Hei Cantik, Aku Benar-benar Jatuh Cinta Padamu
Hei Cantik, Aku Benar-benar Jatuh Cinta Padamu
Mo Ying melawannya hingga kehabisan tenaga. Namun tidak lama kemudian, pakaian di bagian payudaranya dirobek oleh pria itu.
Mo Ying melamun sejenak, dan tiba-tiba baju yang menutupi payudaranya dirobek oleh pria itu. Coba pikirkan, pria yang selama beberapa bulan ini tidak melahap kenikmatan tubuh wanita itu, lalu tiba-tiba sekarang melihat wanita yang sangat dicintainya. Maka, dia saat ini, tampak seperti serigala yang sudah kelaparan selama beberapa malam, dan kini bertemu dengan kambing gemuk dan cantik.
Du Heng tidak peduli sama sekali dengan luka di tubuhnya. Setelah merobek baju Mo Ying, dia pun langsung melepaskan sabuk kainnya.
"Apa kamu sudah tidak mau hidup lagi?" Terdengar suara tak berdaya Mo Ying yang selalu begitu dingin. Padahal, pria di depannya sekarang sedang terluka, tapi masih saja mau menyetubuhinya dengan sangat bersemangat seperti orang yang tengah baik-baik saja.
"Setelah bertemu denganmu, aku sudah tidak peduli lagi tentang hidup. Bahkan, lebih baik mati di atas tubuhmu." Wajah cantik Du Heng dipenuhi dengan ekspresi mesum. Dia bicara dengan sangat bersemangat dan bergairah. Rasanya, seperti mau melahap habis Mo Ying hidup-hidup.
Lalu, ketika baru saja melepas jubahnya sendiri, dia langsung membenamkan kepala besarnya ke bagian lembut dan empuk di tubuh Mo Ying. Caranya mengungkapkan cintanya kepada Mo Ying selalu sekasar dan sesederhana ini. Kata-kata penuh kasih yang manis, biasanya terus berkembang sampai akhir. Kemudian, diakhiri dengan cara yang juga kasar dan sederhana ini.
Mo Ying ingin melawannya, namun tangannya dikurung di atas kepalanya sendiri dengan kencang oleh Du Heng. Bahkan, walaupun Du Heng sekarang masih terluka, Mo Ying tetap tidak bisa apa-apa jika pria itu tengah berada di dalam gairah yang besar.
Karena sudah tahu akan sia-sia saja, jadi Mo Ying hanya bisa menghemat tenaganya dan membiarkan Du Heng menerobos masuk ke tubuhnya. Membawanya bergejolak bersama.
Tubuhnya pada dasarnya sudah dikuasai oleh pria itu. Jadi, untuk apa dia harus menyia-nyiakan tenaganya sekarang, untuk berlagak seperti wanita yang suci. Hanya saja, Mo Ying tidak menyangka kalau dia yang awalnya ingin membungkam Du Heng dengan membunuhnya, malah berbalik dan jadi malah orang yang ditindas seperti ini.
Du Heng yang sudah lama tidak berhubungan badan, langsung menikmati Mo Ying hingga pagi menjelang, tanpa berhenti sedikitpun. Begitu matahari memancarkan cahayanya, tampak jelas bekas tamparan di wajah cantiknya. Bahkan dia benar-benar tidak bisa bangun dari ranjang.
Karena saat bertarung bersama Mo Ying kemarin malam, ada beberapa luka tubuhnya yang kembali terbuka. Jadi setelah pagi tiba, Du Heng yang sudah kehabisan tenaga langsung pingsan kesakitan begitu saja.
Mo Ying yang telah disiksa semalaman oleh Du Heng juga tidak punya tenaga lagi. Bergerak sedikit saja, maka bagian di bawah pinggangnya akan terasa nyeri dan sakit sekali. Jadi dia hanya bisa membiarkan Du Heng memeluknya, sedangkan dirinya sendiri tidur di dalam pelukannya.
Siangnya, Du Heng pun bangun, mengucek kelopak matanya, memandangi wanita yang tidur di pelukannya, lalu menikmati pemandangan itu sejenak. Bahkan walaupun sedang tidur, posenya ketika tidur ini masih sangat menawan dan seksi. Dia sangat menyukainya dan tak bisa menahan diri untuk meninggalkan ciuman ringan di kening Mo Ying yang lembut dan cerah itu.
Jari panjangnya membelai rambut lembut wanita di pelukannya, lalu membelai rambut Mo Ying dengan lembut, sambil berkata di dalam hati. Hei cantik, aku benar-benar jatuh cinta padamu. Kapan kamu bisa membiarkan aku masuk ke dalam hatimu? Tapi tidak apa-apa, jika pun kamu tak bersedia, aku masih sanggup untuk bersabar.
Setelah memandangi wajah tidur Mo Ying yang sangat familiar baginya, dia tiba-tiba menyadari ada yang salah. Sebab, alis indah Mo Ying mengerut lagi. Dia bukannya tidak pernah memeluk Mo Ying yang tidur nyenyak seperti ini. Namun, setiap kali menikmati wajah tidurnya, dia sering menyadari kalau alis Mo Ying akan sedikit mengkerut sedih saat tidur. Hati Du Heng sangat sakit saat melihat hal seperti ini.
Dia bukannya tidak pernah berusaha membuka kegelisahan hati Mo Ying dan menanyakan ini agar bisa memahami Mo Ying dengan baik. Tapi, Mo Ying selalu bersikap dingin dan begitu acuh padanya. Mo Ying selalu enggan membuka hatinya untuknya. Seiring berjalannya waktu, karena dia enggan bicara, maka Du Heng pun juga tidak ingin melewati garis pertahanan yang dibuat oleh Mo Ying sendiri.