Hati yang Lembut
Hati yang Lembut
Seperti hari-hari sebelumnya, pada pukul 6 pagi hari, Ioan telah bangun. Kemudian, ia akan memasak roti panggang sebagai cemilan pagi sebelum berjalan-jalan di sekitar halaman kediaman, menghirup udara segar sekaligus berolahraga ringan.
Dalam satu bulan ini, perutnya sudah mulai membesar. Menurut Damian, dilihat dari proses pertumbuhannya yang terbilang lambat untuk bayi incubus, hampir positif bahwa Ioan sedang mengandung half-beast. Hanya saja, Damian perlu memastikannya lagi.
Kebetulan, satu bulan juga sudah lewat dan biasanya ini adalah periode genting dimana bayi incubus bersiap-siap untuk keluar dari rahim ibunya. Jadi, Damian mengatur janji temu langsung di rumah sakit agar ia bisa memfoto janin Ioan dengan alat medis canggih – tentunya setelah mendapatkan persetujuan dari Steve.
Setelah mengairi bunga-bunga yang bermekaran, ia duduk sebentar di kursi taman, menikmati keindahannya sebelum akhirnya masuk kembali ke dalam kediaman ketika hari mulai siang.
Ia mandi lalu menyiapkan sarapan sekaligus makan siangnya. Porsi makanannya sekarang membesar hingga cukup untuk dimakan oleh dua sampai tiga orang dewasa. Awalnya ia sangat syok ketika menyadari hal ini tapi Damian menenangkannya dengan memberitahunya bahwa itu adalah hal yang lumrah untuk Ioan yang sedang hamil.
Ting tong!
"PAKET!"
"Tunggu sebentar!" Ioan buru-buru meletakkan hasil masakannya lalu melangkah menuju pintu depan.
Seminggu sekali, karyawan pengiriman yang disewa secara pribadi oleh pihak Steve akan datang untuk mengirimkan keperluan sandang dan pangan milik Ioan.
Ketika Ioan membuka pintu, seperti biasa, seorang pria manusia jangkung yang sudah sangat familiar bagi Ioan akan menyapanya dengan senyum hangat. Namun, hari ini, pria itu membawa anak buah yang lebih banyak dan mereka mengendarai sebuah truk besar.
"Apa kau memiliki pengiriman lain setelah ini?" tanya Ioan heran.
"Tidak. Ini semua dikirimkan ke sini."
Mendengar itu, Ioan tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah itu sebab ia tidak pernah ingat meminta Damian membelikan sebuah keperluan yang berukuran besar hingga memerlukan truk untuk membawanya.
Ternyata, selain stock keperluan pangan untuk seminggu, satu set meja beserta sofa untuk satu orang dikirim bersamanya.
Ioan mengerjap semakin bingung. "Rumah ini seharusnya tidak kekurangan sofa."
Pria jangkung itu hanya mengedikkan bahu dan menyampaikan apa yang diperintahkan kepadanya. "Kami akan membawa ini menuju ruang perpustakaan."
"Oh!"
Ioan langsung tercerahkan.
Perpustakaan di kediaman ini walaupun sangat luas tapi anehnya tidak memiliki satu pun perabotan meja dan kursi, seperti ruangan itu memang dipergunakan hanya untuk menyimpan buku seperti sebuah gudang. Awalnya, Ioan tidak begitu memikirkannya dan ketika ia butuh tempat duduk, ia akan membawa buku-buku yang sedang ia baca menuju ruangan lain yang memiliki sofa. Namun, seiring membesarnya perutnya, ia menjadi malas untuk bergerak jauh sambil membawa tumpukan buku tebal. Jadi, sejak beberapa hari ini, ia menghabiskan hampir setiap harinya dengan duduk di lantai kayu perpustakaan sembari membaca buku.
Tidak mungkin ia tidak memiliki keluhan mengenai itu. Bokong dan punggungnya sakit setengah mati dan setiap kali ia harus bangun dari posisi duduknya, ia harus mengerahkan cukup banyak tenaga hingga berkeringat dingin. Akan tetapi, ia merasa tidak punya hak untuk meminta lebih banyak dari ini mengingat rumah mewah dan segala fasilitas yang ia dapatkan saja sudah melebihi apa yang pantas ia terima.
Tidak ia sangka, Damian akan begitu perhatian dan menyadari kesulitannya hingga memesankan satu set perabotan seperti ini.
'Damian suka makan apa ya?' Ia berpikir untuk memasakkan makanan favorit pria itu sebagai tanda terima kasih.
'Aku akan menanyakannya nanti di rumah sakit….'
*****
Ting!
Ponsel Damian berbunyi tepat ketika pasiennya baru saja keluar dari ruangan. Pasien selanjutnya untuk hari ini hanya tersisa Ioan jadi ia melepaskan jas putihnya seraya meregangkan otot-ototnya.
"Oh, sepertinya barang minggu ini sudah dikirim ke Ioan," gumam Damian ketika memperhatikan nama yang tertera di layar ponselnya.
Ia memencet tombol ponsel itu dan layarnya berubah, memperlihatkan satu kalimat singkat yang menyatakan bahwa sang pengirim pesan telah selesai mengirimkan barang dan terdapat sebuah lampiran foto di bawahnya. Foto itu adalah list barang yang dikirimkan hari ini beserta biaya pengiriman yang perlu dibayarkan.
Alis Damian terajut erat. "Meja dan kursi?"
Ia ingat hanya memesan bahan makanan dan beberapa potong baju baru. Buru-buru, ia menelepon kurir tersebut.
