JANGAN MENANGIS AYAH
JANGAN MENANGIS AYAH
Hampir tiga hari Renata sibuk di kota M untuk membereskan usaha Jean yang terbengkalai karena kesibukan Jean yang ada di kota A.
Dengan bantuan teman-temannya, Renata sudah menyelesaikan semuanya dalam waktu yang singkat. Bahkan Renata sendiri juga sudah menemukan seseorang yang bisa dia percaya untuk bisa menghandle usaha Jean yang ada di kota M.
"Markus, aku percaya kan usahaku kepadamu. Mungkin seminggu dua kali aku akan ke sini untuk melihat kemajuan dari usaha kita. Kalau kamu ada masalah bisa hubungi langsung aku atau pun Jean." ucap Renata dengan wajah serius.
"Terima kasih Ren kalau kamu percaya padaku untuk mengelola usaha kamu yang ada di sini. Aku bisa merasa yakin karena teman-teman yang lain juga mendukung aku." ucap Markus dengan tersenyum.
"Aku percaya kamu pasti bisa kamu tenang saja usaha ini pasti akan maju pesat di kota ini." ucap Renata dengan penuh keyakinan.
"Kalau kamu sudah penuh keyakinan seperti itu kita semua yang ada di sini juga bertemu keyakinan dan akan terus berusaha untuk memajukan usaha kamu." ucap Markus semakin percaya diri mendapat dukungan dari Renata.
"Baiklah karena semua sudah selesai dan sudah aku jelaskan pada kalian semua aku akan pulang sekarang jadi mulai besok kalian harus berjalan sendiri Tapi kalau ada apa-apa langsung hubungi aku." ucap Renata merasa bersyukur punya teman-teman yang begitu baik padanya.
"Jadi kapan kamu berangkat ke kota A?" tanya Markus setelah membereskan berkas-berkas yang sudah dijelaskan oleh Renata.
"Mungkin nanti sore aku berangkat, karena aku harus pulang dulu untuk meminta izin pada Ayah. Dan kamu tahu sendiri bagaimana Ayahku. Aku harus menjelaskan dengan punya alasan yang sangat kuat." ucap Renata dengan wajah sangat serius.
"Semoga saja kamu bisa menjelaskan semua itu pada Ayah kamu dan ayah kamu akan memberikan izin." ucap Markus membesarkan hati Renata.
"Baiklah aku pulang dulu sukses untuk kalian semua." ucap Renata kemudian berjalan keluar masuk ke dalam mobilnya dan pulang ke rumah.
Tiba di rumah Renata langsung mencari keberadaan Ayahnya.
"Di mana Ayah aku sama sekali tidak melihatnya? apa Ayah pergi ke kantor?" tanya Renata mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
"Bibi Lastri!!! Bibi Lastri!!" panggil Renata mencari Bibi Lastri pembantunya yang dia tempatkan di rumah ayahnya agar bisa menjaganya sewaktu-waktu.
"Iya Non Renata, ada apa Non?" tanya Bibi Lastri saat keluar dari dapur sambil membersihkan tangannya dengan kain.
"Di mana Ayah Bi?? aku tidak melihatnya?" tanya Renata sambil mengusap keringat di keningnya.
"Tuan Wisnu ada di ruang kantornya Non. Belum keluar dari pagi tadi sampai sekarang." ucap Bibi Lastri menjelaskan tentang Wisnu yang tidak keluar dari ruang kerjanya dari pagi sampai siang.
"Apa Ayah sudah makan Bi?" tanya Renata sambil mengusap tengkuk lehernya mendengar Ayahnya yang tidak keluar dari ruang kerjanya.
"Sudah Bibi siapkan sarapan pagi sama makan siang tapi sama sekali tidak dimakan Bibi sudah membujuknya tapi tetap Tuan Wisnu tidak mau makan." ucap Bibi Lastri dengan sedikit ketakutan.
"Apa makanannya masih ada di dalam ruang kerjanya Bi?" tanya Renata sambil berjalan ke arah ruang kerja ayahnya.
