THE BELOVED ONE

ANTARA AYAH DAN DANISH



ANTARA AYAH DAN DANISH

Bagas menatap penuh wajah Nicky dengan tatapan tak percaya, setelah mendengar cerita Nicky tentang Bagas.     

"Bunda... kenapa memberi izin pada Ayraa untuk ke rumah Danish? bagaimana kalau Ayraa tertular virus itu?" tanya Bagas dengan sorot mata kecewa.     

"Mas... Ayraa sudah dewasa dia bisa menjaga dirinya sendiri dan aku percaya pada Ayraa tidak akan melakukan hal yang mengecewakan kita." ucap Nicky memberikan alasanya untuk memberikan kebebasan pada Ayraa.     

"Tapi Bunda, bagaimana Ayraa kalau tertular dengan tanpa sengaja? aku tidak akan bisa membayangkan anak kita satu-satunya akan menjadi korban dari orang lain." ucap Bagas dengan hati yang sangat cemas.     

"Bukan orang lain Mas, Danish laki-laki yang di cintai anak kita. Mas Bagas sendiri sudah tahu bagaimana rasanya kalau orang yang kita cintai dalam keadaan sakit atau menderita." ucap Nicky mengingatkan Bagas akan dirinya dulu.     

"Bunda, aku tahu hal itu.. tapi ini berbeda Bun, Danish terjangkit virus HIV dan itu tidak ada obatnya, aku tidak mau Ayraa berhubungan lagi dengan Danish. Ayraa bisa menerima laki-laki lain asal bukan dengan Danish yang sakit HIV." ucap Bagas bangun dari duduknya meninggalkan Nicky yang masih belum selesai bicara.     

***     

"Ayraa, kamu datang kemari..apa kamu sudah minta Izin orang tua kamu?" tanya Danish seraya mengunyah nasi bubur dadar telor yang di buat Ayraa untuk dirinya.     

"Bunda sudah memberi izin, hanya Ayah tidak tahu aku kemari. Tapi Bunda akan memberitahu Ayah." jelas Ayraa seraya menyuapi Danish dengan penuh perhatian.     

"Ayraa.. dengar aku, aku sangat berterima kasih padamu karena selalu ada untuk aku. Dan aku ingin kamu tahu aku selamanya aku akan mencintaimu. Tapi aku minta padamu, kalau nanti Ayah kamu tidak setuju dengan hubungan kita kamu tidak boleh melawan keputusannya. Karena keputusan Ayah kamu adalah hal yang terbaik untuk kamu." ucap Danish menatap lembut wajah Ayraa.     

"Tapi Kak, aku ingin berusaha yang terbaik untuk hubungan kita. Bertahan dengan hubungan kita ini." sahut Ayraa dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Ayraa..aku juga ingin bertahan dengan hubungan kita ini, tapi aku lebih menghargai keputusan Ayah kamu. Karena aku juga tidak ingin terjadi sesuatu pada kamu. Aku tidak ingin kamu tertular dengan penyakitku ini." ucap Danish dengan tatapan penuh cinta.     

"Kak Danish, Kakak berhak untuk bahagia. Dan aku ingin Kak Danish hidup bahagia." ucap Ayraa mengusap air matanya.     

"Dengar Ayraa, aku akan bahagia selama kamu bahagia walau kamu bahagianya bersama yang lain." ucap Danish mengusap air mata Ayraa yang menetes di pipinya.     

"Kak Danish." ucap Ayraa sedih seraya memeluk Danish dengan sangat erat.     

"Sudah Ayraa... jangan menangis lagi, aku tidak ingin melihat kamu menangis." ucap Danish mengusap lembut punggung Ayraa.     

"Kak..aku akan selalu berdoa agar Ayah merestui hubungan kita." ucap Ayraa menatap sedih wajah Danish.     

"Aku juga akan berdoa Ayraa, agar ada jalan yang terbaik buat kita berdua. Aku percayakan semuanya pada takdirnya Tuhan." ucap Danish memeluk kembali tubuh Ayraa.     

Dengan penuh perasaan dan hati yang di penuhi cinta, Danish dan Ayraa saling berpelukan sangat lama dan tidak saling melepaskan.     

"Ayraa." panggil Danish setelah sekian lama berdiam saling berdiam diri.     

"Ya Kak." panggil Ayraa mengangkat wajahnya.     

"Karena aku baik-baik saja, sebaiknya kamu pulang sudah mulai malam. Aku mau ke rumah sakit untuk menjaga Ponco." ucap Danish dengan tatapan sayang.     

