PEMBICARAAN SERIUS
PEMBICARAAN SERIUS
"Baiklah, kamu pulang saja. Hati-hati di jalan." ucap Chello dengan tersenyum.
"Oke... semoga harimu lancar." ucap Dewa kemudian masuk ke dalam mobilnya kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Danish.
Chello menghela nafas panjang menatap Jessi yang sedang menggendong Cahaya.
"Ayo kita masuk, Mas Danish sudah menunggu di dalam." ucap Chello dengan perasaan yang tiba-tiba gugup.
Jessi menganggukkan kepalanya dengan tersenyum merasa kasihan pada Chello yang siap-siap menderita karena harus melihat lagi Ayraa dan Danish terus menerus.
Dengan gugup Chello mengetuk pintu beberapa kali dengan pelan.
Tidak beberapa lama kemudian pintu terbuka. Bibi Ratih yang kebetulan membuka pintu seketika tersenyum dengan kedatangan Chello dan Jessi.
"Pasti Tuan Chello dan Nyonya Jessi. Silahkan masuk Tuan Chello. Tuan Danish sudah menunggu di kamarnya." ucap Bibi Ratih sambil menggendong Danish.
"Terima kasih Bu, di mana kamar Mas Danish ya?" tanya Chello merasa canggung saat masuk ke rumah Danish yang cukup besar.
"Tuan Chello, bisa memanggil saya Bibi Ratih." ucap Bibi Ratih dengan tersenyum sambil mengantar Chello ke kamar Danish.
"Silahkan masuk Tuan Chello, ini kamar Tuan Danish." ucap Bibi Ratih kemudian meninggalkan Chello dan Jessi.
Chello menahan nafasnya saat mengetuk pintu kamar Danish.
"Tok... Tok...Tok"
Tidak lama kemudian pintu terbuka, wajah Ayraa sudah ada di hadapannya.
"Chello? kamu sudah datang?" tanya Ayraa dengan tatapan rumit, apalagi saat melihat kehadiran Jessi di samping Chello dengan menggendong seorang anak kecil yang sangat cantik.
"Boleh aku masuk Ayraa? kata Bibi Ratih, Mas Danish memintaku untuk ke kamarnya." ucap Chello berusaha tenang.
"Ya benar, masuklah." ucap Ayraa membuka pintu kamarnya dengan lebar.
Untuk menghilangkan rasa gugupnya, Chello meremas kedua tangannya.
"Chello, kemarilah." panggil Danish dengan duduk bersandar di dinding kamar.
Chello menganggukkan kepalanya, kemudian menatap Jessi agar mengikutinya.
"Maaf Mas Danish, aku datang agak malam." ucap Chello setelah di samping Danish.
"Apakah kamu tidak mengenalkan aku pada anakmu Chell?" tanya Danish menyebut Cahaya anak Chello karena memang itulah kenyataannya.
"Ya... kenalkan, ini ibu Cahaya namanya Jessi. Dan ini anakku Cahaya." ucap Chello dengan gugup.
"Ayraa, kemarilah...apa kamu tidak ingin melihat anak Chello. Cahaya sangat cantik sekali Ayraa. Bukannya kamu ingin anak perempuan?" ucap Danish memanggil Ayraa yang sedang menggendong Danish kecil.
Karena tidak ingin mengecewakan hati Danish, Ayraa mendekati Chello dan Jessi.
Ayraa menganggukkan kepalanya tersenyum sekilas pada Chello dan Jessi.
"Aku senang kamu membawa istri dan anakmu ke sini. Jadi apa yang aku pikirkan selama ini adalah benar." ucap Ayraa sambil menatap ke arah Danish kalau apa yang di katakannya adalah benar.
"Mas, aku akan ke dapur. Aku akan siapkan makan malam buat Chello dan istrinya." ucap Ayraa dengan perasaan sakit merasa Chello sudah menyembunyikan pernikahannya.
"Chello, Jessi, jangan di masukkan hati ucapan Ayraa. Ayraa bersikap itu karena tidak mengetahui sebenarnya yang terjadi. Ayraa hanya merasa terluka karena Chello menutupi hal ini." ucap Danish dengan tersenyum.