"Bibi biarkan saja di sana Non, siapa tahu Tuan Wisnu lapar terus mau makan." ucap Bibi Lastri dengan polosnya.
"Baiklah Bi, biar aku yang menemui ayah." ucap Renata kemudian masuk ke dalam ruang kerja ayahnya.
di dalam ruang kerja ayahnya Renata melihat ayahnya sedang duduk sambil melamun dengan menyandarkan punggungnya di sebuah kursi goyang.
"Ayah..." panggil Renata dengan suara lembut mendekati ayahnya yang masih duduk di kursi goyangnya.
"Ayah...."panggil Renata lagi dan kali ini Renata memegang tangan Ayahnya.
"Ada apa Renata? Kenapa kamu membangunkan ayah?" tanya Wisnu membuka matanya kemudian menegakkan punggungnya menatap Renata yang duduk di bawahnya.
"Kenapa Ayah tidur di sini Kenapa tidak istirahat di kamar saja ya apalagi Kenapa dimatikan lampunya." ucap Renata kemudian bangun dan menyalakan lampu ruang kerja ayahnya
"Jangan di nyalakan matikan saja! Ayah ingin duduk sendiri di sini." ucap Wisnu dengan suara parau.
Mendengar suara ayahnya sangat parau segera Renata menyalakan lampunya tanpa menghiraukan ucapan ayahnya.
Renata sangat terkejut saat melihat kedua mata ayahnya terlihat sembab seperti orang habis menangis.
Dengan wajah cemas Renata kembali mendekati ayahnya dan menggenggam kedua tangan ayahnya dengan tatapan penuh kecemasan.
"Ada apa Ayah? apa Ayah menangis? katakan padaku? apakah benar Ayah menangis?" tanya Renata sambil menangkup wajah ayahnya yang hanya diam saja.
"Ayah tidak menangis, ayah hanya sedih saja." ucap Wisnu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kenapa ya kenapa Ayah sedih dan Ayah pasti habis menangis karena mata Ayah terlihat sembab katakan padaku ayah ada apa?" tanya Renata dengan mata berkaca-kaca saya nggak tahu kalau hati ayahnya saat ini lagi sedang sedih.
"tidak ada apa-apa sayang tidak ada apa-apa saya hanya sedih saja." ucap Wisnu masih tidak mengatakannya sebenarnya pada Renata.
melihat ayahnya tidak berterus terang hati Renata semakin sedih kemudian Renata menangis di hadapan ayahnya.
"Kenapa ayah tidak jujur padaku Kenapa tidak mengatakan apa yang membuat Ayah sedih dan menangis kenapa ya tidak berterus terang saja." ucap Renata sambil menangis tersedu-sedu.
Melihat Renata menangis ayahnya tidak sampai hati untuk tidak mengatakan yang sebenarnya dengan penuh kasih sayang. Wisnu menarik menarik pelan tangan Renata dan mendudukkannya di kursi yang ada di hadapannya.
"Dengarkan Ayah Renata ayah membesarkanmu sendirian tanpa seorang istri yang menemani ayah dan kamu tumbuh besar tanpa kasih sayang dari seorang ibu kita hanya hidup berdua kemana-mana pun selalu berdua Dan setelah kamu dewasa kamu mencari kehidupanmu sendiri dengan menyibukkan diri kamu sendiri tanpa mengetahui perasaan hati seorang ayah yang merindukan putrinya yang waktu masih kecil yang selalu bersamanya." ucap Wisnu dengan suara bergetar.
"Maafkan Aku Ayah tolong maafkan aku aku pergi keluar bukan untuk bersenang-senang ayah tapi aku bekerja untuk masa depanku dan untuk keluargaku nantinya." ucap Renata merasa bersalah setelah mendengar kesedihan ayahnya.
"Ayah tidak apa-apa selama kamu memang menjalani hidupmu dalam jalan yang benar tapi ayah tetap kesepian karena itulah Ayah juga ingin mempunyai seorang cucu di usia Ayah yang sudah tua ini agar bisa menemani ayah di saat kamu bekerja." ucap Wisnu dengan jujur apa yang diinginkannya.
