Istri Kecilku Sudah Dewasa

Menulis Tips Kantong



Menulis Tips Kantong

"Putri, hamba ada sesuatu yang ingin disampaikan. Tapi masih ragu, apa pantas untuk diucapkan atau tidak," kata pengawal berbaju hitam itu dengan masih menundukkan kepalanya. Uap panas dari bak mandi itu terkadang melayang mengenai wajah di balik kain hitamnya, benar-benar terasa gatal dan panas.     

"Ragu diucapkan, maka tidak usah diucapkan. Pergi sana!" jawab pengawal ketujuh.     

Pengawal berbaju hitam itu merasa tidak nyaman jika tidak mengatakan apa yang ada di pikirannya. Dia pun tampak diam sejenak, lalu berkata, "Putri... Hamba, hamba, hamba katakan saja ini."      

Pengawal berbaju hitam itu kemudian merangkai kata-kata dalam pikirannya, lalu baru mengucapkannya, "Putri, hamba merasa putri tidak perlu menjauh dan menghindar dari Raja An Yin dari kerajaan Bei Yun. Sesungguhnya, kita bisa memanfaatkannya..."     

Belum sampai pengawal berbaju hitam itu membahas menghidupkan kembali negeri, tapi dia sudah merasakan tatapan tajam dan marah sedang menatapnya. Dia pun langsung bergidik, dan tiba-tiba telapak tangan seorang wanita yang hangat mencekik lehernya.      

Sentuhan yang begitu lembut itu, pada saat ini benar-benar mencekik leher pengawal berbaju hitam dengan keras. Sentuhan hangat itu seolah membuatnya merasa, jika dia mengucapkan satu kata lagi, maka tangan itu akan mencekiknya sampai mati.     

"Putri, putri," panggil pengawal berbaju hitam itu yang mulai panik.      

Pengawal ketujuh pun mengeratkan cekikannya di leher pengawal berbaju hitam itu. Lalu, bibir merah yang seksi itu pun mengucapkan satu persatu kata, "Aku tidak perlu bergantung dengan musuh, hanya untuk menghidupkan negeriku!" Padahal, ucapan itu begitu santai, tapi terdengar sedang memberikan kesan bahwa orang lain tidak akan bisa membantah ucapannya ini.     

"Laksanakan," kata pengawal berbaju hitam yang wajahnya sudah merah hampir kehabisan napas. Aku salah, aku tidak harus mengatakan pemikiran seperti itu, batinnya.      

Mendengar itu, pengawal ketujuh pun melepaskan leher pengawal berbaju hitam. Dia pun menutupi tubuhnya dengan jubah merah. Setelah menenangkan diri dan menghilangkan kemarahan dalam dirinya, dia lalu memberi perintah kepada pengawal tanpa jejak itu, "Pergi sana."     

"Laksanakan! Hamba pergi!"     

***     

Bangunan Liuli Guoguo,      

Liuli Guoguo yang sudah berselimut dan siap tidur untuk bermimpi indah, tiba-tiba teringat sesuatu. Dia lalu melompat dari ranjangnya dan berkata kepada Ding Xiang, "Ding Xiang, bawakan tasku ke sini!"     

"Nyonya kecil, apa ada tugas yang belum selesai dikerjakan?" tanya Ding Xiang sambil membawa tas Liuli Guoguo ke samping ranjang.      

Liuli Guoguo lalu menjawab, "Tidak ada kok. Aku mau menuliskan tips kantong untuk teman cantikku!" katanya penuh semangat. Dia kemudian mengeluarkan kantong brokat yang dibuat oleh Lin cantik dari tasnya.     

"Tips kantong?" tanya Ding Xiang yang pernah dengar mengenai teman sekelas Liuli Guoguo yang cantik. Tapi, mengenai 'tips kantong', dia tampak bingung dan tidak tahu sama sekali.     

"Iya benar," Jawab Liuli Guoguo. Dia kemudian mengambil selembar kertas dan juga pena kuas yang sangat disukai dan sering digunakan oleh Liuli Guoguo dari tasnya. Dia lalu menyobek secarik kertas, setelah itu menjilat ujung pena kuas dengan air ludahnya dan mulai menuliskan beberapa kata di secarik kertas itu.     

Karena Xuanyuan pofan telah menyadari kebiasaan buruk Liuli Guoguo, yaitu menjilati ujung pena kuas dari dulu. Dia juga telah mengingatkan berkali-kali ketika Liuli Guoguo melakukan itu, tapi tetap saja Liuli Guoguo tidak merubah kebiasaan itu.      

Xuanyuan Pofan pun akhirnya terpaksa mengirim pengawal untuk pergi ke desa Sibao di kota Dan provinsi Ning, untuk membeli tinta khas Cina yang tidak berbahaya jika dimakan, agar bisa digunakan oleh Liuli Guoguo.     

Jadi, ketika Ding Xiang melihat Liuli Guoguo lagi-lagi menjilat ujung pena kuasnya, dia tidak lagi mengingatkan Nyonya kecilnya itu. Walaupun tinta itu cukup mahal, tapi Raja Huayou tidak akan ada masalah dengan uang. Karena, uang itu hanya uang kecil bagi Raja Huayou.     

"Nyonya kecil, kamu jangan menulis dulu. Kalau menulis dalam kegelapan seperti ini, itu tidak akan baik untuk mata. Hamba akan mengambilkan lentera dulu," kata Ding Xiang sambil menepuk tangan kecil Liuli Guoguo yang sedang menulis.      

Liuli Guoguo kemudian hanya menjawab, "Tidak perlu. Aku hanya menulis beberapa kata saja kok." Lalu, dia melanjutkan menulis beberapa kata di kertas itu dan mengabaikan Ding Xiang.     

Ketika Ding Xiang sudah membawakan lentera untuk penerangan dalam gelap, Liuli Guoguo sudah selesai menuliskan tips kantongnya. Ding Xiang pun tersenyum, lalu mengembalikan lentera itu lagi. Sedangkan Liuli Guoguo, setelah menuliskan tips untuk Lin cantik. Dia pun menyerahkan tasnya ke Ding Xiang, kemudian kembali lagi ke dalam selimut hangatnya, memiringkan kepala dan tidur menuju mimpinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.