THE BELOVED ONE

ANTARA AYRAA DAN PONCO



ANTARA AYRAA DAN PONCO

"Ayraa, habiskan makananmu. Dan ini tolong berikan pada Chello, dia sudah menunggu di depan." ucap Nicky sambil membuat roti bakar untuk sarapan.     

"Sudah kenyang Bun, biar aku bawa saja ke kampus." ucap Ayraa yang sudah tidak ada lagi training di perusahaan Danish.     

"Bagaimana hubungan kamu dengan Danish Ayraa? masih baik-baik saja kan Nak?" tanya Nicky tidak melihat Danish dalam satu minggu terakhir sejak kepulangannya Bagas.     

Ayraa terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan Bundanya karena pada kenyataannya Ayraa sampai hari ini masih belum bisa memaafkan Danish. Bahkan sejak Ayahnya kembali pulang dari luar kota Ayraa mengancam Danish untuk tidak datang atau menemuinya lagi. Jika Danish masih tetap menemuinya Ayraa akan mengatakan yang sebenarnya pada kedua orang tuanya.     

"Baik-baik saja Bunda, hanya saja kak Danish sedang sibuk saat ini jadi tidak bisa main ke sini." ucap Ayraa tidak ingin Bundanya mengetahui permasalahan yang sebenarnya.     

"Syukurlah kalau keadaan kalian baik-baik saja. Oh ya...Ayraa kalau bisa, bilang pada Danish untuk bisa bicara dengan ayah kamu, biar Ayah kamu tahu hubungan kalian berdua." ucap Nicky menatap penuh wajah Ayraa.     

"Iya bunda." jawab Ayraa dengan singkat.     

Tanpa bicara lagi Ayraa segera mengambil rotinya untuk di bawanya ke kampus.     

"Aiyraa, sudah mau berangkat sayang?" tanya Bagas saat melihat Ayraa keluar dari dalam rumah.     

"Ya Ayah." jawab Ayraa seraya memberikan rotinya pada Chello yang masih duduk dengan Ayahnya.     

"Ini untukku Ay?" tanya Chello dengan serius.     

"Ya..dari Bunda." ucap Ayraa memperjelas siapa yang membuatnya.     

"Terima kasih banyak." ucap Chello walau berharap suatu saat Ayraa yang membuatnya khusus untuk dirinya.     

"Kita harus berangkat sekarang Chell, aku harus menyerahkan makalah ringkasan perusahaan." ucap Ayraa yang terpaksa harus bertemu dengan Ponco seseorang yang ingin di hindarinya.     

"Oh.. oke, ayo... berangkat." ucap Chello dengan sangat antusias.     

Setelah pamit pada Bagas, Ayraa dan Chello segera berangkat ke kampus.     

Tiba di kampus, Ayraa segera masuk ke dalam kelasnya bersamaan dengan datangnya Ponco.     

Tanpa melihat ke wajah Ponco, Ayraa meletakkan hasil tugasnya di atas meja Ponco.     

"Ayraa.. tunggu." panggil Ponco memanggil namanya.     

"Ya Pak." sahut Ayraa menghentikan langkahnya.     

"Setelah Jam kelas selesai tolong jangan pulang, aku ingin bicara denganmu." ucap Ponco dengan serius.     

"Maaf Pak, aku harus pulang cepat." jawab Ayraa mencari alasan yang tepat.     

"Hanya sebentar saja." ucap Ponco dengan tatapan mengancam.     

Baru mendapat tatapan yang mengancam Ayraa menganggukan kepalanya.     

"Baiklah Pak." ucap Ayraa dengan terpaksa.     

Setelah jam kelasnya selesai, Ayraa menghubungi Chello kalau dirinya belum bisa pulang.     

"Ada apa Pak?" tanya Ayraa setelah duduk di hadapan Ponco.     

"Pertama, aku ucapkan terima kasih karena kamu tidak menceritakan pada siapapun tentang hubunganku dengan Danish. Dan yang kedua, aku mau menceritakan semuanya padamu tentang hubunganku sama Danish. Pada saat awal kenapa kita bisa sampai seperti itu dan aku harap kamu bisa mendengarkan ceritaku dari awal." ucap Ponco menatap wajah Ayraa dengan sangat serius.     

"Silakan saja Pak kalau mau bercerita, saya mau mendengarkan." ucap Ayraa dengan terpaksa.     

"Sebenarnya Danish itu bukanlah seorang gay akulah yang asli seorang gay. Danish hanya sekedar membantuku." ucap Ponco mengawali ceritanya.     

