The Alchemists: Cinta Abadi

Nic, Hati-Hati...



Nic, Hati-Hati...

Marie sebenarnya masih merasa kuatir, tetapi melihat sorot mata Nicolae yang tenang dan sungguh-sungguh, hati gadis itu mulai menjadi tenang. Sungguh lega rasanya, ia tidak harus selalu memikirkan bagaimana ia harus menyembunyikan diri dan menghadapi masalahnya sendirian.     

Sungguh kehadiran Nicolae di sampingnya memberi Marie ketenangan dan rasa aman.     

Ia akhirnya mengangguk dan menarik napas panjang. "Baiklah. Aku percaya padamu."     

"Bagus. Kau tunggu di sini. Aku sudah memesan pakaian dan berbagai perlengkapan untukmu dan Summer. Aku mau bertemu seseorang dulu, sebelum ia pergi ke Bordeaux,"  kata Nicolae.     

Sementara menunggu pagi di Amerika, dan ia bisa berbicara dengan Alaric, Nicolae memutuskan untuk menemui Mischa. Mengingat Mischa sangat mudah menghubungi orang-orang dunia hitam di Prancis, mungkin pria itu dapat memberi saran kepada Nicolae bagaimana ia harus menghadapi Larkin.     

"Siapa yang mau kau temui?" Marie menjadi was-was lagi. Kalau Nicolae tidak mau bicara kepada orang itu di depan dirinya, kemungkinan itu karena Nicolae tidak mau Marie  mendengar hal-hal yang mengerikan. Karena itu ia berusaha meyakinkan Nicolae untuk melibatkan dirinya. "Kau bisa bicara dengannya di depanku. Aku tidak keberatan."     

Nicolae menggeleng. "Bukan begitu. Aku tidak enak menyuruhnya datang kemari, karena aku sudah dua kali merepotkannya. Lebih baik aku yang menemuinya. Kalau kau ikut, nanti siapa yang menjaga Summer? Aku tidak mau mengambil risiko."     

Marie akhirnya mengangguk paham. "Aku mengerti."     

"Terima kasih," Nicolae meremas tangannya dan mengambil ponselnya untuk menelepon Mischa.     

"Hai," sapa Mischa di ujung telepon dengan suara serak. Pria itu terdengar kurang sehat, yang membuat Nicolae merasa keheranan. Bukankah Mischa seorang alchemist? Mengapa ia jatuh sakit? Apakah ia benar-benar sedang patah hati demikian parah hingga kondisi tubuhnya menjadi terpengaruh?     

Memikirkan ini, Nicolae menjadi kasihan kepada pria itu dan menjadi tidak enak ia telah merepotkannya.     

"Apakah kau baik-baik saja? Aku tidak mau mengganggumu," kata Nicolae.     

"Tidak apa-apa. Tuan Alaric telah memintaku untuk ke Bordeaux mengawasi Altair dan Vega. Kurasa aku memang butuh suasana baru," jawab Mischa.     

"Oh... kapan kau berangkat?" tanya Nicolae.     

"Aku berangkat setelah makan siang," kata Mischa. "Ada yang bisa kubantu? Tuan mau aku ke penthouse?"     

"Aku tidak mau merepotkanmu. Aku saja yang ke sana. Kau menginap di mana?" tanya Nicolae  buru-buru.     

"Suite 3010," jawab Mischa.     

"Baik. Aku segera ke sana," kata Nicolae. Ia pamit kepada Marie dan Summer lalu segera keluar penthouse untuk menemui Mischa. Ia ingin mengetahui detail tentang Larkin yang sebenarnya dan bagaimana ia dapat menghadapinya.     

Mischa mempersilakan Nicolae masuk dan menawarinya teh. Nicolae menolak karena ia sedang tidak ingin makan atau minum apa pun. Ia lalu menceritakan dengan singkat kepada Mischa apa yang terjadi.     

Pria tampan itu mengerutkan keningnya dan menyipitkan mata saat mendengar penjelasan Nicolae. Ia membuka tabletnya dan mengamati posting yang dimaksudkan Nicolae.     

"Larkin?" Ia bertanya kepada Nicolae untuk memastikan. Nicolae mengangguk. Mischa lalu mengangkat teleponnya untuk menghubungi seseorang. Wajahnya tampak kalem saat ia meminta informasi dari kontaknya tersebut. "Step, aku perlu informasi tentang orang bernama Larkin. Dia memimpin kelompok mafia di Paris. Aku belum pernah mendengar namanya sebelumnya. Apakah dia orang baru?"     

Ia mendengarkan penjelasan Step dari telepon dengan ekspresi tidak berubah. Lima menit kemudian ia menutup teleponnya dan bicara kepada Nicolae.     

"Dia orang baru di sini," kata Mischa kemudian. "Ayahnya adalah ketua organisasi bawah tanah yang banyak bekerja dengan politisi. Dia meninggal lima tahun lalu dan Larkin menggantikannya. Sebelumnya ia tinggal di Amerika."     

"Kau tahu di mana markasnya?" tanya Nicolae. "Aku tidak bisa membiarkannya mengganggu istri dan anakku tanpa mendapatkan hukuman."     

Mischa tersenyum mendengarnya. "Paman tidak usah kuatir tentang itu. Aku masih punya sedikit pengaruh di Eropa. Aku bisa mengunjunginya  sebentar sebelum aku ke Bordeaux."     

