This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kesulitan Orang Dewasa



Kesulitan Orang Dewasa

'Ahhh…!!' Mihai membenamkan wajahnya pada bantal empuk di atas tempat tidur Luca, sangat ingin mengubur dirinya karena perasaan malu yang tak tertahankan.     

Ia telah keluar dari kamar mandi dan mengenakan piyama tidur berbahan katun yang disediakan Luca untuknya. Padahal ia tidak mandi air hangat, tapi seluruh tubuhnya merah padam hingga rasanya orang-orang bisa melihat asap mengepul darinya.     

"Daa…," gumam Liviu yang duduk di sampingnya, cemberut sambil menatap tajam kepada Luca.     

Di sebelah putra kecilnya, Luca yang juga sudah berpakaian rapi duduk di sana dengan kaku. Ia tidak tahu harus mengatakan apa dan bahkan tanpa sadar duduk dengan posisi berlutut.     

Menurut Liviu – di translate oleh Luca karena Mihai tidak bisa memahaminya – ia terbangun oleh sesuatu yang samar, seperti teriakan dan menemukan bahwa ia telah ditinggal sendirian di dalam kamar. Teriakan samar itu kembali terdengar dan Liviu mengenalnya sebagai suara Mihai.     

Khawatir bahwa terjadi sesuatu, Liviu terbang secepat kilat ke dalam kamar mandi yang merupakan sumber teriakan dan menemukan keduanya yang sedang … 'ehem … kau tahu apa itu.'     

Liviu yang masih polos mengira Luca melukai papanya hingga berteriak seperti itu tapi teriakan papanya terdengar aneh, seperti ada sesuatu yang berbeda. Dan pada saat itulah papa dan ayahnya menyadari keberadaannya.     

Luca tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya sementara otak Mihai sudah konslet karena rasa malu. Saking malunya, Mihai refleks berdiri, hendak berlari kembali ke kamar tapi kakinya sudah seperti jeli. Luca harus menangkap tubuh Mihai dan pria harimau itu mengeluh karena bagian belakangnya yang mulai berdenyut sakit.     

Pada akhirnya, Liviu menyimpulkan bahwa Luca telah membuli papanya dan sekarang, Liviu menjaga papanya dari jangkauan Luca dengan cemberut.     

"Aku tidak membuli Mihai," ujar Luca akhirnya, berusaha membela diri.     

"Da!" Liviu tidak mau percaya karena papanya bahkan tidak bisa bangun sekarang! Ia tidak akan menerima alasan Luca apa pun yang terjadi.     

Luca menggaruk tengkuknya, tidak tahu harus bagaimana menjelaskan semua ini kepada anak kecil. Ia melirik Mihai yang masih tenggelam dalam rasa malunya dan hanya bisa menghela napas.     

"Itu … adalah suatu kegiatan yang … menyenangkan."     

Tatapan Liviu semakin tajam, jelas mengatakan 'kau masih mau beralasan?'.     

"Benar! Itu hanya sedikit … menguras tenaga…," jelas Luca secepat mungkin ketika menyadari ketidakpercayaan putranya.     

Liviu masih memasang ekspresi penuh curiga. Kedua lengan pendeknya bahkan sudah terlipat di depan dada dan telapak kakinya bergerak naik-turun penuh pertimbangan.     

Untungnya, Mihai akhirnya memutuskan untuk menekan rasa malunya itu dan membantu Luca. Ia mengulurkan tangannya dan menepuk lembut kepala Liviu, meminta perhatiannya.     

"Apa yang Luca katakan benar. Papa benar-benar tidak dibuli dan ini hanya karena kegiatan menyenangkan itu menguras energi banyak."     

"Da?" Liviu mengamati papanya, takut papanya berbohong demi Luca.     

Mihai tersenyum dan mengangguk tegas.     

Liviu mengamati papanya lagi untuk beberapa saat sebelum mengalihkan pandangannya kepada Luca. Luca membalas pandangannya lalu mengangguk penuh ketegasan juga.     

"Da!" Akhirnya Liviu mengangguk dan tidak lagi mengeluarkan aura bermusuhan kepada Luca. Namun, cemberut di wajahnya masih tidak hilang.     

"Ada apa Livi? Kenapa kau masih marah?" Mihai mengubah posisinya menjadi duduk – Luca segera membantunya dan Mihai sedikit mengeluh ketika bokongnya bertemu dengan tempat tidur – lalu memasukkan Liviu ke dalam pelukan.     

"Daa…."     

Mihai menatap Luca, meminta penjelasan.     

"Dia marah karena kita tidak melibatkannya dalam kegiatan menyenangkan itu. Dia juga ingin bersenang-senang denganmu."     

Mihai tersedak ludahnya sendiri dan terbatuk-batuk. Wajahnya kembali merah padam. 'Bagaimana mungkin aku melibatkan anak kecil dalam itu!'     

