Hadiah Ramuan Keabadian
Hadiah Ramuan Keabadian
Ren akan terlihat sebagai laki-laki lemah yang tidak dapat melindungi keluarganya, dan ia mungkin tidak akan sempat menghukum Amelia dengan tangannya sendiri, karena Alaric akan mendahuluinya.
Ia tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.
"Baiklah. Kalau begitu. Aku akan kembali ke Moravia dan menyelesaikan semua urusanku di sana. Setelah itu aku akan mencarimu di.. Targu Mures?" Kalimat terakhir Ren ditujukan kepada Alaric. Pria itu mengangguk.
"Benar. Targu Mures."
Vega merasakan ironi dalam situasi itu. Ia ternyata sangat menyukai rumah mereka di Targu Mures. Ia ingat bahwa beberapa bulan yang lalu ia berkeras ingin ke Rumania untuk mengurus perceraiannya dengan Ren karena di sana perceraian sangat mudah dan murah.
Ren rupanya berpikiran hal serupa, sehingga ia menatap Vega dengan binar geli di matanya.
"Sebelum kau pergi, kami ingin memperkenalkanmu kepada semua anggota keluarga kami," kata Caspar kemudian. "Aku tahu semua ini sangat mengejutkan. Tetapi percayalah bahwa kau tidak gila dan berhalusinasi. Aku menyampaikan semuanya apa adanya. Umurku sekarang 482 tahun, dan seperti yang kau lihat sendiri... aku terlihat sangat muda."
Ren mengangguk. Wajahnya tampak agak bingung tetapi ia tidak menyangkal ucapan Caspar. "Anda memang terlihat sangat muda."
"Itu karena kami sekeluarga adalah Alchemist murni. Kami semua akan tetap terlihat muda selamanya. Vega juga seperti itu. Sepuluh tahun dari sekarang, bahkan seratus tahun dari sekarang.. ia akan tetap terlihat sama seperti sekarang."
Ren menoleh ke arah Vega dan menyipitkan matanya. Ia tentu sangat menyukai mempunyai istri yang akan terlihat muda selamanya.
"Aku sangat beruntung..." bisiknya sambil tersenyum.
Caspar tampak menyukai dinamika di antara dua pasangan itu. Ia mendeham. "Sebagai menantu keluarga ini, kau akan mendapatkan pilihan. Kau bisa ikut kami, menjadi kaum Alchemist yang hidup muda selamanya... atau tidak. Semuanya terserah kepadamu."
Ren mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Caspar. "Bagaimana caranya? Aku tidak terlahir seperti kalian..."
"Kami akan memberikan ramuan keabadian sebagai hadiah pernikahan kepada setiap orang luar yang menikah dengan anggota klan. Kau dapat menjadi seperti kami setelah meminum ramuannya," Caspar menjelaskan. "Kau dapat memikirkan untung ruginya baik-baik. Kalau kau menjadi seperti kami, maka kau tidak bisa terus-menerus tampil di depan publik karena masyarakat akan curiga melihatmu tidak menua. Kita tidak menginginkan ada sorotan terharap masyarakat kita. Kaum Alchemist lebih menyukai hidup di balik layar, di antara orang-orang biasa."
Ren menahan napas. Inilah yang ia dulu tunggu-tunggu. Mendapatkan ramuan keabadian sebagai hadiah pernikahan.
Namun, entah kenapa, kini ketika saat itu akhirnya tiba, ia tidak terlalu bersemangat. Mungkin, karena tujuan hidupnya sudah berubah? Ren tidak tahu.
"Aku harus memikirkannya," kata Ren kemudian. Walaupun ia menginginkan ramuan keabadian, tentu saja ia tidak boleh bersikap terlalu gembira dan ingin. Ia harus tetap tampil seperti orang biasa yang terkejut mendengar semua informasi mengejutkan itu.
"Kau.. tidak ingin hidup abadi bersamaku?" tanya Vega keheranan. Ia tidak dapat membayangkan ada orang yang tidak menginginkan keabadian. Kalau Ren tidak mau menerima ramuan itu sebagai hadiah pernikahan, maka setelah sepuluh tahun, perbedaan usia di antara mereka akan terlihat jelas.
Lalu bagaimana dengan anak-anak mereka nanti jika ayahnya menua? Vega tak mau membayangkan hal itu.
"Sayang, berikan aku waktu berpikir. Ini semua masih terlalu mengejutkan buatku," kata Ren. Suaranya terdengar bernada membujuk.