Nicolae tampak terhenyak mendengar kata-kata Mischa. Ia sama sekali tidak ingin merepotkan pria itu, apalagi dalam kondisinya sekarang yang tidak sedang baik-baik saja. Namun, kini justru Mischa yang menawarkan diri.     

"Aku benar-benar tidak mau merepotkanmu," kata Nicolae, berusaha menolak bantuan Mischa. Namun pria itu hanya mengangkat bahu.     

"Aku perlu menghibur diri," kata Mischa dengan nada serius. "Kurasa, ya.. sebenarnya aku hanya perlu alasan untuk menghajar orang. Minggu ini cukup berat buatku."     

"Uhm... sebentar," Nicolae tidak ingin membiarkan Mischa mengurusi masalahnya sementara ia pergi ke Italia. Setidaknya ia ingin hadir dan memberi Larkin pelajaran. "Aku tidak ingin kau terlalu repot dengan mendatanginya. Aku akan membuat orang itu datang kemari. Lalu kita berdua bisa menasihatinya. Bagaimana menurutmu?"     

Mischa tersenyum mendengarnya. "Boleh juga."     

Nicolae membahas rencananya sedikit dan kemudian permisi pulang ke penthouse untuk memancing Larkin datang ke Hotel Nobel.     

"Sayang, kau memiliki kontak Larkin?" tanya Nicolae kepada Marie saat ia tiba di penthouse. "Aku mau kau menghubunginya dan meminta ia datang kemari."     

"Untuk apa?" tanya Marie dengan ekspresi kuatir. Ia tak mengerti apa tujuan Nicolae menyuruhnya menghubungi Larkin. Bukankah Larkin telah terang-terangan mencari masalah dengan membongkar identitas mereka? Mengapa kini Nicolae ingin menghadapinya? "Dia itu mafia, Nic. Dia sangat berkuasa di Prancis sini. Dia pasti akan membawa anak buahnya. Aku tidak mau terjadi apa-apa kepadamu."     

"Biar saja dia membawa anak buahnya. Aku akan bicara kepadanya supaya masalah ini langsung selesai. Aku tak mau kau berpikir bahwa setiap ada masalah kau harus melarikan diri. Ini adalah masalah yang harus kita hadapi secara terbuka dan selesaikan," kata Nicolae tegas.     

"Kau bukan mafia dan tidak punya koneksi itu..." kata Marie lagi. "Orang-orang ini tidak bisa dibeli dengan uang. Aku tahu keluargamu kaya.. tetapi mereka tidak akan bisa kau beli. Malahan, kalau sampai mereka tahu siapa kau sebenarnya.. mereka bisa menangkapmu dan meminta tebusan kepada keluargamu."     

"Sayang, kau lupa bahwa adikku adalah Alaric Rhionen, dan salah satu pembunuhnya yang paling tangguh saat ini kebetulan sedang ada di Paris. Mischa masih sangat berpengaruh di dunia hitam dan ia sedang membutuhkan alasan untuk menghajar orang," kata Nicolae sambil tersenyum. "Dan aku sendiri juga tidak jelek kok. Aku pernah bertarung menghadapi dua orang pembunuh dari Rhionen Assassin dan menang."     

Marie sangat terkejut mendengar kata-kata Nicolae. Ia menatap pria itu dengan alis berkerut. Nicolae bisa berkelahi? Ia sama sekali tidak terlihat seperti seorang petarung. Tubuhnya memang tinggi besar, tetapi gerak-geriknya santai dan sikapnya yang hangat membuat Marie tidak pernah menduga Nicolae bisa bertarung dan bahkan cukup tangguh untuk menghadapi dua orang pembunuh dari Rhionen Assassins.      

"Tapi aku sangat kuatir," kata gadis itu.     

"Kau tidak usah ikut, cukup di sini dan mengawasi kami dari jauh. Biar aku dan Mischa yang membereskannya." Nicolae menatap Marie dan mengulangi permintaannya tadi. "Sekarang, tolong hubungi Larkin dan beri tahu dia untuk datang menemuimu di puncak gedung Hotel Nobel. Nanti dari sana, biar aku yang mengurusnya."     

Marie akhirnya mengangguk dan melakukan permintaan Nicolae. Ia menulis sesuatu di ponselnya dan mengirim pesan kepada Larkin.     

[Tolong aku. Temui aku Hotel Nobel, di puncak gedung. Datanglah secepatnya]     

"Bagus." Nicolae menepuk bahu Marie dan kemudian mengulurkan tangannya dan meminta ponsel itu. "Nanti kau akan kubelikan ponsel yang baru. Kita harus menyingkirkan ponsel ini dan semua kontak yang ada di dalamnya."     

Marie hanya memandangi Nicolae yang tampak begitu percaya diri dan ia kembali meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Rasanya melihat Nicolae tampak begitu tenang, hati Marie juga ikut menjadi tenang.     

Larkin mencoba menelepon Marie beberapa kali, tetapi Nicolae tidak mengangkat panggilannya. Setengah jam kemudian masuk SMS dari pria itu bahwa ia telah tiba di lobi.     

"Aku pergi dulu. Kau awasi kami dari kamera di puncak gedung, ya," kata Nicolae sambil pamit kepada Marie. Gadis itu mengangguk dan segera membuka laptopnya.     

Ia meretas sistem keamanan hotel dan segera mendapatkan akses ke semua kamera hotel yang dapat memberikan pandangan ke semua area di gedung tersebut. Dengan cepat ia telah melihat sosok Larkin berjalan melintasi lobi menuju lift dengan langkah arogan.     

"Nic... hati-hati," bisik gadis itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.