"Livi … kegiatan itu…." Tubuh Mihai panas dingin hanya dengan mengingat kembali. "Itu hanya bisa dilakukan oleh Papa dan Luca. Kau … bisa melakukannya dengan orang lain yang kau cintai."     

"Daaa?" Kepala Liviu miring hampir 45 derajat.     

"Kau akan tahu mengapa saat kau sudah dewasa," jelas Luca sementara Mihai menatap keduanya dengan penuh kebingungan. Setelah itu ia mengetahui bahwa Liviu bertanya bahwa ia juga mencintai papanya, mengapa ia tidak bisa melakukannya.     

Liviu semakin cemberut, tidak bisa menerima penjelasan Luca. Mengapa mereka tidak menjelaskannya sekarang saja? Mengapa harus menunggunya dewasa?     

Mihai menyadari ketidaksenangan Liviu dan ia cukup paham karena ia juga pernah menjadi anak kecil tapi papanya sering menggunakan kalimat yang diucapkan Luca tadi. Ia selalu tidak menyukai jawaban itu karena ia merasa sudah cukup dewasa. Namun, ketika ia berada di posisi papanya sekarang, ia baru tahu bahwa memang ada hal-hal yang sulit untuk dijelaskan sehingga hanya kalimat itu yang bisa mereka gunakan untuk keluar darinya.     

"Mengertilah Livi." Mihai mendaratkan kecupan lembut pada pipi tembam putranya. "Ini agak sulit untuk kami jelaskan dan kau akan tahu mengapa nanti. Percayalah pada Papa."     

Mihai kembali mendaratkan beberapa kecupan lagi untuk membujuknya. Luca akhirnya juga melakukan hal yang sama dan Liviu dihujam berpuluh-puluh kecupan hingga bayi kecil itu tertawa geli karena tergelitik oleh tekstur bibir dan napas keduanya.     

Tawa lucunya semakin keras dan menggema dalam ruang kamar Luca yang biasanya sunyi dan dingin.     

Liviu masih terus tertawa geli bahkan setelah kedua orang tuanya tidak mengecupnya lagi. Seluruh kekesalannya sudah hilang tanpa jejak bagaikan ia tidak pernah merasakannya dan selalu sebahagia ini.     

Luca sedikit kagum oleh kehangatan yang dipancarkan bayi kecil ini. Ia menemukan sesuatu yang asing memenuhi dadanya, sesuatu yang membuat Luca sangat nyaman dan hangat.     

Seorang bayi kecil mixed blood dari ingatan masa lalu tiba-tiba terlintas di dalam benaknya. Ia menemukan kemiripan antara Liviu dan bayi kecil mungil itu yang juga tersenyum begitu polosnya kepada Luca dan memberinya kehangatan yang luar biasa di tengah cuaca musim dingin yang membeku.     

'Apa yang terjadi dengan bayi itu?' Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di benaknya. Entah mengapa, ia tidak bisa mengingat bagaimana kehidupan putra kecil Emilia itu setelah kematian Emilia.     

Belum sempat ia berpikir lebih dalam, jari jemari bertekstur kasar dan bersuhu panas menyentuh kulit di sekitar bahunya, menarik fokus Luca kembali pada kenyataan.     

"Maaf. Ini pasti sakit." Mihai menjulurkan tangannya dan menarik sedikt kerah piyama Luca. Bekas luka cakar yang panjang tercetak jelas di area bahu kanan Luca. Ketika ia menarik bagian kiri piyama, luka yang mirip juga tercetak di area yang sama. Mihai meringis kecil. Ekspresi wajahnya sedikit muram.     

Liviu yang melihatnya juga memperlihatkan ekspresi sakit. Ia mengepakkan sayapnya agar bisa menjangkau luka di tubuh Luca dan menepuk-nepuknya lembut dengan kedua tangan, bagaikan ia bisa menyembuhkannya dengan cara itu.     

Luca melirik luka di tubuhnya yang sudah mengering. Ia hampir tidak menyadarinya karena seperti yang telah ia katakan sebelumnya, tubuhnya tidak lagi begitu peka terhadap rasa sakit.     

Ia menggenggam jemari Mihai yang masih menelusuri lukanya dengan lembut sambil menggeleng. "Tidak sakit. Bagian belakangmu pasti lebih sakit dari ini dan wajar untukmu melakukan ini."     

Namun, Mihai masih menggelengkan kepalanya. "Saat kita pertama kali melakukannya di kapal, walaupun aku tidak terlalu ingat, tapi seharusnya aku juga mencakarmu dengan kuat tapi seharusnya itu hanya menghasilkan bekas cakaran ringan. Tapi sekarang…." Matanya mengamati luka cakar yang sangat dalam dan jelas lalu melirik telapak tangannya yang masih di dalam genggaman Luca. Telinga dan ekornya tertunduk lemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.