DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

OBAT NYAMUK



OBAT NYAMUK

"Pasti dia adalah Ivan kekasih Tuan Jeevan! Sungguh mereka berdua sangat menjijikkan!" ucap Gladys langsung mematikan ponselnya Jeevan.     

"Dari siapa Nona Gladys?" tanya Jeevan dengan kedua alis terangkat.     

"Salah sambung Tuan." sahut Gladys seraya meletakkan ponsel Jeevan di tempat semula.     

Jeevan merasa curiga dengan tatapan Gladys yang seolah-olah ingin menelannya mentah-mentah.     

Setelah melanjutkan penjelasannya tentang materi yang akan diterapkan di perusahaannya Jeevan mengambil segelas air putih dan meneguknya hingga habis.     

Dengan apa yang sudah aku jelaskan apakah ada yang kalian tanyakan?" tanya Jeevan pada semua yang datang di ruangan meeting.     

Karena semua tidak ada yang bertanya Jeevan segera menutup meeting internalnya dan segera mengakhirinya dengan mengucapkan selamat makan siang karena waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang.     

Dengan perasaan lega Jeevan membereskan berkas-berkasnya dan diberikan pada Gladys. Sedangkan Jeevan sendiri mengambil ponselnya yang kembali berbunyi.     

"Siapa lagi yang iseng telepon?" ucap Jeevan kemudian melihat layar ponselnya. Kening Jeevan berkerut saat melihat nama Ivan di layar ponselnya. Sesaat perasaannya tidak enak dan sekilas melihat kearah Gladys yang sedang menatapnya dengan tatapan tidak senang.     

"Ivan? ada apa dia menghubungiku?" tanya Jeevan sambil menerima panggilan Ivan.     

"Sayang ada apa denganmu? kenapa kamu tadi langsung menutup panggilanku sebelum aku selesai bicara?" tanya Ivan dengan emosi.     

"Tadi kamu menelponku?" tanya Jeevan dengan kedua alis terangkat sambil menatap Gladys yang sedang membereskan laptopnya.     

"Maafkan aku Van, tadi kamu bicara apa? tadi aku ada meeting jadi aku matikan langsung." ucap Jeevan dengan jujur.     

"Aku mau mengajakmu makan siang. Sekarang aku dalam perjalanan ke tempatmu." ucap Ivan sedikit lega karena Jeevan ternyata sedang sibuk bukan karena marah padanya.     

"Oke..aku tunggu Van." ucap Jeevan kemudian menutup panggilan Ivan.     

Setelah memasukkan ponselnya ke dalam kantong Jeevan mendekati Gladys.     

"Kenapa kamu berbohong padaku lagi? tentang panggilan Ivan yang kamu bilang padaku kalau ada salah sambung?" tanya Jeevan dengan tatapan penuh.     

"Aku hanya tidak ingin semua orang yang ada di sini tahu kalau aku menjawab Ivan kekasihmu yang meneleponmu. Benarkan Tuan Jeevan?" ucap Gladys berusaha tenang menjawab pertanyaan Jeevan.     

"Aku tidak tahu ada masalah apa kamu denganku. Kenapa kamu tidak senang dengan hubunganku dan Ivan?" tanya Jeevan seraya menekan pelipisnya.     

"Tuan masih bertanya padaku, kenapa aku tidak senang dengan hubungan Tuan dengan pria cantik itu? tentu aku tidak senang karena hubungan itu tidak wajar dan sangat... sangat men...." Gladys tidak meneruskan ucapannya dan pergi begitu saja dengan membawa laptopnya. Sedangkan berkas-berkasnya Gladys tinggalkan di hadapan Jeevan.     

Jeevan menghela nafas panjang berusaha bersabar menghadapi sikap Gladys yang selalu menentangnya.     

Dengan langkah panjangnya Jeevan segera mengikuti Gladys yang kembali lebih dulu ke ruangannya.     

Saat dalam ruangan Jeevan melihat gadis sedang bekerja walau sudah waktunya istirahat.     

"Nona Gladys, hentikan pekerjaanmu. Sekarang juga ikut denganku makan siang di luar." ucap Jeevan seraya melepas jasnya dan menggantungnya di kursi kerjanya.     

Gladys mengangkat wajahnya dengan kening berkerut. Bagaimana bisa Jeevan melupakan apa yang telah dia ucapkan sendiri. Bukankah Jeevan mengatakan kalau istirahat dia harus menyelesaikan laporan keuangannya yang harus di serahkan pada kepala bagian keuangan.     

