Pencarian Awal Di Reruntuhan (5)
Pencarian Awal Di Reruntuhan (5)
Para murid Sekte Pesona mengerumuni Tetua Mei saat mata mereka menatap waspada pada manusia batu yang besar dan keras di hadapan mereka. Tatapan mereka dipenuhi keseriusan.
"Masih ada yang lain?" Manusia batu tertawa terbahak-bahak. "Apa ada orang lain yang ini membuang nyawa dan melawanku? Aku akan menunjukkan kekuatan dari klan manusia batu!"
Tawanya menggema ke seluruh reruntuhan.
Tawa gila itu adalah satu-satunya suara yang terdengar di dalam reruntuhan, manusia sudah lama tak kenal takut. Siapa yang berani menantang sepotong batu gila ini?
"Karena tak ada dari kalian yang berencana untuk bergerak, biarkan aku yang melakukannya!" Manusia batu menyapukan tatapan gilanya pada semua manusia yang ada di hadapannya sebelum mencibir, "Jadi, siapa di antara kalian yang ingin mati lebih dulu?"
Ekspresi kerumunan berubah berulang-ulang kali. Mereka semua mengerti bahwa seonggok batu ini tidak berniat melepaskan mereka!
Apa ini sungguh berarti mereka semua akan mati dalam reruntuhan ini?
Tidak!
Mereka tak akan pernah menyerah dengan mudah!
"Ayo terus bertarung melawannya sampai mati. Kalau tidak, jika ini terus berlanjut, kita bisa melupakan tentang harta peninggalan. Kita mungkin akan kehilangan nyawa disini." Tetua Mei menggertakkan gigi saat sinar kejam melintas di matanya.
"Itu benar. Tetua dari Sekte Pesona benar. Lagipula kita akan mati jadi kita juga harus ikut serta dalam pertarungan!"
Seorang kultivator melangkah keluar untuk mendukung keputusan Tetua Mei tepat setelah dia berbicara.
Manusia batu ini tidak berencana melepaskan mereka dan kemungkinan mereka akan mati entah mereka bertarung ataupun tidak. Jika begitu kejadiannya, mengapa tidak bertarung saja?
Sepanjang waktu, hanya Feng Yuqing si orang tak berguna dan Gu Ruoyun saja yang tidak bergerak. Semua orang sudah meluncurkan serangan melawan si manusia batu, termasuk kedua pria berjubah abu-abu yang berdiri disamping Feng Yuqing.
BUM!
BUM, BUM, BUM!
Mereka terus-menerus menyerang tetapi hanya sanggup menyebabkan percikan kecil. Serangan mereka bahkan tidak meninggalkan goresan pada si manusia batu. Namun, serangan mereka jelas membuat manusia batu marah dan meraung keras sambil menghentakkan kaki ke arah mereka.
Bagaimana mungkin mereka bertahan melawan manusia batu tingkat istimewa berjajaran Martial Saint tahap akhir? Segera, semua manusia memuntahkan darah tanpa henti dibawah serangannya. Mereka yang kekuatannya sedikit lebih rendah langsung kehilangan nyawa.
"Tuan."
Feng Yi dan Feng Wu mundur ke samping Feng Yuqing. Lalu berbicara dengan serius, "Manusia batu ini mungkin berada pada tingkat istimewa jajaran Martial Saint tahap akhir tetapi kekuatannya sangat besar sehingga itu tidak jelas. Bahkan dengan kami yang sangat banyak, mustahil kita bisa menyentuhnya."
Feng Yuqing's expression slowly sank. He then entered into deep contemplation as he stared at the huge stone man.
Ekspresi Feng Yuqing perlahan menjadi suram. Lalu dia merenung dan menatap manusia batu yang besar itu.
It was also at this moment that the stone man's attention turned towards him and Gu Ruoyun...
Juga pada saat itulah perhatian si manusia batu beralih pada Feng Yuqing dan Gu Ruoyun…
"Aku tak menduga ada orang tak berguna dan seorang Martial Saint tahap awal akan berani memasuki reruntuhan ini. Jika memang begitu, izinkan aku menggunakan kalian berdua sebagai pembunuhan pembuka!"
BUM!
Tinju manusia batu membawa tekanan kuat saat memukul ke arah Gu Ruoyun.
Mata Gu Ruoyun menyipit. Tepat ketika dia baru saja akan mengeluarkan Zixie, kilatan jubah hitam turun dari atas. Sosok berjubah hitam itu mendarat di depannya bagaikan dewa surgawi dan menghalangi tinju si manusia batu dengan suara keras.
BUG!
Manusia batu terhuyung ke belakang sebelum mengangkat kepala dengan terkejut dan menatap pria berjubah hitam di hadapannya…
Pria itu memakai jubah hitam sementara wajahnya ditutupi topeng berwarna hitam. Matanya yang dalam menatap si manusia batu dengan serius ketika bibir seksinya melengkung menjadi senyuman dingin.
Gu Ruoyun tak tahu mengapa tetapi dia merasakan perasaan akrab ketika pria bertopeng itu berdiri di hadapannya…