"memang apa yang ayah inginkan dariku katakan saja ya aku akan menuruti Apa yang ayah katakan." ucap Renata merasa putus asa karena tidak bisa membahagiakan ayahnya dengan menikah orang lain.
****
DOA DAN IZIN WISNU
"Memang apa yang ayah inginkan dariku??? katakan saja ya aku akan menuruti Apa yang ayah katakan." ucap Renata merasa putus asa karena tidak bisa membahagiakan ayahnya dengan menikah orang lain.
"Ayah tidak menginginkan apapun Renata Ayah hanya menginginkan kamu bahagia dengan pria yang kamu cintai dan kamu menikah kemudian kamu mempunyai seorang anak agar kamu tidak kesepian dan ayah juga tidak kesepian." ucap Wisnu kembali menangis meratapi usianya yang sudah tua tetapi merasa sendirian.
"Apa yang ingin menjodohkan aku katakan saja kalau memang begitu Aku tidak apa-apa kali ini aku menurut sama ayah." ucap Renata dengan perasaan putus asa harus melupakan cintanya hanya untuk kebahagiaan ayahnya satu-satunya.
"Tidak sayang Ayah tidak akan menjodohkan kamu lagi dengan pria lain karena ia sudah tahu kamu mencintai Jane Karena itulah Ayah bersabar menunggu kamu dan Jane bisa menikah secepatnya tapi ayah menjadi ragu apa sebenarnya yang ada di dalam hatinya Jen hingga tidak menikahimu secepatnya katakan pada Ayah apa sebenarnya yang terjadi Renata?" tanya Wisnu dengan tatapan sangat dalam meminta kejujuran dari Renata.
"Maafkan Aku Ayah tolong maafkan aku bukan maksudku untuk membohongi ayah Tapi aku berusaha untuk menyenangkan hati ayah sebenarnya aku dan jen hanya bersandiwara ayah." ucap Renata menangis tersedu-sedu di hadapan Wisnu.
"Kenapa kamu tidak mengatakan pada ayah dari awal kalau semua itu sandiwara Lalu bagaimana dengan perasaan kepada Jen apakah itu juga sandiwara Kenapa kamu tega membohongi Ayah Renata." ucap Wisnu sambil menangis meratapi nasibnya.
"Tentang perasaanku pada Jen itu tidak bohong ayah itu benar aku memang mencintai Jean dia sangat baik perhatian padaku dan selalu menolongku tapi janjimu belum bisa mencintaiku ayah dia masih mencintai wanita lain yang sudah menikah. lalu apa yang harus aku lakukan ayah selain aku bersabar menunggu dia membuka hatinya untukku." ucap Renata mencurahkan semua isi hatinya pada ayahnya.
"Apa kamu sudah berusaha untuk mendapatkan cintanya Jane atau kamu hanya diam saja menyimpannya dalam hati?" tanya Wisnu dengan wajah serius.
"Aku tidak mengatakan apa-apa padanya ya Karena aku tahu dia sudah mengetahuinya dari sikapku padanya tapi dia masih belum bisa mencintaiku Sampai saat ini." ucap Renata dengan perasaan sedih.
"Lalu sekarang apa yang akan kamu lakukan untuk mendapatkan cintamu itu?" tanya Wisnu merasa kasihan pada putrinya satu-satunya yang menderita karena cinta.
"Aku sudah bicara dengannya ayah tentang keinginan ayah yang menginginkan hubungan kita menjadi serius tapi sepertinya dia masih ragu untuk melakukan hal itu karena itulah kemarin dia meminta tolong padaku." ucap Renata berniat menceritakan rencana jean pada ayahnya.
"Jean minta tolong apa padamu apa dia ingin perusahaan ayah atau apa akan ayah berikan yang terpenting Jen mau menikahi Kamu?" ucap Wisnu semua dengan sungguh-sungguh.
