Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sepuluh



Sepuluh

Segala urusan bisnis bisa kukendalikan dari jarak jauh. Astro banyak membantu memperbarui segala kekurangan sistem yang sudah ada. Kami bahkan berkali-kali berdiskusi dengan Opa untuk menyamakan langkah.     

Aku membuka sebuah cabang kecil toko Lavender's Craft, dengan Giana yang menjaga toko itu. Giana adalah teman Sari yang sering datang ke toko untuk belajar dan dia merasa jatuh cinta dengan segala proses pembuatan kerajinan tangan. Dia bersedia menjadi salah satu partner kerjaku saat aku melihatnya membuat sebuah flower crown.     

Aku dan Astro mengunjungi perusahaan senjata api milik Opa saat liburan semester ganjil tiba, tepat sebelum Astro pergi menghabiskan masa liburan untuk bekerja di tempat proyeknya berada. Perusahaan senjata api itu lebih besar dari bayanganku, dengan pengawasan keamanan ketat dan canggih. Keberadaan perusahaan itu membuatku berpikir bahwa Opa mungkin memang agen rahasia.     

Aku pernah bertanya pada Astro tentang kemungkinan Opa adalah agen rahasia, tapi dia menolak untuk menjelaskan. Dia memintaku menanyakan hal itu pada Opa, tapi aku tak memiliki cukup keberanian untuk bertanya.     

Kegiatan klub untuk kelas dua belas dihentikan sejak dua bulan yang lalu. Menyisakan tak kurang dari sepuluh anggota yang masih akan terus mengikuti jadwal klub yang biasa.     

Aku dan Astro memutuskan menghentikan kelas muay thai sebelum masa ujian tiba. Aatro membantuku memesan sebuah samsak dan berbagai peralatan olahraga untuk kuletakkan di ruangan bekas mengerjakan kerajinan tangan, hingga aku bisa bebas berlatih di sana kapanpun aku menginginkannya.     

Segala kegiatan di sekolah sebetulnya berjalan baik-baik saja andai tak ada wajah frustrasi dari teman-temanku yang merasa stress memikirkan ujian. Padahal pengalaman pertamaku mengikuti ujian di sekolah sebetulnya lebih membuatku merasa bersemangat dibanding stress. Teman-temanku merasa heran dengan sikapku, tapi aku tak tahu bagaimana harus menjelaskannya.     

"Bagi kepercayaan diri kamu sepuluh persen aja, Za. Aku stress banget." ujar Donna.     

"Kalau aku bisa transfer ke kamu, udah aku kasih dari minggu lalu sebelum mulai ujian." ujarku dengan jujur. Belakangan ini ada kantong mata di wajahnya yang membuatnya terlihat lesu.     

"Aah! Aku pengen ujian cepet selesai!" ujar Donna sambil memeluk meja dan menyembunyikan wajah di sela lengan.     

"Besok selesai kok. Udah terakhir. Sabar ya, Don." ujar Tasya.     

Aku mengeluarkan handphone dan mengirim pesan untuk Teana. Teana meneleponku tak lama kemudian, yang membuatku menepuk punggung Donna dan menyodorkan handphoneku padanya, "Don, ada yang mau ngomong."     

Donna menerimanya setengah hati, tapi segera membenahi duduk setelah mendengar siapa yang bicara dengannya, "Iya, aku janji aku pasti lulus. Nilaiku pasti bagus. Aku yakin."     

Entah apa yang dibicarakannya dengan Teana, tapi hal itu jelas membuat suasana hatinya lebih baik. Donna mengembalikan handphoneku dengan mata berkaca-kaca.     

"Teana bilang mau kasih aku tiket VVIP kalau aku lulus." ujar Donna dengan jari yang mulai bergetar.     

"Buat konsernya bulan oktober nanti?" aku bertanya.     

Donna mengangguk dalam diam, membuatku bertatapan dengan Tasya.     

"Harusnya seneng kan, Don? Kok gitu sih ekspresinya?" Tasya bertanya.     

Aku melihat Astro berjalan menyusuri koridor menuju kelasku. Aku memberinya isyarat untuk menunggu sebentar. Dia mengangguk dan berhenti tepat di depan pintu.     

"Aku mau ikut mama pindah ke Thailand. Aku ga bisa dateng, tapi aku ga enak bilang ke Teana kalau aku ga bisa." ujar Donna dengan air mengalir di pipinya.     

Sepertinya aku bisa menebak apa yang membuatnya gusar beberapa waktu belakangan ini. Aku pernah melihatnya diantar menggunakan mobil oleh mamanya bulan lalu, tapi tak lama kemudian papanya datang dengan mobil yang berbeda. Mamanya meminta Donna segera masuk ke gedung sekolah dan berdebat dengan suaminya sebelum pergi. Aku ingat ekspresi mamanya yang terlihat khawatir dan marah di saat yang sama.     