"Jessi, pergilah kamu ke dapur. Kamu harus bisa berteman dengan Ayraa. Dan kamu harus minta maaf tentang apa yang pernah kamu perbuat pada Ayraa. Tapi kamu harus tetap sembunyikan hubungan kita yang sebenarnya." ucap Chello sambil menepuk bahu Jessi.
Jessi menganggukkan kepalanya kemudian berjalan keluar kamar menyusul Ayraa ke dapur.
"Chello, aku senang akhirnya kamu datang juga dan membantuku untuk memenuhi keinginanku." ucap Danish menatap penuh wajah Chello.
"Mas Danish, Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?" ucap Chello dengan serius.
"Kesepakatan apa? bukannya kamu sudah berjanji padaku untuk memenuhi keinginanku?" tanya Danish dengan tatapan tak mengerti.
"Mengenai janjiku, aku akan tetap memegang janjiku itu Mas. Tapi untuk bekerja di perusahaan Mas Danish, kenapa harus aku yang menjadi pimpinan? bukannya Dewa yang lebih mengerti tentang perusahaan Mas Danish?" tanya Chello dengan perasaan tidak enak. Apa Ayraa sudah mengetahui hal yang sudah di putuskan Danish tentang perusahaannya.
"Aku sangat percaya pada Dewa, dan aku percaya pada Dewa bisa mengajarimu dengan cepat. Karena aku juga percaya dengan kemampuanmu bisa dengan cepat menguasai seluk-beluk perusahaan." ucap Danish dengan tersenyum.
"Apa Ayraa sudah mengetahui hal ini Mas? aku tidak bisa melakukan tugas ini kalau Ayraa tidak tahu. Karena yang aku tahu perusahaan yang ada sekarang adalah milik Ayah Bagas dan itu berarti Ayraa juga punya hak untuk mengambil keputusan." ucap Chello dengan beban perasaan semakin dalam.
"Kamu jangan kuatir tentang hal itu, Ayraa sudah mengetahuinya dan sepenuhnya Ayraa menyerahkan semua keputusan padaku. Dan Ayraa setuju dengan keputusanku ini." ucap Danish dengan tatapan penuh.
"Syukurlah Mas, kalau Ayraa setuju tentang keputusan Mas Danish. Tapi ada satu hal yang aku minta dari Mas Danish." ucap Chello seraya menghela nafas panjang sebelum mengatakannya.
"Apa yang kamu inginkan Chell?" tanya Danish dengan tatapan semakin serius.
"Aku ingin menjadi Dokter pribadi Mas Danish. Aku ingin cek up ulang kesehatan Mas Danish terutama cek up organ vital Mas Danish. Aku ingin Mas Danish sehat kembali." ucap Chello dengan sangat yakin.
"Kenapa Chell? aku tidak mau ke rumah sakit lagi. Diagnosa Dokter sudah keluar dan aku sudah di vonis hidupku tinggal beberapa bulan saja. Kenapa harus ada pemeriksaan lagi. Aku tidak keberatan kalau kamu menjadi Dokter pribadiku, tapi untuk cek up lagi aku tidak mau Chell. Aku sudah lelah dengan pemeriksaan yang panjang ini." ucap Danish memejamkan matanya tidak Ingin meneruskan pembicaraan tentang kesehatannya.
"Mas Danish izinkan aku menjaga kesehatan Mas Danish, Diagnosa seorang Dokter memang hampir sembilan puluh persen bisa di katakan benar. Tapi keajaiban Tuhan bisa menyembuhkan segala penyakit, yang penting kita harus berusaha." ucap Chello memberi penjelasan panjang lebar pada Danish berharap Danish bisa menerima sarannya.
"Tapi Chello, apa yang kamu lakukan dengan memintaku cek up lagi?" tanya Danish dengan tatapan putus asa.
"Aku ingin memperbaikinya organ vital Mas Danish yang tidak berfungsi dengan baik. Untuk itu aku harus memastikan semuanya. Mas Danish jangan kuatir, Saat pemeriksa atau saat operasi nanti Ayah yang akan menangani Mas Danish." ucap Chello menggenggam tangan Danish.
"Aku tidak mau ke rumah sakit lagi Chell." ucap Danish menundukkan wajahnya.
"Kalau begitu, aku terpaksa meminta pertolongan Ayraa untuk hal ini." ucap Chello menatap penuh wajah Danish.