"tidak ayah dia tidak meminta apapun dia hanya meminta tolong padaku agar datang ke kota A untuk menemaninya bekerja di sana di perusahaan temannya yang sedang membutuhkan tenaganya dia." ucap Renata dengan perasaan sedikit ragu.
"kenapa dia memintamu untuk bekerja dengannya di sana Kenapa tidak di sini saja dia bisa menggantikan posisi ayah di sini dan bekerja dengan punya Wisnu tak mengerti dengan maksud pemikiran Jean.
"bagaimana aku harus mengatakan pada Ayah pasti ayah akan marah pada dia." ucap Renata dengan air mata berlinang.
"dia mengatakan apa alasannya apa katakan saja pada Ayah sebagai pria sesama pria pasti Ayah mengerti katakan saja sayang." ucap Wisnu semua sambil menangkap wajah Renata yang sudah menangis.
"jangan memintaku untuk tinggal di sana dan bekerja dengannya dalam satu perusahaan agar bisa mengulur waktu dari keinginan ayah dan ingin mengenalku lebih dekat dan mengenalkanku pada keluarganya di sana dan berusaha akan membuka hatinya untukku ayah." ucap Renata semakin menangis tidak sanggup lagi mengatakan semua pada ayahnya.
"jangan jangan keinginannya seperti itu apa kamu menurutinya kamu akan ke sana untuk mendapatkan cintanya yang belum tentu dia akan memberikan cintanya untukmu katakan padaku Renata Apa kamu sudah menerima akibatnya semua itu kamu bisa saja tidak mendapatkan apa-apa." ucap Wisnu mengingatkan Renata.
"aku sudah berpikir ayah aku sudah memikirkan semuanya dan aku harus melakukan hal itu apapun yang nanti Jen putuskan aku akan menerima resikonya Aku ikhlas karena aku memang mencintainya." ucap Renata sambil mengusap air matanya.
"kamu sangat menderita sekali kenapa kamu harus mencintai pria yang tidak mencintaimu Kenapa kamu tidak melupakannya saja dan menerima perjodohan yang ayah tawarkan ke kamu." ucap dengan tatapan sedih.
"aku tidak bisa ya aku tidak bisa menikah dengan pria yang tidak aku cintai aku akan menderita seumur hidup aku mencintai dia dan aku akan berusaha untuk mendapatkan cintanya Entah aku harus menunggu atau aku harus kembali tanpa mendapatkan cintanya tapi aku sudah berusaha." ucap Renata dengan air mata mengalir deras di pipinya.
"sangat kasihan sekali kamu sayang Apa yang bisa saya lakukan agar kamu bahagia dan melupakan pria itu." ucap Wisnu merasa kasihan sekali pada putrinya.
"berikan doamu dan izinmu ayah untuk aku pergi ke kota untuk mendapatkan cintaku Aku percaya dengan doa ayah dan izin ayah aku akan mendapatkan itu." ucap Renata dengan tatapan memohon.
cukup lama Wisnu terdiam di tempatnya memikirkan keinginan Renata yang akan pergi ke kota A untuk mendapatkan cintanya.
Wisnu menghilangkan sepanjang kemudian lembut rambut Renata.
"kalau itu yang kamu inginkan dan membuatnya punya keyakinan pergilah sayang doa ayah dan izin ayah akan Ayah berikan padamu dan kembalilah dengan membawa cintamu ucap Wisnu dengan mata berkaca-kaca.
Renata mengangkat wajahnya menatap wajahnya dengan tatapan tak percaya kalau Ayahnya akan memberikan dia doa dan izin untuk pergi ke kota A mendapatkan cintanya.
"Terima Kasih Ayah dengan doa dan izin Ayah aku semakin mendapat keyakinan untuk mendapatkan cintanya Jen aku akan memberi kabar pada Ayah setiap hari agar Ayah tidak merasa kesepian ucap Renata seraya mengusap air matanya.
"kamu jangan mencemaskan Ayah lagi Ayah akan baik-baik saja menunggu kamu pulang dengan kabar yang membahagiakan pergilah dan dari apa yang kamu inginkan Semoga kamu selalu bahagia sayang." ucap Wisnu memeluk Renata dengan sangat erat.
