Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Kemarahan Tuan Mbek Mbek (2)



Kemarahan Tuan Mbek Mbek (2)

Jun Wu Xie mengabaikan ejekan pria itu. Ia menatap Tuan Mbek Mbek yang sedang tantrum dan berkata,     

"Kalau kau menang, kau boleh makan daun teratai."     

Daun teratai yang dimaksud Jun Wu Xie adalah daun teratai yang manis dan berair dari Teratai Kecil. Teratai Kecil saat ini seharusnya sudah mengumpulkan banyak daun dan Tuan Mbek Mbek tentu saja sangat menyukai rasa daun teratai itu. Memang, ia tidak diperbolehkan untuk menggigit Teratai Kecil itu sendiri, namun daunnya saja juga sudah enak.     

Karena Teratai Kecil selalu ketakutan hingga ia akan langsung menangis kapan pun melihat Tuan Mbek Mbek, tak pernah ada di bayangan roh cincin tanaman kecil itu untuk memberikan daun teratainya. Teratai Kecil akan langsung meringkuk di tangan Jun Wu Xie untuk mencari perlindungan atau langsung berubah menjadi wujud cincin roh dan menghilang tanpa jejak. Saat itu, yang dapat dipikirkan Tuan Mbek Mbek adalah untuk bisa mengunyah daun teratai yang manis dan menyegarkan untuk menghilangkan rasa laparnya.     

Seperti yang telah diduga, begitu mendengar tiga kata "makan daun teratai", ekspresi tidak senang di mata Tuan Mbek Mbek menguap ke udara, kilatan gembira dan pengharapan langsung bersinar terang di matanya!     

"Mbeekk! Mbeek!"     

[Kau janji, jangan curang!]     

Walaupun Jun Wu Xie tidak mengerti apa yang dikatakan Tuan Mbek Mbek, tetapi melihat perubahan sikap domba itu, Jun Wu Xie tahu domba itu sudah setuju dan ia pun mengangguk menjawabnya.     

Mendapatkan kepastian dari majikannya, Tuan Mbek Mbek langsung mengangkat ekornya yang berbulu, tinggi-tinggi di udara sambil "melompat-lompat" dengan tapak kakinya menuju ke tengah panggung arena, matanya memicing membentuk dua bulan sabit.     

[Bakal makan daun teratai ~ Tuan Mbek Mbek sekarang sangat gembira~]     

Pemilik macan garang tidak bisa memahami apa yang dibicarakan pemuda itu dan Binatang Rohnya sementara ia memberikan potongan daging mentah ke macan garang dan berkata, "kalahkan dia."     

Macan garang tidak mengerti apa yang dikatakan pemiliknya tetapi lidahnya yang berduri menjilat penuh hasrat jejak darah yang tercecer di sekeliling rahangnya, dan ia pun perlahan memutar tubuhnya, siap untuk melanjutkan ke pertandingan berikutnya.     

Di atas panggung arena, domba bulat berbulu tebal dapat dilihat berdiri di satu sisi dan berhadapan dengannya di sudut berlawanan, adalah macan garang yang tubuhnya memiliki bekas darah lawan yang dikalahkannya sebelum ini. Dilihat dari ukuran dan keganasannya, jelas siapa yang berada di atas angin dalam pertandingan ini.     

Pemilik macan garang itu melirik Jun Xie yang berdiri di tepi panggung arena dan ia berdecak dengan tatapan menghina. Ia tak pernah melihat seorang bocah yang begitu bersikeras mengirimkan binatang rohnya untuk mati.     

"Nanti, ketika Binatang Rohmu dimakan, kau jangan menangis." Pria itu mengejek dengan sangat menyebalkan.     

Jun Wu Xie melemparkan pandangan dingin dan tidak ada reaksi lain lagi.     

Di dalam Arena Binatang Roh, kerumunan penonton tidak terlalu tertarik dengan pertandingan ini karena mereka sudah tahu hasilnya di dalam benak mereka. Mereka lebih baik menunggu pertandingan yang akan datang setelah ini.     

Orang yang bertanggung jawab atas pertandingan ini menatap perbedaan kekuatan yang sangat besar antara kedua belah pihak dan hatinya tiba-tiba begitu gugup.     

Tuan Mbek Mbek kecil itu, baru saja didaftarkan oleh Qing Yu, Wakil Kepala Balai Amukan Api beberapa saat yang lalu dan mereka tidak melihat binatang rohnya ketika itu. Mereka berpikir karena itu direkomendasikan oleh Wakil Kepala Balai Amukan Api, pasti pesertanya adalah Binatang Roh yang mengesankan.     

Mereka akhirnya melihat Binatang Roh itu sekarang dan semua keyakinan serta harapan mereka tiba-tiba hancur menjadi debu.     

Mereka dapat membayangkan dengan jelas di dalam benak mereka saat itu. Beberapa saat setelah pertandingan dimulai, domba kecil tak berdaya itu akan segera menjadi santapan sang macan garang dan mereka berharap Qing Yu tidak akan terlalu kecewa saat itu terjadi.     

Lonceng tanda pertandingan dimulai berdering keras, suara dentang yang keras menggema di udara!     

Macan garang berjalan melenggang memutari lawannya, ekornya diangkat dan tegang seperti sebuah tongkat baja. Setelah bertarung di beberapa pertandingan dan baru saja melahap daging mentah, insting buas di dalam dirinya telah dibangkitkan dan muncul ke permukaan. Pengurasan tenaga besar-besaran sebelum ini membuatnya rakus dan dua potong daging mentah itu tidak bisa meredam rasa laparnya, malah membuat insting berburunya semakin tajam!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.