"Dia benar, Vega. Berikan suamimu waktu berpikir," kata Caspar. Ia semakin menyukai pangeran ini karena rasanya ia belum pernah bertemu orang yang tidak langsung merasa antusias saat diberi kesempatan untuk dapat hidup abadi, selain istrinya, Finland.
Ia ingat, dulu ia memerlukan waktu cukup lama untuk dapat membujuk Finland agar mau ikut dengannya. Setelah anak-anak mereka lahir, barulah istrinya menjadi yakin untuk menjalani kehidupan yang tidak biasa ini.
Mungkin Ren akan dapat menentukan pilihan dengan lebih yakin kalau mereka nanti mempunyai anak, pikir Caspar.
"Baiklah..." Akhirnya Vega mengangguk. Ia berharap nanti dapat bicara berdua dengan Ren dan meyakinkan suaminya.
"London dan Nicolae bilang mereka sudah hampir sampai. Sebentar lagi kita akan melihat mereka," kata Aleksis tiba-tiba. Wajahnya tampak berseri-seri.
Ia baru menerima SMS dari adiknya yang mengabari bahwa mereka sedang dalam perjalanan menuju Pulau F dan akan tiba segera. Aleksis sangat bahagia. Rasanya seolah mereka sedang merayakan liburan akhir tahun seperti biasanya, dengan formasi lengkap.
"Paman London dan Bibi L akan segera tiba?" tanya Vega. Ia masih ingat bahwa London Schneider adalah adik ibunya, dan L yang terkenal itu ternyata adalah bibinya. Ia pun ikut menjadi bersemangat.
"Benar. Selain itu, kau juga akan segera bertemu ayah angkatmu. Nicolae sangat merindukanmu. Ia buru-buru terbang ke sini dari New York setelah mendengar kabar tentangmu. Ia datang bersama istrinya, Marie dan anak mereka Summer," Aleksis menjelaskan.
Vega sungguh gembira mendengarnya. Ia tidak mengira, ia ternyata memiliki begitu banyak anggota keluarga. Hidupnya yang dulu sepi dan sebatang kara, kini terasa begitu jauh.
Ayah angkat? Ahhh.. ia bukan hanya memiliki ayah kandung, tetapi juga ayah angkat???
"Itu mereka...!!" Altair yang sedari tadi melihat ke arah pintu masuk segera berseru dengan penuh semangat ketika melihat di kejauhan ada sosok orang-orang yang dikenalnya.
Ia segera bangkit berdiri dan menyambut mereka.
"Heiii... Lily dan Summer! Kalian semakin cantik!!" Ia menghambur pada dua sepupunya yang kini berusia 12 dan 11 tahun dan menggendong mereka ke udara bergantian.
Semua cucu perempuan di keluarganya memang sangat dimanjakan dan mendapatkan perhatian khusus dari Altair. Kedua adiknya sendiri adalah laki-laki dan menurutnya sangat nakal. Ia lebih menyukai adik perempuan.
Lily yang cantik dengan rambut hitam lurus dan panjang tergerai tertawa kegelian saat tubuhnya diayunkan ke udara oleh kakak sepupu favoritnya. Wajahnya terlihat sangat khas dengan sepasang mata hitam dan sipit seperti ibunya, L.
Sementara Summer yang memiliki warna mata biru keunguan dan pipi berbintik-bintik tampak tersenyum lebar dengan bibirnya yang berukuran penuh, sangat mirip ibunya, Marie. Semua orang dapat melihat betapa keduanya akan segera tumbuh menjadi gadis-gadis cantik saat keduanya menginjak remaja.
Di belakang kedua anak perempuan itu tampak kedua pasang orang tua mereka yang berjalan cepat dengan ekspresi antusias dan tidak sabar. Sepasang mata Nicolae bahkan terlihat berkaca-kaca saat ia melangkah masuk ke dalam villa dan ia segera mengedarkan pandangannya berusaha mencari sosok Vega.
.
.
>>>>>>>
From the author:
Uwuuu... maaf yaaa, beberapa hari kemarin hanya bisa publish 1 bab, dan hari ini juga. Tadi seharian BUANYAAAK banget yang mengganggu. Ya Tuhan... benar-benar deh. Saya sampai pusyingg... Nanti begitu semua urusan beres, saya update rajin lagi yaaa xxx
Semoga teman-teman bisa terhibur dengan 3 bab dari Finding Stardust (Emma Stardust) setiap harinya, sambil nungguin "The Alchemists". Babnya Emma kebetulan sudah ditulis dari bbrp minggu lalu, saya tinggal publish aja.
Buat yang belum baca Emma, cuss, baca ke FINDING STARDUST. Itu ceritanya bagussss dan romantissss banget.