Apa doa dari ayahnya Renata tidak kuasa menahan air matanya selain memeluk ayahnya dengan sangat erat.
"Kamu berangkat ke kota sayang?" tanya Wisnu cara yang mengusap air mata air mata.
"Hari ini juga aku akan ke sana Ayah, apa Ayah tidak keberatan?" tanya Renata dengan tatapan penuh.
"Tidak apa-apa sayang berangkatlah dan jaga diri baik-baik dan pulanglah dengan membawa kebahagiaan." ucap Wisnu berdoa dalam hati untuk Renata.
****
BERTEMU JEAN
Di kota M....
Renata melepas kacamata hitamnya setelah keluar dari Bandara. Hampir beberapa menit yang lalu Renata mengirim pesan pada Jean untuk menjemputnya.
wajah Renata mulai gelisah karena tidak melihat keberadaan Jean yang datang untuk menjemputnya.
"Bagaimana ini sepertinya Jen belum menjemputku atau dia tidak menjemputku?" tanya Renata sambil melihat pesan yang ada di ponselnya yang belum dibalas Jane walaupun sudah dibaca.
"Mungkin hujan tidak sempat menjemputku karena sibuk sebaiknya aku pulang naik taksi saja." ucap Renata juga tidak tahu ke mana tempat yang harus dia tuju selain Hotel.
Di saat melihat taksi lewat Renata segera melambaikan tangannya untuk menghentikan taksi itu tetapi terdengar suara seseorang memanggil namanya.
"Renata!" panggil seseorang yang suaranya sudah tidak asing lagi di telinganya.
Renata membalikkan badannya mencari suara seseorang yang memanggil namanya.
"Jean??!!" panggil Renata menatap Jean dengan tatapan tak berkedip.
"Ya Ren." ucap Jean dengan tersenyum berdiri di hadapan Renata.
"aku pikir kamu tidak akan datang karena itu aku menghentikan taksi itu untuk pergi ke hotel. Kenapa kamu terlambat dan tidak membalas pesanku?" tanya Renata dengan mata berkaca-kaca antara sedih dan bahagia.
"saat kamu mengirim pesan Aku sedang ada di jalan ada tugas dari Jonathan tapi setelah itu aku langsung ke sini untuk menjemputmu Maafkan aku sedikit terlambat." ucap Jen mendekati Renata yang sudah terlanjur menangis karena terlalu menunggu lama.
"Jangan menangis aku minta maaf karena tidak sempat membalas pesan kamu." ucap Jean seraya mengusap air mata Renata.
"kamu selalu membuat aku menangis Bagaimana aku tidak sedih pesanku tidak kamu balas dan kamu datang terlambat menjemputku seolah-olah kamu tidak menginginkan kedatanganku di sini" ucap Renata dengan jujur apa yang di dalam pikirannya.
"sama sekali tidak kamu Jangan berpikir seperti itu apapun yang aku katakan benar adanya Aku menginginkan kamu dulu untuk datang ke sini agar bisa bekerja sama denganku di sini agar kita bisa saling dekat dan saling mengenal satu sama lain." ucap Jen dengan sungguh-sungguh.
"ya sudah Sekarang kita mau apa apa kita akan di sini terus sampai nanti malam ucap Renata setelah Jean menenangkan dirinya.
"kita pulang ke rumah kamu tidak perlu menginap di hotel Kamu bisa tinggal di rumah orang tuaku." ucap dengan tersenyum kemudian menarik belantangan Renata dan membawanya masuk ke dalam mobil.
hati Renata sedikit tenang karena Jen membawanya pulang ke rumah orang tuanya.
"ada keberatan kan kalau tinggal di rumah orang tuaku paling tidak kamu bisa melihat dan mengenal dekat bagaimana orang tuaku." ucap Jean dengan tersenyum membuat wajah Renata menjadi memerah.