"Ya? Apa ada masalah, Tuan?" Suara kurir itu terdengar dari seberang sambungan setelah menunggu beberapa saat.
Damian tanpa basa-basi menanyakan tujuan ia menelepon dan jawaban yang ia terima tidak bisa menghentikannya untuk ternganga.
"Mengenai masalah meja dan sofa, dua hari yang lalu, kami mendapatkan pesan dari Bos bahwa ada penambahan barang yang perlu dikirimkan dan itu adalah satu set perabotan itu. Apakah kami telah melakukan kesalahan?" tanya kurir itu penuh kekhawatiran.
Damian langsung tahu apa yang sedang terjadi.
Bos perusahaan kurir itu adalah sahabat baik suaminya, Jack. Jika Jack menyampaikan hal ini kepada sang bos, tidak ada orang lain lagi selain Steve yang telah memesan perabotan itu.
Berhasil mengatasi keterkejutannya, Damian tersenyum jahil. "Tidak. Tidak ada kesalahan. Terima kasih untuk informasinya," ujarnya santai sebelum menutup sambungan telepon.
Di dalam hatinya, ia bersorak penuh kemenangan.
Selama sebulan ini, ia tidak pernah berhenti menyerahkan foto Ioan dalam kesehariannya kepada Steve sebagai laporan. Tuannya itu terus menggerutu tapi Damian tahu pria itu tidak pernah membuangnya. Bahkan, Damian beberapa kali mempergoki Steve mengecek foto itu satu per satu dengan seksama.
Walaupun ekspresi Steve dingin dan datar sehingga ia tidak tahu apa yang dipikirkan sang tuan, Damian tetap puas karena setidaknya ia bisa melihat secercah kepedulian di sana.
Ia ingat beberapa hari ini, ia memiliki banyak foto di mana Ioan sedang duduk di lantai perpustakaan. Tidak ia sangka, Steve benar-benar akan membelikan satu set meja dan sofa!
Damian tidak bisa berhenti tersenyum lebar. Ia baru menyadari betapa lembutnya hati tuannya itu yang tersembunyi dibalik wajah dinginnya.
Hubungan keduanya sepertinya benar-benar memiliki masa depan! Ia tidak sabar untuk melihat hal itu terjadi.
*****
Di saat yang sama, di dalam ruangan pribadi Steve.
"HATCHYUU!"
Tanpa angin tanpa hujan, Steve tiba-tiba bersin. Padahal, ia tidak memiliki gejala flu sama sekali.
Steve mengernyit sembari menggosok hidungnya. 'Apakah ada yang membicarakanku?'
Belum sempat ia memikirkan lebih jauh, ponselnya berdering. Melihat nama Silver di sana, ia segera memencet tombol terima.
"Ada perkembangan?"
Selama sebulan ini, Silver terus menyelidiki mengenai kasus Steve kemarin, secara diam-diam tentunya. Oleh karena tidak ada bukti yang tertinggal dari CCTV maupun catatan pasien yang mengunjungi rumah sakit di komputer resepsionis, Silver dan Steve memutuskan untuk menyelundupkan beberapa personil polisi yang juga memiliki keahlian dalam bidang medis sebagai perawat. Mereka melakukan ini karena mereka tidak bisa melakukan penyelidikan terhadap komputer dan dokumen setiap dokter di rumah sakit secara terang-terangan. Kasus mengenai Steve yang telah menghamili seorang half-beast tidak pernah boleh bocor hingga ke telinga para petinggi lainnya.
Tepat ketika terjadi rolling bulanan personil perawat yang bertugas untuk membantu setiap dokter, anggota-anggota polisi yang diselundupkan itu segera ditugaskan kepada semua dokter yang berada di dalam list tersangka.
"Kami belum mendapatkan bukti konkrit tapi kami menemukan transaksi yang mencurigakan oleh salah satu dokter. Aku akan mengirimkan bukti itu kepada Tuan."
"Transaksi uang?"
"Ya dan itu pun jumlahnya sangat besar. Tidak hanya itu, nama rekening tujuannya bukan milik dokter itu. Kami masih terus menyelidiki akun rekening pengirim dan penerimanya."
"Baiklah. Terima kasih untuk kerja kerasmu."
Sambungan telepon berakhir.
Steve menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi seraya menghela napas berat. Sudah satu bulan tapi dalangnya bahkan belum bisa dipastikan. Ia berharap bukti yang didapatkan kali ini bisa membawa mereka menuju kebenaran dari kasus ini.
Melihat kemungkinan besar bahwa pelakunya adalah anggota keluarga Pavel – menimbang hampir 90 persen dokter di rumah sakit ini memiliki nama keluarga Pavel, Steve juga meminta Jack untuk menyelidiki beberapa petinggi keluarganya yang ia ketahui memiliki sedikit ketidaksukaan terhadap caranya memimpin keluarga ini dan memiliki potensi untuk menjatuhkannya. Namun, sampai sekarang pun, Jack tetap tidak bisa menemukan apapun.
'Pekerjaan pelaku ini terlalu rapi….'
Ponsel Steve kembali berbunyi, kali ini merupakan bentuk pesan dari Jack. Pesan itu berisi laporan bahwa perabotan yang ia pesan untuk dikirim ke kediaman pribadinya telah sampai beserta sebuah foto bukti bahwa meja dan sofa itu telah diletakkan dengan rapi di dalam perpustakaan.
Steve mengamati foto itu sejenak. Tidak ada perubahan di dalam ekspresinya.
Setelah beberapa menit berlalu, Steve meletakkan ponselnya kembali ke atas meja lalu melanjutkan pekerjaannya….