DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

KEPUTUSAN TUAN MARK



KEPUTUSAN TUAN MARK

"Kenapa anda tidak bilang saja kalau aku harus mengangkat pantatku Nona Gladys?" tanya Jeevan saat melihat Gladys mengangkat pantatnya hingga wajah Gladys merah padam.     

"Sebaiknya anda cepat melakukannya Tuan, sebelum aku melepas tanganku. Dan anda akan memakainya sendiri dengan tangan anda yang patah itu." ucap Gladys tanpa tersenyum memberi ancaman pada Jeevan. Hati Gladys sangat kesal di saat Jeevan dalam keadaan terluka masih sempat membuat janji dengan Ivan kekasih jadi-jadian Jeevan.     

Sambil menahan nafas Jeevan terpaksa mengangkat pantatnya agar celananya bisa di tarik ke bawah oleh Gladys.     

Dengan kedua mata setengah terpejam Gladys menarik keras dan melepas celana Jeevan dan menggantinya dengan celana pendek.     

Gladys mengambil nafas lega setelah mengganti pakaian dan celana Jeevan.     

"Sekarang Tuan Jeevan sudah bisa istirahat, aku akan pamit pada Tuan Mark untuk pulang." ucap Gladys seraya mengambil tanya yang ada di pinggir tempat tidur.     

"Kamu mau kemana Gladys?" tanya Mark tiba-tiba datang dengan Dokter Jerry untuk memeriksa dan mengobati Jeevan.     

Gladys menoleh ke arah Mark dengan wajah merah padam.     

"Maaf Tuan Mark, aku harus pulang. Aku sudah merawat dan mengganti pakaian Tuan Jeevan. Tidak ada lagi yang aku lakukan di sini." ucap Gladys dengan gugup merasa serba salah dengan tatapan Mark yang terlihat serius.     

"Kamu tidak akan kemana-mana Gladys, saat ini Jeevan membutuhkan kamu. Dan lagi kamu sudah aku anggap sebagai menantu di rumah ini. Kalau Jeevan demam kamu harus menjaga Jeevan sampai sembuh." ucap Mark dengan suara tenang dan berat.     

"Tapi Tuan Mark, aku tidak terbiasa tidur di rumah orang lain." ucap Gladys dengan wajah memelas.     

"Mulai sekarang kamu harus terbiasa dengan rumah ini Gladys sebentar lagi kamu akan menjadi menantu rumah ini." ucap Mark dengan wajah serius tidak bisa di ganggu gugat.     

"Dokter Jerry tolong segera periksa pergelangan tangan Jeevan, dia berpikir pergelangan tangannya patah." ucap Mark pada Dokter Jerry kemudian meninggalkan kamar saat menerima panggilan telepon.     

Dokter Jerry segera mendekati Jeevan dan memeriksa pergelangan tangan Jeevan.     

Dengan hati-hati Dokter Jerry memeriksa pergelangan tangan Jeevan yang sudah berwarna biru dan membengkak.     

"Pergelangan tangan kamu tidak patah Jeevan, hanya terkilir saja. Aku akan memberikan gel penghangat juga melenturkan kembali tulang kamu yang terkilir." ucap Dokter Jerry sambil membalut pergelangan tangan Jeevan dengan perban elastis agar tulang Jeevan tidak bergerak bebas.     

"Sebaiknya untuk sementara waktu kamu jangan menggerakkan tangan kamu Jeevan. Jangan mengangkat sesuatu yang berat." ucap Dokter Jerry dengan wajah serius sambil meletakkan gel penghangat di atas meja.     

"Terima kasih Dokter, anda jangan kuatir tentang hal itu. aku tidak akan menggerakkan tanganku. Karena sudah ada yang merawatku dengan sangat baik." ucap Jeevan dengan tersenyum.     

"Syukurlah kalau kamu sudah mendapatkan perawat yang akan merawatmu dengan baik. Di mana perawat kamu Jeevan? apa dia?" tanya Dokter Jerry dengan tersenyum sambil melihat ke     

"Dia bukan seorang perawat, Dokter Jerry. Tapi dia sekretaris pribadiku yang juga menjadi calon istriku, dia adalah Nona Gladys." ucap Jeevan sambil menarik tangan Gladys dengan tangan satunya.     

"Aku senang mendengarnya, akhirnya gosip di luar akan berhenti setelah melihat kalian menikah. Aku yakin Tuan Mark senang dengan hubungan kalian." ucap Dokter Jerry merasa lega setelah mendengar banyak gosip Jeevan yang berpacaran dengan seorang Pria kaya yang bekerja sebagai modeling.     