"Kamu bisa pulang buat dateng pas konsernya aja, Don. Minta ijin sama mama kamu buat nonton sehari." ujarku.     

Donna menggeleng, "Mama ga mau aku ketemu papa lagi."     

Ternyata dugaanku benar. Aku dan Tasya saling tatap selama beberapa lama hingga hening di antara kami.     

"Tapi ga pa-pa kok. Aku seneng Teana ngasih aku semangat. Aku pasti lulus. Thank you, Faza."     

Aku mengusap bahunya yang bergetar, "Kapan kamu berangkat ke Thailand?"     

"Sepuluh hari lagi, Za. Aku ga mungkin bisa ikut acara kelulusam sama kalian juga. Aku pasti kangen banget sama kalian."     

"Ada tempat yang mau kamu datengin? Kita bisa main ke sana dulu sebelum kamu berangkat." ujar Tasya sambil mengelus lengan Donna.     

"Aku ga kepikiran. Aku mau di sini aja sebenernya, tapi ga bisa nolak mama. Papaku udah milih keluarga barunya."     

Aku berpikir sebelum bicara, "Kamu mau nginep di rumahku beberapa hari sebelum pindah? Biar kamu nenangin diri dulu."     

Donna menatapku lama sebelum menjawab, "Aku mau banget, tapi aku ijin mama dulu ya. Nanti aku kabarin."     

Aku mengangguk, "Kalau gitu aku pulang duluan ya. Udah ditungguin Astro."     

Donna dan Tasya mengangguk. Aku berlalu sesaat setelahnya dan mengikuti langkah Astro menuju mobilnya di parkiran.     

"Kenapa diem aja?" Astro bertanya sambil menyalakan mobil setelah kami duduk.     

"Ga pa-pa. Kita langsung pulang kan?"     

Astro menggumam mengiyakan, "Kamu ga lagi 'dapet' kan? Kamu kan udah 'dapet' minggu kemarin."     

Aku menoleh dan menatap tak percaya, "Emangnya kalau aku diem aja berarti aku lagi 'dapet'?"     

"Biasanya gitu."     

Aku mengeleng perlahan, "Orang tua Donna pisah. Donna bilang mau ikut mamanya pindah ke Thailand minggu depan karena papanya punya keluarga baru."     

"Trus kamu lagi mikir kenapa mereka bisa pisah?"     

Aku menggumam mengiyakan sambil menatapi sosoknya. Bagaiamana bisa dia menebak jalan pikiranku secepat itu?     

"Kamu mikir kalau aku mungkin jatuh cinta sama perempuan lain juga nantinya?"     

Aku tidak menjawabnya hingga hening lama di antara kami. Aku tak tahu apakah aku akan mampu menerima kehadiran perempuan lain. Bertahun-tahun sejak kami berkenalan, hanya ada kami berdua. Aku bahkan tak pernah menganggap Angel sebagai perempuan lain karena aku tahu Astro tidak menyukainya.     

Sepertinya sekarang aku mengerti kenapa Astro sangat sensitif mengenai Zen. Zen dengan terbuka mengatakan bahwa dia akan tetap mencari kesempatan untuk menjadikanku miliknya. Walau Astro tahu aku sudah lama menolak Zen, tapi Zen secara berkala selalu datang ke rumah untuk bermain catur dengan Opa.     

"Aku ga bisa liat masa depan, Faza. Yang aku tau sekarang aku mau kamu. Emangnya kamu pikir aku mau aja ngambil proyek dari opa yang bertahun-tahun itu kalau aku ga beneran niat?"     

"Aku tau. Aku ga takut nyoba jalanin hubungan kita ke depan. Aku cuma mikir, mungkin jadi orang dewasa ga sesederhana keliatannya." ujarku yang masih menatapi sosoknya di balik kemudi.     

Astro menoleh padaku sesaat sebelum kembali fokus pada rute perjalanan, "Bukannya aku pernah bilang aku mau sama kamu sampai kita tua? Aku bahkan mau satu liang kubur bareng kamu. Aku serius sama omonganku."     

Aku mengguman mengiyakan, "Bukannya kebanyakan pasangan juga maunya begitu? Tapi tadi juga kamu bilang kalau kita ga tau apa yang akan kejadian di masa depan."     

"Kamu mau aku bikin janji buat ga jatuh cinta sama perempuan lain? Kamu tau aku selalu pegang janjiku."     

Haruskah seperti itu? Bagaimana jika dia tiba-tiba jatuh cinta dengan perempuan lain? Aku tak akan menahannya di sisiku jika memang dia lebih memilih perempuan itu. Bahkan sepertinya aku saja yang akan pergi dari hidupnya. Aku bisa pergi ke belahan bumi yang lain untuk melupakannya.     

"No. You don't have to (Ga. Kmu ga perlu begitu)." ujarku sambil melepas tatapan darinya dan beralih menatap keluar jendela.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.