Tiga Orang Menakutkan
Tiga Orang Menakutkan
Selain lima anak buahnya yang mengikuti Larkin ke atap, masih ada beberapa belas lagi yang menunggunya di bawah dan siap naik ke atas jika dibutuhkan. Mereka pikir untuk menghadapi dua orang ini saja, mereka tidak akan membutuhkan bantuan.
"Paman terlalu sabar," kata Mischa lagi. Ia berjalan menghampiri Nicolae dan mengeluarkan satu pistol dari balik jasnya.
Pria itu sama sekali tidak terlihat menakutkan, namun dengan pistol berukuran besar di tangan kanannya, dan ekspresi mengejek di wajahnya, para anggota mafia di depan mulai saling pandang dan berusaha mengira-ngira apakah pria ini memang lemah atau sebenarnya harus diperhitungkan.
Wajahnya terlihat terlalu percaya diri, pikir mereka.
"Siapa kau?" tanya Larkin sambil menyilangkan tangan di dada. Ia merasa pernah melihat wajah Mischa di suatu tempat, tetapi ia tidak ingat di mana. "Jangan ikut campur urusan orang, agar kau tidak ikut terkena akibatnya."
Mischa tidak menjawab. Tiba-tiba saja ia telah melentingkan tubuhnya dan menjejak tembok lalu menyergap Larkin sambil menembakkan pistolnya dua kali.
Dua laki-laki di belakang Larkin tidak sempat menghindar dan telah terkapar di lantai dengan tangan terluka. Mischa masih berbaik hati tidak langsung membunuh mereka. Larkin yang kaget masih mampu bergerak secara refleks untuk menghindari Mischa, tetapi pria itu sudah menduga arah gerakan tubuhnya, segera memukul dengan siku kirinya dan kakinya menyapu tubuh bagian bawah Larkin, hingga pria itu tersungkur.
Larkin segera bangkit dan melayangkan pukulan ke tubuh Mischa dan disambut pria berambut keemasan itu dengan santai. Dengan cepat pistolnya kembali diselipkan di pinggang dan ia beradu jotos dengan Larkin.
Ugh
Bak
Buk
Aahhh..
Mereka saling pukul dan saling menghindar, saling tangkis selama beberapa menit. Anak buah Larkin yang tersisa terlihat bingung. Mereka ingin membantu bosnya tetapi takut kalau mereka menembak, maka Larkin yang akan terkena peluru.
Akhirnya mereka hanya bisa menyaksikan dengan tegang. Setelah beberapa menit berkelahi jarak dekat, akhirnya Mischa tampak mulai bosan. Dengan gerakan terakhir ia meninju perut Larkin dan sebelum pria itu jatuh ke lantai, ia mencengkram leher Larkin dengan tangan kirinya.
"Aku peringatkan kau... Lain kali aku tidak akan semurah hati ini," desisnya sambil menatap mata Larkin dengan sepasang matanya yang menyala-nyala. "Goose dan Wolf adalah keluargaku. Kalau kau macam-macam.. sedikit saja aku mendengar kau mencari gara-gara, aku Mischa Rhionen akan mengejarmu ke seluruh dunia. Kau tidak ingin menjadikanku musuhmu."
Seketika sepasang mata Larkin membeliak besar. Ia baru menyadari di mana ia pernah melihat Mischa sebelumnya. Ia beberapa kali melihat pria ini di TV sebagai seorang pebisnis, salah seorang pemimpin RMI.
Tetapi berdasarkan desas-desus di dunia hitam, pria ini sebenarnya adalah seorang mantan assassin legendaris yang belasan tahun lalu sangat ditakuti, bersama dengan kelompoknya, Rhionen Assassins.
"Kau.. kau?" Ia menatap Mischa dengan keheranan. "Tidak mungkin. Mischa Rhionen sudah berumur. Kau jangan berbohong dan mengaku-ngaku."
Ketidakpercayaan Larkin dapat dimengerti. Sedikit orang yang pernah bertemu Mischa di masa lalu mengetahui bahwa seharusnya ia sudah berumur 43 tahun, tetapi penampilannya sekarang masih tampak cukup muda. Apalagi kehidupan keras sebagai seorang pembunuh seharusnya membuatnya tidak terlihat terawat dan rupawan seperti ini. Larkin mengira Mischa hanya ingin menakut-nakutinya dengan mendompleng nama seorang assassin legendaris.
"Umurku bukan urusanmu," Mischa mendengus. "Tetapi kalau kau masih mencari gara-gara... maka jangan harap aku memberi keringanan lagi."
Mischa mencampakkan tubuh Larkin dan berjalan menghampiri Nicolae yang dari tadi memperhatikannya, masih sambil bersandar di tembok. Ketiga anak buah Larkin yang tidak terluka segera membantu bosnya yang masih mengaduh-aduh sambil memegangi lehernya yang terasa sangat sakit.
"Aku jadi merepotkanmu," kata Nicolae.
"Tidak apa-apa. Sekarang, kalau Paman menasihatinya, seharusnya mereka sudah lebih bisa mendengarkan," komentar Mischa.
Ia mengebas-kebaskan kedua tangannya seolah membersihkan kotoran dan kemudian membuka jasnya. Setelah menyampirkan jasnya di bahu, ia menggulung lengan kemejanya. Pria itu terlihat bagaikan model majalah dewasa yang sedang memeragakan jas keluaran terbaru, bukannya orang yang habis berkelahi.