"Semoga Dokter Jerry, karena selama ini gosip itu memang tidak benar. Aku dan Ivan hanya sebatas teman baik. Dan Gladys wanitaku satu-satunya yang akan aku nikahi." ucap Jeevan dengan wajah serius.     

Gladys membuang muka merasa kesal dengan kebohongan yang di buat Jeevan untuk menutupi hubungan tidak normalnya dengan Ivan.     

"Syukurlah Jeevan, aku senang akhirnya kamu bisa membuktikan kalau gosip di luar itu salah. Sekarang kamu istirahat yang banyak agar kamu cepat pulih." ucap Dokter Jerry dengan tersenyum kemudian pergi keluar kamar.     

"Pembohong!! ternyata kebohongan anda lebih parah!! anda sok suci!!" ucap Gladys menatap Jeevan dengan tatapan kesal.     

"Aku hanya menyelamatkan nama Ayahku saja. Demi nama baik Ayah aku harus melakukan kebohongan ini." ucap Jeevan sambil bergerak pelan turun dari tempat tidur berniat menemui Ayahnya.     

"Anda mau kemana Tuan Jeevan?" tanya Gladys dengan kening berkerut.     

"Kita akan menemui Ayah untuk membicarakan tentang pertunangan kita. Dan lagi pula, kita belum makan siang." ucap Jeevan mengulurkan tangannya pada Gladys dengan menggunakan tangannya yang tidak terluka.     

Tanpa membalas uluran tangan Jeevan, Gladys berjalan keluar kamar dan menunggu Jeevan di luar kamar.     

Mendapat penolakan dari Gladys, Jeevan hanya bisa menahan nafas kemudian berjalan pelan menemui Ayahnya yang sedang duduk santai di ruang tengah.     

"Jeevan apa kamu sudah lebih baik sekarang?" tanya Mark dengan tatapan penuh.     

"Aku sudah lebih baik Ayah, kita bisa makan siang sambil membicarakan tentang pertunanganku dengan Gladys." ucap Jeevan dengan tenang.     

"Aku senang kalau kamu sudah memutuskan untuk bertunangan dengan Gladys. Tapi bertunangan saja tidaklah cukup untuk menghilangkan gosip di luar. Sebaiknya kalian secepatnya menikah." ucap Mark dengan wajah serius.     

"Tapi Ayah, untuk menikah aku dan Gladys masih belum siap. Kami belum ada persiapan atau memikirkan ke arah pernikahan." ucap Jeevan sedikit panik saat Ayahnya memutuskan untuk dia menikah dengan segera.     

"Dengarkan aku Jeevan, aku sudah capek dan lelah dengan gosip di luar tentang kamu dan Ivan! kamu tahu aku sangat senang saat kamu mengenalkan Gladys sebagai kekasih kamu. Kalau kalian benar-benar saling mencintai kenapa tidak menikah saja? itu akan lebih baik? Aku akan merasa lega kalau melihat kalian sudah menikah." ucap Mark dengan sungguh-sungguh.     

Jeevan menatap Gladys meminta pendapat Gladys tentang keputusan Ayahnya yang tidak bisa dibantah lagi.     

"Bagaimana menurutmu Gladys? apa kamu mau menikah denganku seperti keinginan Ayah?" tanya Jeevan menatap Gladys dengan tatapan memohon.     

"Maafkan aku Tuan Jeevan, Tuan Mark, aku tidak bisa menjawab tentang pernikahan ini. Aku harus berpikir dulu, jujur aku belum siap untuk menikah." ucap Gladys tentu saja tidak siap menikah dengan Pria gay yang sudah mempunyai kekasih yang juga Pria.     

"Kenapa kamu masih berpikir lagi untuk menikah dengan Jeevan, Gladys? Bukankah kalian berdua saling mencintai?" tanya Mark tidak mengerti apa yang dipikirkan Gladys.     

"Sungguh beri aku waktu untuk berpikir Tuan Mark. Bagiku pernikahan adalah menikah seumur hidup. Aku tidak bisa bermain-main dengan pernikahan." ucap Gladys sambil melihat ke arah Jeevan yang sedang menatapnya.     

"Baiklah Gladys aku memberikan waktu satu minggu untuk kamu berpikir. Tapi tetap saja kalian harus menikah karena itu sudah keputusanku." ucap Mark dengan wajah serius menatap Gladys dan Jeevan secara bergantian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.