"Maaf Tuan aku tidak bisa, aku harus menyelesaikan laporan keuangan ini untuk aku serahkan pada kepala bagian keuangan hari ini." ucap Gladys tanpa melihat ke arah Jeevan. Pandangannya fokus pada laptop di hadapannya.     

"Sudah aku katakan berhentilah bekerja, dan ikut denganku makan siang sekarang. ini perintah!" ucap Jeevan seraya menutup laptop Gladys.     

"Apa ini Tuan!!!" teriak Gladys seraya membuka laptopnya dengan tatapan cemas bercampur marah. Gladys memastikan apa yang di kerjakan tidak hilang begitu saja.     

"Kamu berhenti kerja dan ikut denganku! atau aku akan menghapus pekerjaanmu saat ini juga?" tanya Jeevan dengan tatapan penuh.     

"Anda benar-benar sangat menyebalkan Tuan Jeevan!" Ucap Gladys dengan tatapan kesal kemudian menyimpan hasil pekerjaannya dan menutup laptopnya.     

"Syukurlah kalau kamu menurut dengan apa yang aku katakan. Sekarang ayo cepat kita pergi ke depan, Ivan sudah menunggu kita di luar." ucap Jeevan dengan sebuah senyuman kemudian keluar dari ruang kerjanya di ikuti Gladys dengan bibir cemberut dan wajah suram.     

Tiba di luar kantor perusahaan Ivan tersenyum dengan kedatangan Jeevan namun kemudian berubah dingin saat melihat wajah Gladys berada di belakang Jeevan.     

"Katakan padaku Jeevan! apa maksud dengan semua ini? kenapa wanita itu bisa bersamamu?" tanya Ivan dengan tatapan marah.     

"Kamu tidak perlu marah seperti itu Van, dia bernama Gladys dia bekerja di perusahaan ini sudah sangat lama saat masih dipegang oleh ayahku. Dan sekarang dia adalah sekretarisku, jadi kamu tidak perlu marah seperti itu." ucap Jeevan seraya memeluk Ivan kemudian membawa masuk ke dalam mobil.     

Melihat pemandangan itu Gladys seakan-akan mau muntah, karena apa yang dilihatnya sama sekali menjijikkan baginya.     

"Ya Tuhan!! mimpi apa aku semalam? Kenapa aku harus melihat pemandangan seperti itu! pemandangan yang tidak wajar sama sekali dan itu sangat menyebalkan!" ucap Gladys seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain.     

"Nona Gladys, cepat masuk ke dalam mobil. Kita akan berangkat ke restoran yang cukup sepi buat kita makan siang." ucap Jeevan dengan tenang duduk di samping Ivan yang menyetir mobil.     

Dengan menahan nafas Gladys masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang Jeevan dan Ivan. Secara otomatis Gladys melihat pemandangan di hadapannya dengan sangat jelas.     

"Semoga saja mataku tidak dosa melihat dua orang yang menyebalkan ini!" ucap Gladys terpaksa melihat ke arah samping terus agar tidak melihat hal yang aneh yang di lakukan dua pria yang menjalin hubungan sebagai kekasih.     

Setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya Ivan menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang mewah tapi sepi tempatnya di pinggiran kota.     

Dengan wajah suram Gladys keluar dari mobil, dan melihat Ivan memeluk pinggang Jeevan yang baru saja keluar dari mobil.     

"kita langsung saja masuk ke dalam Jev, aku sudah memesan tempat untuk kita." ucap Ivan tanpa menghiraukan kehadiran Gladys.     

"Tuan Jeevan, sebaiknya aku menunggu di dalam mobil saja. Aku bisa membeli makanan dan makan di sini. Aku tidak mau mengganggu acara kalian." ucap Gladys merasa mau muntah dengan sikap Ivan yang begitu berani menunjukkan kemesraan di depan umum.     

"Tidak Nona Gladys, kamu harus ikut denganku. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu disini suasananya sangat sepi. Bisa saja ada orang yang berniat jahat padamu." ucap Jeevan kemudian menarik tangan Gladys dan menggenggam tangannya.     

"Jeevan! apa yang kamu lakukan? kalau kamu ingin mengajaknya masuk ke dalam tidak perlu menggenggam tangannya bukan?" Tanya Ivan dengan tatapan cemburu.     

Wajah Gladys memerah seketika itu juga menarik tangannya dari genggaman tangan Jeevan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.