"Teruskan Pak, saya masih mendengarkan." ucap Ayraa dengan nada pelan.     

"Aku dan Danish adalah sahabat dan aku mempunyai kelainan mencintai seorang laki-laki dan karena kelainan ku itu aku tidak bisa bergaul dengan siapapun selain dengan Danish. Karena ketergantungan ku itu aku melampiaskannya pada Danish dan Danish bersedia membantu ku agar aku bisa lepas dari rasa ketergantungan itu. Tapi semua sudah berbalik, aku tidak ingin melepaskan Danish. Aku mengancamnya untuk tidak pernah meninggalkan aku hingga sampai sekarang. Dan saat pertama kali Danish bertemu denganmu kemungkinan dia sudah jatuh cinta padamu makanya dia ingin memutuskan hubungannya denganku. Aku tidak bisa terima, dari kejadian yang kapan dulu itu...aku yang menjebak Danish agar kamu melihatnya. Jadi sebenarnya Danish sudah tidak mau lagi berhubungan denganku setelah mengenalmu." ucap Ponco menjelaskan semuanya pada Ayraa dengan perasaan lega.     

Ayraa terdiam setelah mendengarkan semua penjelasan dari Ponco, ada sedikit rasa bersalah yang terselip di hatinya setelah tahu semuanya apa yang telah terjadi. Ada rasa iba dalam hatinya pada Danish yang memang benar-benar ingin memutuskan hubungannya dengan Ponco dan benar-benar ingin berubah.     

"Apa kamu sudah memaafkan Danish Ayraa? aku mendengar kalau saat ini Danish tidak keluar sama sekali dari apartemennya dan juga tidak bekerja selama satu minggu ini. Aku mohon lihatlah Danish, dia sangat membutuhkanmu." ucap Ponco setelah mendengar kabar dari temannya Danish kalau Danish beberapa hari tidak datang ke kantor.     

Ayraa terpaku di tempatnya, perasaan bersalah pada Danish sudah menyelimuti hatinya.     

"Baik Pak, saya akan pikirkan tentang hal ini, terima kasih atas penjelasannya." ucap Ayraa dengan tulus.     

"Aku yang minta maaf padamu karena telah membuatmu terlibat dalam masalah ini, dan aku berterima kasih karena kamu tidak menceritakan tentang hubungan kita pada orang lain." ucap Ponco dengan sangat menyesal.     

"Iya Pak.. Pak Ponco jangan khawatir, saya tidak akan menceritakan kepada siapapun tentang hal ini." ucap Ayraa dengan sungguh-sungguh.     

"Apa kamu menemui Danish sekarang? kalau kamu ke sana tolong katakan padanya aku minta maaf." ucap Ponco tiba-tiba tubuhnya terasa lemas dan tidak ada tenaga untuk bangun dari duduknya.     

"Ya Pak, saya usahakan untuk bisa ke sana dan pasti akan saya sampaikan pesan Pak Ponco pada Kak Danish." ucap Ayraa menatap wajah Ponco yang terlihat pucat.     

"Apa Pak Ponco baik-baik saja? wajah Pak Ponco terlihat pucat?" tanya Ayraa setelah mengamati wajah Ponco yang semakin pucat.     

"Aku aku bisa minta tolong padamu untuk memanggilkan taxi Ayraa?" ucap Ponco sedikit matanya yang sudah berkunang-kunang.     

Dengan cepat Ayraa menghubungi taxi yang sudah menjadi langganannya.     

"Tenang saja Pak, saya sudah memanggil taxi kemari." ucap Ayraa seraya memberikan air putih pada Ponco.     

Tidak berapa lama, taxi langganan Ayraa sudah datang. Dengan di bantu Pak sopir taxi, Ponco masuk ke dalam taxi.     

"Pak Ponco mau ke mana?" tanya Ayraa merasa kuatir dengan keadaan Ponco.     

"Aku mau ke rumah sakit." ucap Ponco dengan sangat lemah.     

"Apa perlu saya antar Pak?" ucap Ayraa yang tidak tega melihat Pak Ponco sendirian ke rumah sakit.     

"Tidak usah Ayraa, lebih baik kamu ke Apartemen Danish dan temui dia. Saat ini Danish pasti sangat membutuhkan kamu, aku tidak ingin terjadi sesuatu pada Danish." ucap Ponco yang sudah berada di dalam taxi.     

"Ya Pak... hati-hati ya Pak." ucap Ayraa merasa ikut cemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.