadinya.
Rasanya setiap hari Fee terlihat semakin cantik hingga akhirnya Ren tak kuasa menolak pesona gadis itu. Bukan hanya kecantikannya, tetapi sikap dan pribadi gadis itu membuatnya sangat terkesan.
Entah kenapa saat ia bersama Fee, mendengar suaranya menyanyi, dan mengobrol hal-hal remeh-temeh, selalu membuatnya suasana hatinya menjadi senang dan gembira.
Ia bahkan berhasil tidur dengan baik sejak ia bertemu gadis itu di resort. Hmm.. Fee benar-benar membuat hidupnya menjadi lebih baik.
Ren tercenung melihat wajah secantik peri yang sedang tidur pulas itu dan pelan-pelan ia lalu menundukkan wajahnya dan mencium kening Fee.
Hmm...
Ia menjadi tergoda untuk berbaring di samping gadis ini dan memeluknya.
Baiklah.. mungkin sebentar saja.
Ia lalu membuka selimut Fee dan menyusup masuk ke bawahnya. Wangi tubuh Fee yang khas segera memenuhi penciumannya. Ren sangat menyukai aroma tubuh gadis itu. Rasanya seolah memberinya perasaan senang yang adiktif.
Ren mencium kening Fee kembali dan memeluk tubuh gadis itu. Ia belum pernah merasa sebahagia ini memeluk tubuh perempuan sebelumnya.
Fee memang gadis istimewa, pikirnya sambil memejamkan mata.
Pikirannya yang selalu sibuk entah kenapa mulai menjadi tenang dan perlahan-lahan Ren jatuh tertidur. Semuanya menjadi gelap dan terasa begitu damai.