"kamu ke sini apa sudah mendapati jin dari ayah?" tanya Jen sambil menjalankan mobilnya ke arah rumahnya.
Renata menganggukkan kepalanya.
"aku sudah minta izin sama ayah dan menceritakan semuanya tanpa ada yang aku sembunyikan lagi." ucap Renata dengan jujur.
"ceritakan tentang sandiwara Kita juga dan apa yang aku katakan kemarin?" tanya Jen dengan wajah serius.
Renata menganggukkan kepalanya lagi.
"Lalu apa kata ayah? apa dia marah padaku?" tanya aja berusaha menenangkan hatinya karena semua memang salahnya.
"saya tidak marah kalau ayah marah Mungkin aku tidak ada di sini tapi ayah sudah memberikan doa dan izin untuk aku pergi ke kota ini agar bisa mengenalmu." ucap Renata mengatakan sejujurnya.
Mendengar ucapan denata hati jangan menjadi semakin merasa bersalah sekaligus sangat terharu dengan kebaikan hati ayahnya Renata yang mengerti dengan apa yang dia pikirkan.
"syukurlah kalau Ayah kamu memberi aku waktu untuk memutuskan semuanya semoga saja dengan kita tinggal bersama di kota ini akan membuat kita saling dekat dan saling mengenal satu sama lain." ucap Jane dengan sungguh-sungguh.
Renata hanya menganggukkan kepalanya tidak tahu harus bicara apa lagi pada Jean.
"Lalu bagaimana dengan usaha kita yang ada di kota M apa semua sudah berjalan dengan yang kita inginkan?" tanya Jen saat ingat dengan usahanya yang dia serahkan pada Renata.
"usaha kita di sana berjalan sangat lancar aku sudah menyerahkan semuanya pada Markus dengan dibantu beberapa temanku juga aku bilang padanya seminggu dua kali kita akan ke sana jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi." ucap Renata dengan lancar menjelaskan sampai di mana usaha ujian yang ada di kota M.
"Syukurlah kalau semuanya berjalan lancar semoga saja usaha kita yang ada di kota yang bisa maju pesat seperti yang ada di kota ini." ucap Jen semakin kagum dengan kerja keras Renata yang tanpa ada pamrih dari dirinya.
setelah sampai di rumah orang tuanya jangan menghentikan mobil dan menatap ke arah Renata yang sedang menatapnya.
"Aku tidak akan apa-apa karena tinggal di sini apa orang tua kamu memberikan izin untuk itu?" tanya Renata merasa ragu karena orang tua jean lebih menyayangi Nadia.
"Kenapa kamu berpikir seperti itu kamu sangat baik orang tuaku pasti menyukai kamu." ucap Jen dengan tersenyum.
"tapi aku tetap merasa tidak enak karena aku juga tidak bisa apa-apa untuk membantu orang tua kamu Aku sama sekali tidak bisa memasak atau melakukan hal yang biasanya dilakukan seorang wanita." ucap Renata yang sudah terbiasa hidup serba kecukupan dan mewah.
"tidak ada masalah kamu bisa belajar dari sini kamu bisa belajar memasak dari ibu Dan apapun yang kamu ingin pelajari bisa kamu dapatkan." ucap Jean dengan tersenyum kemudian keluar dari mobil.
"Renata, ayo keluar. kamu tidak perlu malu orang takut sudah mengenalmu kan jadi kamu harus terbiasa untuk tinggal di sini." ucap jangan sambil mengeluarkan tangannya.
Dengan perasaan malu Renata menyambut uluran tangan Jen saat Jean membawanya masuk ke dalam rumah.
di dalam rumah Valerie yang sedang membersihkan rumah sangat terkejut melihat Jen datang dengan Renata.
"Renata?? kamu ke sini lagi Sayang sudah lama kamu tidak ke sini apa kamu sibuk di sana?" tanya Valerie dengan sangat ramah menyambut kedatangan Renata.
"Ayo masuk Lana kita akan bercerita banyak di dalam." ucap Valerie dengan penuh keramahan membawa Renata masuk ke dalam rumah.