Bahkan anak buah Larkin tampak keheranan melihatnya. Mereka membantu bos mereka berdiri dan menghadang Nicolae yang berjalan mendekati mereka.
"Larkin... ini peringatan terakhir. Aku tak suka dengan tindakan pengecutmu yang seperti ini. Aku masih memandang bahwa kau memiliki hubungan dengan Sanna, lewat suaminya. Aku tidak akan memperpanjang masalah ini. Tetapi, kalau sampai kau melakukan hal semacam ini lagi, aku tidak akan sungkan sama sekali. Sanna akan tahu orang macam apa yang menjadi teman suaminya."
Larkin menatap Nicolae dengan ekspresi marah, ia mendorong anak buahnya yang memapahnya karena ia ingin menghajar Nicolae. Rupanya ia belum puas sebelum dapat melampiaskan kemarahannya.
"Kalian kenapa diam? Ayo hajar dia!!"gerutunya. Ia mengaku kalah dari laki-laki yang baru datang tadi, tetapi tentu semua anak buahnya bisa mengeroyok Wolf, kan? Pria ini hanya seorang hacker, dia bukan petarung...
Nicolae hanya menghela napas saat melihat tiga lelaki bertubuh besar itu menyerbu ke arahnya. Ia menghindari pukulan orang pertama dengan menundukkan tubuhnya di saat yang tepat dan kemudian berbalik dengan tonjokan kuat ke wajah orang di samping kanannya, dan diikuti dengan sikutan ke orang di sebelah kirinya.
Gerakannya sangat cepat dan setiap hantamannya diisi tenaga yang sangat besar, sehingga dalam waktu beberapa belas detik saja ketiganya telah terkapar di lantai dengan tubuh meringkuk menahan sakit.
Larkin sama sekali tak dapat mempercayai penglihatannya.
Benarkah mereka.. enam orang laki-laki tangguh dari kelompok mafia yang cukup disegani di Prancis ini kalah menghadapi dua orang lelaki saja???
Kemarahannya memuncak dan dengan emosi ia mencabut pistol dari pinggang anak buahnya yang sedang terkapar dan segera mengacungkannya ke arah Nicolae. Ia sudah tidak peduli lagi.
DOR
Wajah Larkin tampak memucat dan sepasang matanya membulat besar saat ia melihat tangannya berlumuran darah dan pistol terlepas dari genggamannya. Ia segera menoleh ke samping kirinya dan melihat seorang wanita cantik bertengger di atas tembok sambil menyilangkan kaki dan tangan memegang pistol kecil yang terarah kepadanya.
Marion yang muncul tiba-tiba telah mendahului menembak tangan Larkin sebelum ia bisa menarik pelatuk pistolnya untuk menembak Nicolae.
"Aku tidak mau merusak nama baik Hotel Nobel dengan menaruh mayat di sini, jadi kuharap kalian pergi sebelum kubuat kalian tidak mampu berjalan," dengus Marion sambil memutar-mutar pistol di tangannya.
Semua orang menatap gadis itu dengan ekspresi terkejut. Nicolae mengangguk ke arah Marion dengan penuh terima kasih.
Marion melompat turun dari tembok lalu berjalan menghampiri Larkin dan menyepak pistolnya yang sudah jatuh di lantai. Ia bersimpuh dan menarik kepala pria itu dan membuka paksa mulutnya.
"Ahh.. hmmphh..." Larkin hendak menolak dan melepaskan diri, tetapi Marion ternyata lebih kuat darinya. Dengan mudah gadis itu mengunci bahunya dan memaksanya menelan sebuah pil.
"Kalau kau tidak ingin penismu mati seumur hidup, kau cari aku seminggu lagi. Aku akan memberikan penawarnya setelah kau menebus semua kesalahanmu pada temanku ini," tukas Marion sambil tersenyum licik. "Kau bisa mencoba sendiri apakah aku berbohong atau tidak. Mulai malam ini barangmu tidak akan bisa berdiri!"
Setelah itu ia bangkit berdiri dan menendang Larkin sekali. Pria itu menggeram kesakitan dan meringkuk di lantai.
"Astaga.. Bos!"
"Gila! Siapa mereka ini..."
"Semuanya menakutkan dan tidak mudah dihadapi..."
Anak-anak buahnya bertukar pandang dan mereka segera sadar mereka tidak akan menang melawan tiga orang asing yang menakutkan ini. Mereka lalu segera memapah bosnya dan kedua teman mereka yang terluka oleh tembakan Mischa tadi. Semuanya tergopoh-gopoh keluar lewat pintu menuju ke lift untuk turun ke lobi.
"Wow.." Nicolae hanya tertawa kecil melihat kehadiran Marion. "Kau masih selalu membawa-bawa racun?"
Marion hanya mengangkat bahu. "Aku selalu membawa racun yang itu. Selalu ampuh untuk memberi pelajaran kepada laki-laki. Tidak ada pria yang berani mengambil risiko kehilangan kejantanan mereka seumur hidup."
"Uhmm.. terima kasih, Marion," kata Nicolae sambil tersenyum. Ia lalu menoleh kepada Mischa. "Aku merepotkan kalian hari ini."
"Tidak apa-apa," jawab Marion santai. Mischa juga mengangguk.