"Ya Kak, aku akan pulang." ucap Ayraa seraya bangun dari duduknya.     

"Aku antar kamu lebih dulu, baru sekalian aku ke rumah sakit." ucap Danish ikut bangun dari duduknya dan berjalan di samping Ayraa.     

Dengan hati yang tenang Danish mengantar Ayraa pulang.     

"Apa kamu ingin aku menemui Ayah kamu Ayraa?" tanya Danish merasa bertanggung jawab pada Ayraa.     

"Tidak Kak, Jangan dulu. Biar aku bicara dulu sama Ayah." jawab Ayraa tersenyum kemudian keluar dari mobil Danish.     

"Aku pergi dulu ya Ayraa... salam buat Ayah dan Bunda. Oh ya Ayraa... kalau kamu mau kamu bisa ke rumah sakit untuk mendapatkan obat anti HIV agar tidak tertular oleh kita." ucap Danish dengan tatapan penuh harap.     

"Ya Kak, akan aku usahakan untuk ke sana. Salam buat Pak Ponco." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

Melihat senyuman Ayraa yang terlihat tulus membuat hati Danish merasa tenang. Dengan hati dan pikiran yang tenang Danish menjalankan mobilnya ke rumah sakit untuk menjaga Ponco.     

Ayraa menghela nafas panjang, masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap menghadapi Ayahnya.     

"Ayraa." panggil Bagas saat melihat Ayraa mau masuk ke dalam kamarnya.     

"Ya Ayah." sahut Ayraa menghampiri Ayahnya dan duduk di samping Ayahnya. Sedangkan Bundanya duduk diam di samping Bagas.     

"Bagaimana keadaan Danish?" tanya Bagas dengan wajah serius.     

"Alhamdulillah, sudah baik-baik saja Ayah." sahut Ayraa dengan jujur.     

"Syukurlah kalau kekuasaan baik-baik saja. Itu artinya Danish masih bisa bertahan hidup walau tanpa kamu kan Ayraa?" ucap Bagas langsung pada permasalahannya.     

"Maksud Ayah, Ayah tetap ingin kamu bertunangan dengan Chello. Karena Ayah yakin kalau Danish benar-benar mencintai kamu Danish tidak ingin kamu tertular olehnya." ucap Bagas dengan suara pelan.     

"Tapi Ayah.. kenapa aku harus tetap bertunangan dengan Chello? aku tidak mencintai Chello Ayah." ucap Ayraa dengan sedih.     

"Kamu tidak mencintai Chello, tapi Chello mencintai kamu." ucap Danish menatap serius wajah Ayraa.     

"Apa Ayah! tidak mungkin Ayah. Chello tidak mungkin mencintaiku, Chello sudah menganggap aku sudah seperti saudara." ucap Ayraa tidak percaya.     

"Kamu yang menganggap Chello seperti saudara. Tapi Chello dengan tulus mencintaimu." ucap Bagas dengan sangat serius.     

"Tidak mungkin Ayah, selama ini Chello biasa-biasa saja padaku." ucap Ayraa dengan suara lirih masih tidak percaya dengan perasaan Chello padanya.     

"Itulah Chello, selalu mencintaimu dalam diam. Tidak pernah menuntut apa-apa padamu selain memberikan kamu kebahagiaan." ucap Bagas memuji Chello.     

"Tapi aku tidak mencintainya Ayah, aku menganggap Chello sebagai saudara dan Kakak." ucap Ayraa dengan jujur.     

"Berikan kesempatan pada Chello dan hati kamu untuk bisa menerima cinta Chello." ucap Bagas dengan tatapan penuh harap.     

"Tapi Ayah." ucap Ayraa tidak meneruskan ucapannya saat ayahnya menyela dan memohon padanya.     

"Please... berikan kesempatan pada Chello untuk membuktikan cintanya padamu. Kalau nanti hati kamu masih belum bisa menerimanya kamu bisa mengatakannya pada Chello." ucap Bagas dengan tatapan memohon.     

"Baiklah Ayah, aku akan bicara dengan Kak Danish lebih dulu. Aku tidak ingin mengecewakan hati Kak Danish yang telah mencintaiku dan aku sudah berjanji tidak akan meninggalkannya." ucap Ayraa bingung antara permintaan Ayahnya atau cintanya pada Danish.     

"Ayah berharap kamu memilih Ayah karena Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu." ucap Bagas dengan suara berat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.